Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Makanan Kudapan Dengan Status Gizi Lebih Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Lebih

93 berasumsi bahwa hanya lemak yang dapat menyebabkan naiknya berat badan sehingga mereka menghindari makanan yang berlemak.

6.10 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Makanan Kudapan Dengan Status Gizi Lebih

Makanan kudapan biasanya dikonsumsi di antara dua waktu makan utama, yaitu makan pagi dan makan siang atau makan siang dan makan malam. Makan makanan kudapan di sela-sela waktu makan utama biasanya dilakuan di waktu senggang atau sambil bekerja memang dapat membuat badan gemuk bahkan kegemukan obesitas. Hal ini dikarenakan kebanyakan kudapan yang dikonsumsi masyarakat mengandung kalori yang tinggi, karbohidrat, dan lemak. Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan kudapan dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,039 dengan OR = 2,739 yang berarti bahwa responden yang memiliki tingkat konsumsi makanan kudapan 250 kkal memiliki peluang sebesar 2,739 kali untuk mengalami status gizi lebih daripada responden dengan tingkat konsumsi makanan kudapan 250 kkal. Hasil penelitian ini sejalan menurut Hardinsyah dan Dodik 1990 yang menyatakan bahwa makanan kudapan jika dikonsumsi 250 kkal akan berisiko terhadap kejadian gizi lebih. Jenis makanan kudapan yang paling sering dikonsumsi oleh polisi adalah gorengan yang merupakan makanan tinggi kalori. Jika mengkonumsi makanan tinggi kalori yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang tinggi akan berpengaruh terhadap berat badan sehingga akan mengalami berat badan lebih. 94 Untuk menghindari terjadinya obesitas sebaiknya polisi mengkonsumsi makanan rendah kalori dan lemak. Hal ini disebabkan karena sebagian besar personil polisi memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang.

6.11 Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Lebih

Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi, jika aktivitas fisik seseorang kurang sementara energi yang masuk tetap atau bahkan lebih tinggi dari kebutuhan, maka energi ini tidak dapat digunakan secara optimal dan kelebihannya akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak tubuh Soeharto, 2001 dalam Handayani, 2002. Suatu studi perspektif pada orang dewasa menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan pencegahan terjadinya pertambahan berat badan yang dihubungkan dengan umur Williamson, 1995. Hasil penelitian pada polisi menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang 75 yang melakukan aktivitas ringan mengalami gizi lebih sedangkan karyawan yang melakukan aktivitas sedang dan berat lebih sedikit yang mengalami gizi lebih 32,7 dan 43,3. Hal ini jelas terlihat bahwa polisi yang hanya melakukan aktivitas ringan lebih berpotensi mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,024. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurusalma 2006 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivtas fisik dengan status gizi lebih dengan nilai P value =. Namun 95 penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sebastian 2008 dan Roselly 2008 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,395 dan P value = 1. Berdasarkan hasil survei longitudinal di Amerika dan Finlandia, orang dewasa yang berperilaku hidup santai lebih besar risiko pertambahan berat badannya dibandingkan orang dewasa yang aktif. Orang yang selalu aktif dapat mencegah terjadinya pertambahan berat badan seiring dengan pertambahan umur dan telah ada bukti kuat yang menghubungkan peningkatan tingkat aktifitas fisik dengan distribusi lemak tubuh yang lebih baik WHO, 1995. Menurut Wirakusumah 1994 dalam Nurusalma 2006 mengatakan bahwa konsumsi dan aktifitas fisik individu akan mempengaruhi berat badan. Begitu pula menurut Klesges 1992 yang mengatakan bahwa peningkatan aktivitas fisik berhubungan dengan berkurangnya berat badan. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat aktivitas fisik polisi tergolong tingkat aktivitas fisik yang sedang dan terdapat beberapa anggota polisi yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan dan memiliki berat badan yang lebih. Untuk menghindari terjadinya kelebihan berat badan, sebaikntya polisi dapat meningkatkan aktivitas fisik terutama polisi yang memiliki tingkat aktivitas fisik ringan seperti dengan lebih banyak berolahraga. 96

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN