Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Protein Dengan Status Gizi Lebih

90 Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2002 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi karbohidrat dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,117. Beberapa hasil penelitian yang dikumpulkan oleh FAOWHO 2004 dalam Christina 2008 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara konsumsi tinggi gula dengan peningkatan IMT Indeks Massa Tubuh.

6.8 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Protein Dengan Status Gizi Lebih

Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan sel jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Oleh karena itu, protein disebut unsur pembangun Moehyi, 2007. Dan sebaiknya energi yang diperlukan tubuh hendaknya didapat dari 10-15 protein Almatsier, 2003 dan Sayogo, 2006. Berat badan sangat menentukan banyak sedikitnya protein yang diperlukan. Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki berat badan lebih tinggi memerlukan protein lebih banyak daripada seseorang yang memiliki berat badan lebih ringan Suhardjo, 1989. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,737. Namun hasil penelitian memperoleh bahwa polisi yang mengkonsumsi protein 15 dari total konsumsi energi sebesar 42,3 mengalami gizi lebih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina 2008 dan Sebastian 2008 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 91 0,543 dan P value = 0,544. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2002, Nurfatimah 2007, dan Roselly 2008 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,1 P value = 0,012 dan P value = 0,000. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi protein dengan kejadian gizi lebih diasumsikan karena adanya faktor berat badan, umur, jenis kelamin, mutu protein dan pertumbuhan yang dapat mempengaruhi kebutuhan protein Suhardjo, 1989. Selain itu sebagian besar polisi yang memiliki status gizi lebih maupun status gizi tidak lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi energi seperti es teh manis dengan gula yang cukup banyak atau jus dengan menggunakan gula dan susu. Sehingga asupan protein sedikit yang terserap oleh tubuh. Sedangkan protein dalam tubuh berfungsi sebagai penyedia energi apabila kebutuhan energi tidak tercukupi dari konsumsi karbohidrat dan lemak Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003. Menurut Jebb 2006 dalam Christina 2008 studi yang mempelajari hubungan antara protein dan jenis- jenis protein dengan kejadian obesitas menunjukkan hasil yang tidak konsisten.

6.9 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Lemak Dengan Status Gizi Lebih