Bagi rakyat Palestina Dampak Mural

mural pada dinding-dinding Palestina, bahkan terkadang Israel memaksa semua orang yang tinggal di suatu gang untuk membersihkan dinding secara bersama- sama. Pada suatu kesempatan dengan menggunakan mobil Jeep, tentara Israel membawa dan mengumpulkan lima hingga enam orang pemuda yang berbaris di bawah todongan senjata untuk segera memblok mural tersebut dengan cat hitam. 72 Langkah keseriusan tentara Israel terhadap mural juga terlihat ketika mereka melarang adanya penjualan cat di setiap toko, namun hal itu gagal. Kegagalan kebijakan tersebut tidak membuat Israel berputus asa, sebagai upaya untuk meredam aksi mencorat-coret dinding, mereka mulai menggunakan kendaraan khusus yang dapat menyemprotkan tar hitam guna menghapus mural pada dinding. Penyemprot otomatis tersebut dipasang pada badan truk Israel, sehingga secara instan ia mampu memblok mural bahkan yang letaknya tinggi. 73 Dengan demikian, terlihatlah perbedaan “kekuatan” antara sipil Palestina dan tentara Israel. Sama seperti perlawanan yang tersaji pada lanskap Intifadha ketika rakyat Palestina melawan tentara Israel dengan menggunakan batu, lalu direspon dengan menggunakan peluru tajam oleh Israel, sehingga hal tersebut memperlihatkan bentuk ketimpangan kekuatan teknologi antara Palestina dan Israel. Akan tetapi, Budaya mencoret dan menghapus telah menyisakan sebuah cerita dibalik “permainan” yang berlangsung pada setiap harinya. Mengambil dari 72 Militer order no. 1.260, diresmikan pada bulan November 1988. “pemilik properti yang bertanggung jawab atas graffiti di dinding mereka dan wajib untuk menghapusnya. Lihat Al-Haq, “A Nation under Siege”, Al-Haq Annual Report on Human Rights in the Occupied Palestinian Territories , 1989, h. 257-258. 73 Seperti mural di Irlandia Utara yang menimbulkan respons teknologi serupa dari tentara Inggris, disebut “paint-bombed” mural PLOIRA. Lihat Bill Rolston, Politics, Painting and Popular Culture: The Political Wall Murals of Northern Ireland. Media, Culture and Society 1987, h. 23. kemunculan serta kuantitas, permainan dinding tersebut seperti sebuah perlombaan dengan makna, siapa yang akan memiliki kata-kata terakhir. 74 Walaupun dalam pertempuran dinding selalu dimenangkan oleh pihak Israel. Namun pada saat yang sama, para pemuda menyatakan rasa bangga bahwa ternyata pesan mereka cukup kuat untuk memprovokasi para tentara Israel, sehingga mereka mengambil tindakan. 74 Mia Gröndahl, Gaza Graffiti: messages of love and politics. Cairo: The American University in Cairo Press, 2009, h. 152.