bahwa bahasa juga merupakan tiga dimensi entitas dari praksis sosial. Oleh sebab itu kajian linguistik perlu mengurai bahasa dalam tiga dimensi ini.
Menurut pandangan kedua pakar ini, ekolinguistik merupakan sebuah kajian keterhubungan bio-, sosio-, dan ideo-logis dimensi bahasa, sehingga hubungan
mental, kognitif, lingkungan sosial harus saling bahu membahu.
2.2 Linguistik kognitif
Linguistik kognitif merupakan kajian linguistik yang dianggap masih baru kemunculannya. Walaupun tahun kelahirannya masih belum diketahui secara jelas
tetapi Barcelona dan Javier 2007:17 menyatakan bahwa teori ini muncul sekitar tahun 1987. Pada tahun tersebut tiga buku ditulis oleh pakar linguistik seperti
Lakoff 1987 yang menulis, Woman, Fire, and Dangerous Things, Langacker 1987 menulis, Foundation of Cognitive Grammar, dan Johnson 1987 menulis
The Body in The Mind. Pada tahun 1989 mereka membentuk sebuah asosiasi yang bernama International Cognitive Linguistic Association ICLA dan pada tahun
1999 asosiasi ini mengadakan konferensi pertamanya. Lebih lanjut Barcelona dan Javier 2007:18-22 menjelaskan bahwa
linguistik kognitif mengganggap, kemampuan seseorang belajar dan menggunakan bahasa ibunya merupakan kemampuan yang unik yang berada pada
mental seseorang yang khusus dibawa sejak lahir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan kognitif manusia secara umum kemampuan ketajaman mata,
sensori motorik, kemampuan kinesthetic seseorang atau kemampuan lainnya. Kemampuan manusia berbahasa dalam memahami makna ucapan dan kalimat
banyak dipengaruhi oleh kultur, konteks, dan fungsi ucapan. Seseorang
Universitas Sumatera Utara
membentuk, membangun dan mengerti ucapan pada umumnya berdasarkan pengalaman yang bersumber dari pengalaman tubuh manusia.
Arti kata atau kalimat dalam stuktur linguistik pada level bervariasi, bukan semata-mata gabungan seperangkat ciri-ciri simbol yang abstrak yang bersifat
universal dan tidak pula secara arbitrer. Akan tetapi arti morfem, kata, dan struktur sintaksis pada umumnya lebih kepada bentuk-bentuk modifikasi yang
bersumber dari pengalaman tubuh manusia yang seterusnya disetujui secara konvensional oleh masyarakat tutur. Itulah sebabnya linguistik kognitif
beranggapan bahwa bahasa merupakan sebuah produk kemampuan kognitif yang mendasar berkaitan dengan pengalaman yaitu pengalaman berdasar pada
pengalaman diri pribadi bodily experience dan juga pengalaman sosio- kultural socialcultural experience.
Pada umumnya semua pakar linguistik kognitif setuju bahwa pengalaman diri manusia memainkan peranan yang paling utama dalam semantik dan struktur
garamatikal sebuah bahasa yang berada dalam kognitif manusia. Teori linguistik dan metodologis linguistik kognitif harus konsisten sebagai studi empiris yang
dikenal dengan terminologi, kognitif, otak dan bahasa. Studi ini juga beranggapan bahwa makna sebuah ujaran tidak muncul secara terpisah dengan orang yang
menuturkannya. Bukti empiris dapat dilihat dalam kehidupan sosial masyarakat, orang-orang yang banyak berkecimpung dalam masalah-masalah politik lebih
banyak mengukapkan kata-kata atau leksikon-leksikon yang berhubungan dengan hal-hal yang bertalian dengan politik. Bidang kajian pustaka kognitif banyak
Universitas Sumatera Utara
mengarah kepada kajian metafora, metonimi, mental space, conceptual blending theory, iconic, dan image- scema.
2.3 Metafora