yang berperilaku baik. Interelasi metafora MIE PAJOH ANEUK dan metafora SIKIN LIPAT termasuk ke dalam kebergaman dua ranah sumber yang berbeda
dipetakan kepada satu ranah target.
6.3 Klasifikasi Metafora Berdasarkan Penggunaanya pada Komunitas Bahasa di Desa Trumon
Pada dasarnya semua metafora yang sudah dianalisis dan dibicarakan pada bab V merupakan klasifikasi penggunaan metafora termasuk ke dalam klasifikasi
metafora yang terpola pada kesepakatan atau konvensi anggota masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan melalui keberadaan dan pemakaian metafora yang terbentuk
dari ranah sumber yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan Desa Trumon, namun eksitensi metafora-metafora tersebut dalam lingkar komunikasi verbal
pada interaksi sosial masyarakat masih terpelihara dengan baik.
Keberadaan metafora yang berasal dari ranah sumber flora 002. Boh Ara Ficus racemosa ‘buah tin’ masih terpelihara yang dapat dilihat dari
penggunaanya yang berkesinambungan, berasal dari zaman dahulu ditransfer dari generasi ke generasi. Saat ini pohon buah ara sudah tidak lagi dijumpai di desa ini
dan banyak masyarakat desa tidak mengenal pohon ara ini terutama di kalangan masyarakat generasi muda. Lenyapnya acuan ranah sumber ini tidak berakibat
kepada lenyapnya metafora tersebut. Metafora BOH ARA HANYOT masih tetap digunakan secara konvensi dalam interaksi verbal anggota masyarakat Desa
Trumon. Penggunaan metafora berdasar kepada kesepakatan dapat dilihat pada
metafora metafora yang beranah sumber 025. Jeungki, ‘alat penumbuk padi’.
Metafora JEUNGKI MUGEE, yang secara harfiah bermakna alat penumbuk padi
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki oleh tengkulak. Ranah sumber jeungki pada metafora JEUNGKI MUGEE di petakan kepada seseorang yang memiliki sifat tamak. Keberadaan
Metafora JEUNGKI MUGEE masih terpelihara atas dasar kesepakatan masyarakat yang dapat ditandai masih digunakannya metafora tersebut dalam
interaksi sosial anggota masyarakat, walaupun sejatinya jeungki mugee sudah tidak ditemukan lagi.
Berikutnya dapat pula dilihat pada metafora yang berasal dari ranah
sumber 024. Geunuku alat pengukur kelapa yaitu metafora GEUNUKU HAN
MATA TIMAH. Secara harfiah bermakna kukuran tanpa mata timah. Makna metaforis yang terkandung dalam metaphora tersebut dialamatkan kepada
seseorang yang selalu bersikat angkuh dan sombong ketika menduduki jabatan tinggi atau berpangkat tinggi, namun setelah dia pensiun kesombongannya sirna
dan menempatkannya pada posisi tidak nyaman dan disepelekan oleh anggota masyarakatnya.
Dalam kehidupan keseharian di Desa Trumon, pengukuran kelapa sudah tidak lagi mempergunakan geunuku, digantikan oleh mesin pengukur kelapa.
Ketergeseran geunuku menempatkannya sebagai alat yang sudah diabaikan keberadaannya, namun metafora yang menjadikan geunuku sebagai ranah sumber
masih terus berlangsung penggunaannya. Atas dasar penggunaannya ini, metafora GEUNUKU HAN MATA TIMAH temasuk kedalam klasifikasi metafora
berdasarkan konvensi masyarakat. Kesepakatan dan kesetujuan anggota masyarakat menggunakan metafora
secara konsisten yaitu metafora yang terbentuk dari ranah sumber yang sudah
Universitas Sumatera Utara
lenyap atau sudah usang dapat dilihat pada metafora yang berasal dari ranah
sumber 030. Malek Lang. Malek Lang nama seseorang yang hidup pada kisaran
beberapa abad yang lalu, akan tetapi tahun keberadaannya tidak diketahui secara pasti. Dalam kesehariaannya Malek Lang bertugas di istana Kerajaan Trumon
sebagai hulu-balang raja. Di kalang kerajaan Malek Lang terkenal memiliki sifat yang suka mengungkit-ungkit dan meminta kembali barang-barang yang sudah
diberinya kepada orang. Cerita tentang Malek Lang diketahui oleh masyarakat melalui interaksi verbal dari generasi dahulu ke generasi berikutnya yang terus
berlangsung hingga saat ini. Nama Malek Lang didahului oleh kata Si yang digunakan sebagai kata penunjuk manusia. walaupun Malek Lang sudah lama
wafat namun metafora yang berasal dati ranah sumber Malek Lang pada metafora SI MALEK LANG masih tetapa digunakan. Ranah sumber Malek Lang
dipetasilangkan kepada sesorang yang suka mengungkit-ungkit jasa dan pemberiannya dan gemar pula meminta kembali sesuatu yang telah diberinya.
Hingga saat ini di kalangan kanak-kanak Desa Trumon Si Malek Lang menjadi Stero-tipe untuk kanak-kanak yang suka meminta kembali semua barang
yang sudah diberinya kepada teman, walaupun mereka tidak pernah bertemu dengan orang yang hidup pada zaman dahulu yang bernama Si Malek Lang.
Kenyataan ini dapat menjadi bukti bahwa metafora tersebut masih digunakan atas dasar konvensi masyarakat tutur.
Klasifikasi metafora berdasarkan pengalaman tubuh bodily experience dan pengalaman inderawi dapat dilihat pada semua metafora yang sudah dianalisis
dan dibicarakan pada bab V. Berikut ini akan dibahas metafora-metafora yang
Universitas Sumatera Utara
termasuk ke dalam klasifikasi berdasarkan pengalaman inderawi bodily experience yang bertalian dengan indera penglihatan. Dalam komunikasi verbal
pada interaksi sosial komunitas Desa Trumon digunakan metafora yang berasal
dari ranah sumber 012. Abo Amphidromus perversus. Sudah demikian adanya
Abo ‘siput’ dapat hidup di dua alam yang sangat berbeda. Secara biologis siput merupakan spesies amphibie hidup di dua alam yaitu di daratan dan di dalam air.
Kehidupannya yang terjadi secara alamiah ini menjadikannya abo sebagai ranah sumber pada metafora ABO UDEP DUA PAT ‘siput hidup di dua
tempat’dipetasilangkan kepada manusia yang memiliki sifat dan perilaku yang fleksibel, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan pergaulan yang variatif dan
dalam kehidupan sosial di semua kalangan masyarakat. Klasifikasi berdasarkan indera penglihatan ditemukan pula pada metafora
yang berasal dari ranah sumber 017. Glang Lubricus rubellus ‘cacing tanah’.
Glang hidup dan berkembang biak di dalam tanah. Hewan ini termasuk ke dalam kategori binatang melata, karakter tubuhnya sangat lentur, lecin dan lembik.
Hewan yang satu ini jarang berada dipermukaan tanah. Secara alamiah glang tidak tahan dengan teriknya sinar matahari. Bila hewan ini kebetulan terkena
teriknya sinar matahari dia akan menggelepar-gelepar dan biasanya berakhir dengan kematiannya. Melihat kesengsaraan yang dialami oleh cacing muncul
sebuah metafora GLANG LAM UROE TAREK, yaitu ‘cacing di bawah terik
matahari’ dipetasilangkan kepada seseorang yang tertimpa musibah yang
mengakibatkan hidupnya sangat susah dan sengsara. Metafora GLANG LAM
Universitas Sumatera Utara
UROE TAREK merupakan metafora yang tergolong ke dalam klasifikasi berdasarkan pengalaman inderawi indera penglihatan.
Ditemukan pula metafora yang tergolong ke dalam klasifikasi berdasarkan pengalaman inderawi, yaitu berdasarkan pengalaman indera penglihatan. Metafora
tersebut berasal dari ranah sumber 018. Kameng Capra hircus, ‘kambing’.
Metafora dimaksud adalah metafora KAMENG LAM UJEUN ‘kambing tertimpa
hujan atau kambing kehujanan’. Berdasarkan pengalaman empirik melalui indera
panglihatan, masyarakat melihat suatu kenyataan bahwa ketika hari hujan biasanya kambing berusaha berlari menghindari hujan, sebab secara alami jika
kambing tertimpa hujan tubuhnya akan kedinginan yang mengakibatkannya sakit dan perutnya kembung yang kadangkala mengakibatkan kematian. Untuk
mengantisipasi hal ini di sekitar kandang kambing diberi perapian. Tubuh kambing sangat rentan terhadap air, khususnya air hujan. Kenyataan ini
dipetasilangkan kepada seseorang yang hidupnya sangat memerihatinkan karena dia tertimpa musibah penyakit parah dan semua hartanya habis dijual untuk
membayar pengobatannya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, banyak diterimanya dari belas kasihan orang lain.
Klasifikasi metafora yang bertalian dengan indera pendengaran ditemukan
dari ranah sumber 009. Pisang Musa Paradisiaca ‘pisang’ atau ‘daun pisang’
yaitu pada metafora OUN GEURUSONG ‘daun pisang tua yang sudah kering’. Oun geurusong atau daun pisang tua yang sudah kering bila diremas akan
menghasilkan suara gesekan yang berisik yang dianggap oleh masyarakat sebagai suara yang kurang enak didengar. Kondisi daun pisang tua yang sudah kering bila
Universitas Sumatera Utara
diremas akan menghasilkan suara yang tidak enak didengar ini dipetasilangkan kepada ranah target yatni seseorang yang suka mengeluarkan ucapan-ucapan kotor
atau tidak senonoh dengan suara yang lantang. Berikutnya metafora yang berkaitan dengan indera pendengaran
ditemukan dari ranah sumber 020. Leumo Auerochse ‘sapi’ pada metafora
LEUMO ROT IBOH. ‘sapi makan daun nipah’. Ketika seekor sapi makan daun nipah menghasilkan bunyi suara yang mengganggu pendengaran. Bunyi suara
leumo rot iboh dipetasilangkan kepada ranah target yatni seseorang yang gemar mengelurkan kata-kata kasar, tidak sopan dengan suara yang keras yang
menyinggung perasaan mitra tutur atau orang lain yang mendengarnya. LEUMO ROT IBOH juga biasa dialamatkan kepada ranah target yaitu seorang majikan
yang suka menghardik bawahannya dengan ucapan-ucapan kasar yang tidak sopan.
Metafora berikutnya adalah metafora 028. POK-POK DRIEN. Metafora
POK-POK DRIEN adalah metafora yang tergolong ke dalam klasifikasi
berdasarkan pengalaman inderawi dari indera pendengar. Pok-pok drien
merupakan alat yang dipergunakan untuk mengusir binatang atau lazimnya burung dari pohon buah-buahan. Alat ini digantungkan pada pohon buah-buahan,
bila tali pok-pok ditarik akan mengeluarkan suara gaduh. Suara gaduh ini dipetakan kepada suara seseorang yang banyak cerita dan banyak mengumbar
janji. Di dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Trumon suara yang dikeluarkan oleh pok-pok drien dan seseorang yang banyak cerita dan banyak
mengumbar janji sama-sama mengganggu perasaan dan pendengaran orang.
Universitas Sumatera Utara
Metafora berdasarkan klasifikasi yang berkaitan dengan indera pengecap
berasal dari ranah sumber 004 Camplie Cina Capsicum frutescens ‘cabai
rawit’. Metafora yang terbentuk dari ranah sumber camplie cina adalah metafora PEUKEUENG CAMPLIE CINA, ‘memedaskan cabai rawit’. Rasa cabai rawit
yang sejatinya sudah pedas secara alami, tidak perlu ditambah kadar pedasnya. Penambahan kadar pedas pada camplie cina tersebut dipetasilangkan kepada raget
berupa manusia yang sudah pintar, berilmu, dan mengerti apa yang seharusnya dilakukannya tidak akan ada gunanya diajari lagi. Makna lain yang dikandung
oleh metafora PEUKEUENG CAMPLIE CINA ini juga dapat dialamatkan kepada situasi hati yang sudah panas dalam pertengkaran tidak perlu ditambah lagi
dengan ucapan-ucapan yang bernada memanas-manasi orang yang sedang bertengkar tersebut.
Ditemukan pula metafora yang berdasarkan pengalaman inderawi melalui
indera pengecap, yaitu metafora yang berasal dari ranah sumber 010. Ranub Piper betle ‘sirih’. Metafora tersebut adalah metafora RANUB TEUPAT URAT
‘sirih berserat luruh’. Berdasarkan pengalaman empirik melalui indera pengecap bahwa sirih yang berserat lurus memberikan rasa yang lebih gurih dan manis.
Sirih seperti ini juga sering digunakan dalam pengobatan terutama pengobatan gigi. Rasa enak yang terkandung di dalam sirih tersebut dipetakan kepada
seseorang yang cantik, menarik, dan berpenampilan bersahaja akan selalu disenangi dalam pergaulan.
Metafora berdasarkan pengalaman tubuh bodily experience ditemukan
pada ranah sumber 001. Boh Limeng Eungkot Averrhoa bilimbi, ‘bilimbing
Universitas Sumatera Utara
sayur’. Metafora dari ranah sumber boh limeng adalah metafora ASAM SUNTI. Asam sunti adalah blimbing sayur yang sudah dikeringkan yang dijadikan bumbu
dasar utama dalam masakan di Desa Trumon. Tidak ada masakan tanpa asam sunti. Dikarenakan keberadaannya sangat dibutuhkan sebagai bumbu masakan
dipetasilangkan kepada seseorang yang memiliki sifat sangat baik dan suka membantu sesama, berbakti pada orang tua dan keluarga. Manusia seperti ini
sangat dibutuhkan oleh anggota komunitasnya dan inilah yang disebut sebagai ASAM SUNTI.
Metafora berdasarkan pengalaman tubuh bodily experience ditemukan
pada ranah sumber 004 Camplie Cina Capsicum frutescens ‘cabai rawit’.
Metafora terbentuk dari ranah sumber camplie cina pada metafora CAMPLIE CINA dalam interaksi sosial. Ketika cabai rawit tergigit, lidah akan merasakan
pedas yang amat sangat, yang berakibat kepada telinga akan terasa panas dan berwarna merah.
Interelasi warna merah dan rasa panas pada telinga seseorang disebabkan oleh tergigit camplie cina dengan warna merah dan rasa panas pada telinga
seseorang, karena adanya nada sindiran atau perkataan yang menyinggung perasaan dari seseorang yang berkata kasar padanya, memiliki ciri kesamaan
antara ranah sumber dan ranah target yang bertalian dengan pengalaman tubuh bodily experience.
6.4 Karakteristik Metafora Dikaitkan dengan Lingkungan Alam Desa Trumon.