28
Di masyarakat Barat sikap yang berkembang terhadap mereka yang kegemukan adalah sikap bermusuhan hostile. Kegemukan dipandang atau dianggap sebagai
suatu akibat kelainan perilaku dan bentuk fisik yang cacat. Orang yang gemuk dipersalahkan atas kondisi tubuhnya itu. Diskriminasi terhadap mereka yang
gemuk ini berlangsung di sekolah, tempat kerja maupun di kumpulan masyarakat lainnya Tandou, 1986.
2.6 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih
Dari beberapa sumber kepustakaan dan hasil penelitian terdahulu terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih, antara lain:
2.6.1 Umur
Kebutuhan zat gizi berbeda tiap tingkatan umur. Oleh karena itu, dalam Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan dibedakan dalam tiap tingkatan.
Menurut Apriadji 1986, umur merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga dapat dihubungkan dengan status gizi.
Umur memiliki pengaruh terhadap penentuan status gizi. Berdasarkan NHANES III National Health and Nutrition Examination Survey 1988-1991,
faktor usia berhubungan dengan kejadian kelebihan berat badan. Kejadian kelebihan berat badan overweight meningkat secara menyeluruh pada orang
dewasa. Pada pria, kejadian overweight meningkat pesat pada usia 45-54 tahun namun setelah itu menurun. Penurunan overweight pada pria di atas usia 54 tahun
kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya rata-rata kematian pada penderita overweight pria di usia tersebut Guthrie dan Picciano, 1995. Dengan
29
bertambahnya usia maka aktivitas fisik yang dilakukan juga menurun sehingga kelebihan energi akan disimpan menjadi lemak dan dapat menimbulkan
kegemukan. Suyono 1993 mengemukakan bahwa bertambahnya umur seseorang akan meningkatkan jumlah lemak tubuh, dan ini terjadi pada umur di
atas 35 tahun. Dengan bertambahnya umur juga akan berpengaruh terhadap menurunnya nilai metabolok rate Hui, 1985.
Pada penelitian Suthiono 2003 diketahui bahwa umur memiliki hubungan bermakna dengan status gizi lebih.
2.6.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein daripada wanita, tetapi dalam
kebutuhan zat besi wanita membutuhkan lebih banyak daripada pria. Jenis kelamin merupakan faktor gizi internal yang menentukan kebutuhan gizi
seseorang, sehingga pada gilirannya ada keterkaitan antara jenis kelamin dengan keadaan gizi Apriadji, 1986.
Prevalensi kelebihan berat badan lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki Garrow, 1993. Hal ini disebabkan karema perempuan
mempunyai lebih banyak sel lemak daripada laki-laki per kilogram berat badan. Lemak tubuh pada perempuan digunakan untuk fungsi reproduksi, dimana dapat
menjaga reproduksinya dengan cadangan lemak yang ada. Di samping itu, perempuan juga mempunyai basal metabolic rate BMR yang lebih rendah
daripada laki-laki Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003.
30
Pada penelitian Suthiono, 2003 diketahui bahwa jenis kelamin memiliki hubungan bermakna dengan satatus gizi.
2.6.3 Tingkat Pendidikan