Mural di Amerika Serikat

kepulauan Britania, termasuk agama Katolik Roma. Pada abad ke-5 kekaisaran Romawi runtuh dan menyebabkan mereka pergi meninggalkan kepulauan Britania, setelah itu kemudian bangsa Anglo menginvasi kepulauan Britania. Itulah awal terjadinya permusuhan yang berujung pada konflik etnis, antara Kelt dan Anglo. Kepulauan Britania yang telah diwarisi oleh peradaban dan kebudaan Romawi, akhirnya secara perlahan tersingkirkan oleh kebudayaan Anglo. 26 Etnis Kelt yang tersebar di kepulauan Britania secara perlahan menjadi terpusat di wilayah pulau Irlandia. Dari cikal bakal itulah maka etnis Kelt lahir menjadi orang-orang Irish, sementara etnis Anglo menjadi cikal bakal lahirnya orang-orang English. Pada tahun 1592 kerajaan Inggris memutuskan untuk keluar dari struktur Gereja Katolik Roma dan kemudian membuat Gereja Nasional. Namun, orang-orang Irlandia tidak lantas mengikuti hal tersebut karena orang-orang Kelt masih banyak terpengaruh oleh kebudayaan Romawi. Maka ketika terjadinya penutupan gereja- gereja Katolik Roma akibat kebijakan kerajaan Inggris, orang-orang Katolik Roma yang berada di Irlandia menjadi tidak simpatik terhadap Inggris, hal tersebut berujung pada tindakan diskriminasi terhadap orang-orang Irlandia. Oleh sebab itu orang-orang Irlandia menjadikan agama Katolik Roma mereka sebagai bentuk dan sikap anti Inggris. Berawal dari alasan ini, maka lahirnya konflik yang bersifat 26 Keogh Dermot. Northern Ireland and the Politics of Reconciliation, Cambridge: Cambridge University Press, 2008, h. 55. sentimen agama atau sektarianisme, 27 ditambah lagi pada tahun 1690 William of Orange Protestan memenangkan pertempuran terhadap James II Katolik 28 , membuat kebencian mereka semakin kuat. Hingga abad ke-19 kerajaan Inggris tetap memegang kekuasaan dan orang- orang Katolik terus mengalami diskriminasi. Maka pada pertengahan abad ke-19 muncul benih-benih nasionalisme pada masyarakat Irlandia di mana nilai kebanggaan kebangsaan masa lalu dikobarkan untuk bersatu melawan dominasi Inggris. Pada tahun 1921 Inggris memutuskan untuk menyetujui didirikannya Irish Free State Negara Irlandia Merdeka, akan tetapi Inggris tetap berkuasa atas sebagian pulau Irlandia dengan tetap menguasai Ulster wilayah Irlandia bagian utara dengan dalih untuk melindungi hak rakyat yang tetap menginginkan berada di bawah kekuasaan Inggris, karena wilayah tersebut merupakan tempat bermukimnya orang-orang keturunan Inggris. Hal tersebut membuat peluang konflik menjadi semakin besar, konflik antara orang-orang Nasionalis Irlandia yang menginginkan pulau Irlandia merdeka secara penuh dan membebaskan Ulster dari Inggris, dengan orang-orang Ulster yang bersikeras ingin tetap bergabung bersama Inggris. 29 27 Richard Jenkins. Rethinking Ethnicity: Arguments and Explorations, London: SAGE Publications, 1997 h. 120 28 Kemenangan Pangeran William menyebabkan James II melepaskan tanggung jawab dan melarikan diri ke Perancis pada akhir tahun. Hal tersebut memberikan efek mendalam bagi orang Irlandia. Penduduk asli Irlandia pada abad kemudian menjadi sasaran sistem hukum yang kejam. Sistem hukum tersebut mengakibatkan terjadinya pemblokiran kemajuan politik, ekonomi mereka dan membuat kaum tani tetap dalam kemiskinan. Lihat Richard Jenkins, Rethinking Ethnicity: Arguments and Explorations , London: SAGE Publications, 1997 h. 141 29 Alasannya terjadinya perbedaan dua kubu tersebut karena mereka menganggap dirinya berbeda secara budaya, etnis dan kepercayaan dengan orang-orang asli Irlandia, bahkan secara agama pun mereka mayoritas menganut Protestan. Lihat Richard Jenkins, Rethinking Ethnicity: Arguments and Explorations , h. 149. Puncaknya, pada tahun 1966 terjadilah konflik di Irlandia Utara. Konflik tersebut dipicu karena orang-orang Katolik yang tinggal di Irlandia Utara diperlakukan secara diskriminatif, baik sosial, politik, dan ekonomi, oleh orang- orang pemerintahan Protestan. Irlandia Utara merupakan wilayah yang mayoritasnya penganut paham Protestan dan orang-orang yang loyal terhadap Inggris Unionis, sementara orang-orang Katolik yang menginginkan Irlandia Utara bebas dari Inggris Nasionalis menjadi minoritas di wilayah ini. 30 Konflik sengit antara orang-orang Protestan dan Katolik di Irlandia Utara dikenal dengan nama The Troubles. Konflik yang berlangsung beberapa dekade tersebut memunculkan gambar-gambar dan slogan-slogan yang dibuat pada dinding- dinding kota dan daerah pemukiman. 31 Kemunculan lukisan-lukisan dinding di Irlandia berawal setelah seratus tahun pertempuran Boyne, ketika sebuah organisasi dibentuk untuk merayakan kemenangan Pangeran William. Beberapa pawai digunakan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa Pangeran William yang mereka anggap sebagai sosok manusia taat, mulia dan abadi, karena ia telah memberikan agama Protestan di Irlandia. Kebebasan, agama, dan hukum adalah saksi keberhasilan Pangeran William yang menjadikan kebanggaan orang-orang Protestan di Irlandia. Biasanya pawai dilakukan oleh semua golongan Protestan di Irlandia, pawai tersebut berisi barisan marching band dan spanduk. Spanduk dilukis dengan sangat cermat oleh para 30 Gordon Gillespie, Historical Dictionary of the Northern Ireland Conflict, Amerika Serikat: scarecrow press, h. 250 31 Sumber: http:www.bbc.co.ukhistorytroubles , Akses:12115.