83
Hasil uji Chi Square pada penelitian ini menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan status gizi lebih pada polisi dengan
nilai P value = 0,342. Namun Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfatimah 2007 dan Handayani 2002 yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan status gizi dengan nilai P value = 0,52 dan P value = 0,112. Namun, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suthiono 2003 dan Christina 2008 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur
dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,000 dan P value= 0,018. Adanya ketidakhubungan antara usia dengan kejadian status gizi lebih pada
polisi diduga adanya kemungkinan faktor gaya hidup dalam perilaku konsumsi pangan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa orang responden dengan
umur 40 tahun memiliki status gizi tidak lebih dan memiliki pola konsumsi makanan yang tidak berlebih seperti konsumsi energi, karbohidrat, protein, lemak,
makanan kudapan yang cukup dan memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang. Menurut Pelto dalam Suharjo 1989 dalam Handayani 2002 menekankan
adanya faktor gaya hidup sebagai penentu perilaku konsumsi pangan. Gaya hidup yang dimaksud merupakan hasil penyaringan dari serangkaian interaksi sosial dan
budaya.
6.4 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Status Gizi Lebih
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa polisi dengan jenis kelamin laki-laki 79,5 lebih banyak daripada polisi dengan jenis kelamin perempuan
84
20,5. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan status gizi lebih dengan nilai P value =
0,003 dengan OR = 0,077 yang berarti bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki peluang sebesar 0,077 kali untuk mengalami status gizi lebih dari pada jenis
kelamin perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suthiono 2003 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,000. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sebastian 2008, Nurusalma 2006 dan Handayani 2002 yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan status gizi lebih
dengan nilai P value = 0,209, P value = 0,585, dan P value = 0,507. Pada penelitian ini terlihat kecenderungan bahwa gizi lebih banyak terjadi
pada polisi laki-laki dengan persentase sebesar 48,3 daripada polisi perempuan dengan persentase sebesar 6,7. Hal ini disebabkan karena jumlah polisi
perempuan pada penelitian ini lebih sedikit daripada jumlah polisi laki-laki sehingga persentase untuk perempuan lebih sedikit daripada laki-laki.
Jenis kelamin akan mempengaruhi IMT Indeks Massa Tubuh seseorang karena biasanya laki-laki dan perempuan memiliki keinginan bentuk tubuh ideal
yang berbeda. Perempuan biasanya lebih memperhatikan bentuk tubuhnya daripada laki-laki sehingga perempuan lebih menjaga pola makannya dan berusaha
mengurangi asupan makanan.
85
6.5 Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Lebih
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Banyak masalah gizi dipengaruhi oleh
keterbatasan pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi makanan seseorang yang selanjutnya akan mempengaruhi
status gizinya Berg dan Muscat, 1985. Pada penelitian ini, pengetahuan gizi polisi dikategorikan mejadi 2 dua
kategori yaitu kategori kurang baik dan kategori baik. Menurut tabel 5.4 diperoleh hasil bahwa pengetahuan gizi baik polisi lebih banyak yaitu sebesar 74
dibandingkan dengan pengetahuan gizi kurang baik polisi yaitu sebesar 26. Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,765 dengan persentase 40,7 polisi yang memiliki pengetahuan
gizi baik mengalami status gizi lebih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihatina 2007 dan Christina 2008 yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi dengan nilai P value = 0,484 dan P value = 0,631. Namun hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roselly 2008 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
gizi dengan status gizi lebih dengan nilai P value = 0,002. Dengan pengetahuan gizi yang cukup seharusnya dapat mempengaruhi
perilaku makan. Namun, kenyataan yang ada tidak sejalan. Banyak responden yang memiliki pengetahuan gizi baik tetapi memiliki status gizi lebih. Perbedaan
86
ini disebabkan karena pengetahuan gizi yang mereka miliki belum diterapkan dalam bentuk tindakan Hartono, 2002. Hal ini dapat terlihat adanya beberapa
responden dengan pengetahuan gizi yang baik tetapi memiliki pola makan yang berlebihan dan beraktivitas yang ringan. Oleh karena itu, pendidikan gizi yang
dilakukan sebagai salah satu cara meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat termasuk polisi, selain harus dapat menarik perhatian dan minat seseorang, juga
harus mampu memotivasi seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi mereka Khomsan, 2000.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan penting dalam
pembentukan tindakan seseorang, apa yang dilihat akan mempengaruhi apa yang akan ia rasakan kemudian harinya Notoatmodjo, 1993. Dengan kata lain
seseorang yang telah mengetahui sesuatu hal akan mempengaruhi perilakunya untuk melakukan hal menurut pengetahuannya.
6.6 Hubungan Antara Total Asupan Energi Dengan Status Gizi Lebih