78
5.3.8 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Makanan Kudapan Dengan Status
Gizi Lebih Polisi
Hasil analisis bivariat antara tingkat konsumsi makanan kudapan dengan status gizi lebih pada polisi di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini.
Tabel 5.18 Distribusi Status Gizi Lebih Menurut Tingkat Konsumsi Makanan
Kudapan Pada Polisi di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010
Tingkat Konsumsi
Makanan Kudapan
Status Gizi Lebih Total
P value
OR 95 CI
Lebih Tidak Lebih
N N
N 250 kkal
17 53,1
15 46,9
32 100
0,039 2,739
0,436-7,202 250 kkal
12 29,3
29 70,7
41 100
Total 29
39,7 44
60,3 73
100 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa status gizi lebih banyak
terjadi pada polisi yang mengkonsumsi makanan kudapan 250 kkal 53,1 daripada polisi yang mengkonsumsi makanan kudapan 250 kkal 29,3.
Sedangkan status gizi tidak lebih banyak terjadi pada polisi yang mengkonsumsi makanan kudapan 250 kkal 70,7 daripada polisi yang mengkonsumsi
makanan kudapan 250 kkal 46,9. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna secara statistik antara tingkat konsumsi dengan
status gizi lebih P value = 0,039 dan OR = 2,739..
79
5.3.9 Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Lebih Pada Polisi
Hasil analisi bivariat antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih pada polisi di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.19
di bawah ini.
Tabel 5.19 Distribusi Status Gizi Lebih Menurut Aktivitas Fisik
Pada Polisi di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010
Aktivitas Fisik Status Gizi Lebih
Total P value
Lebih Tidak Lebih
N N
N Ringan
9 75
3 25
12 100
0,024 Sedang
17 32,7
35 67,3
52 100
Berat 3
33,3 6
66,7 9
100 Total
29 39,7
44 60,3
73 100
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa status gizi lebih banyak terjadi pada polisi yang melakukan aktivitas ringan 75 daripada polisi yang
melakukan aktivitas berat 43,3 dan sedang 32,7. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna secara statistik antara tingkat
konsumsi dengan status gizi lebih P value = 0,024.
80
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri maupun
keterbatasan instrumen yang ada. Berikut ini adalah keterbatasan yang ada pada penelitian ini:
1. Pengukuran gizi lebih dapat menggunakan penghitungan IMT dan lemak
tubuh, tetapi peda pada penelitian ini menggunakan IMT hal ini disebabkan karena polisi memiliki tingkat aktivitas yang tidak begitu tinggi, sedangkan
penghitungan lemak tubuh dapat dilakukan terhadap responden dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi.
2. Pada penelitian ini, untuk pengambilan data konsumsi pangan dilakukan
dengan metode recall 2×24 jam terhadap polisi. Metode recall 2×24 jam ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan responden untuk mengingat
kembali konsumsi pangan yang dikonsumsi sehari sebelum dilakukan pengambilan data dan memungkinkan untuk terjadinya bias recall sehingga
sangat tergantung ketepatannya pada daya ingat responden. Akan tetapi, peneliti berusaha untuk membantu responden agar dapat mengigat konsumsi
makanan yang telah dikonsumsi sehari sebelum dilakukan wawancara penelitian. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya bias recall.