II. Hubungan dengan Vatikan : Sebagai negara yang mayoritasnya
adalah beragama Katolik dan berdiri dengan pondasi negara Katolik sekuler, bukan hal yang rumit jika Irlandia memiliki hubungan yang
erat dengan Vatikan sebagai pusat dari umat Katolik seluruh dunia. Alasan itulah yang menyebabkan Irlandia dalam kebijakan luar
negerinya juga berusaha menyelaraskan diri dengan pandangan Vatikan yang menyerukan internasionalisasi Yerusalem sejak tahun
1948. Setahun berikutnya, menteri luar negeri Irlandia Sean MacBride mengatakan bahwa tempat-tempat suci Yerusalem harus dilindungi
dan berada di bawah kendali internasional. III.
Cara Pandang Kelompok Irlandia terhadap Kaum Yahudi dan Israel :
Pada awalnya Irlandia menaruh simpati terhadap kaum Yahudi dalam usaha mendirikan negara dan menentukan nasibnya sendiri. Hal
tersebut karena kesamaan rasa sebagai bangsa yang terusir dan terdiskriminasi dari tanahnya sendiri. Sejak runtuhnya kerajaan mereka
akibat serangan Kekaisaran Romawi beberapa abad sebelum Masehi, kaum Yahudi terdiaspora dan kebanyakan dari mereka mengalami
tindakan diskriminasi di negara-negara tempat mereka tinggal. Tidak sedikit pula dari mereka yang menjadi sasaran pembantaian; pogrom,
holocaust, dan inkuisisi.
3
3
Pogrom kehancuran adalah serangan penuh kekerasan besar-besaran yang terorganisasi atas sebuah kelompok tertentu, etnis, keagamaan, atau lainnya. Secara historis istilah ini digunakan
untuk mengacu pada tindakan kekerasan beasar-besaran, baik secara spontan ataupun terencana terhadap orang Yahudi. Lihat Stephen M Berk. Year of Crisis, Year of Hope: Russian Jewry and
the Pogroms of 1881 –1882, New York : Greenwood, 1985, h. 55.
Holocaust seluruh atau terbakar dan dikenal pula dengan Shoah bancana atau kehancuran, adalah genosida terhadap enam juta penganut Yahudi Eropa selama Perang Dunia II.
Suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh Nazi. Secara khusus lebih dari satu juta anak Yahudi tewas , serta sekitar dua juta wanita dan tiga juta jiwa pria Yahudi tewas dalam
Namun seiring berjalannya waktu, opini masyarakat Irlandia terutama kelompok Nasionalis terhadap kelompok Zionis Yahudi berubah
drastis. Sejak kelompok Zionis menerima kebijakan pembagian tanah Palestina, kelompok Nasionalis Irlandia memandang Israel tidak lebih
sebagai kelompok kolonial yang merampas tanah pribumi. Pasca berdirinya negara Israel pada tahun 1948, mereka beranggapan bahwa
berdirinya Israel yang diprakarsai oleh Inggris merupakan bentuk pembungkaman nasionalisme Arab di wilayah tersebut. Sama seperti
pendirian Irlandia Utara yang bersebrangan dengan kepentingan kaum nasionalis Irlandia yang ingin wilayahnya merdeka seutuhnya.
4
Dukungan masyarakat Katolik Irlandia terhadap Palestina dapat terlihat pada lanskap pemukiman kelompok Katolik Irlandia di wilayah Derry dan Belfast
yang merupakan dua kota terbesar di Irlandia Utara. Wilayah tersebut merupakan lokasi terjadinya konflik etnis antara kelompok Katolik pro-Irlandia dengan
Unionis Protestan pro-Inggris yang dikenal sebagai The Troubles. Selama konflik The Troubles di Irlandia Utara, beragam bentuk mural
muncul sebagai wujud visualisasi dan pengobar semangat, baik dari pihak Nasionalis ataupun Unionis. Tema-tema yang diangkat pada mural tersebut di
kasus Holocaust. Lihat Donald L Niewyk, The Columbia Guide to the Holocaust. Columbia University Press, 2000, h. 45.
Inkuisisi merupakan pengadilan Gereja abad pertengahan yang ditunjuk untuk mengusut bid’at, disebut demikian karena menentang kesalahan dan tradisi Gereja Roma diperintahkan oleh
Uskup atau Paus. Pada tahun 1487, Paus Innocentius VIII menunjuk rahib Dominikan Spanyol, Tomas de Torquemada, sebagai pelaksana Inkuisisi Agung. Di bawah kekuasaannya, ribuan orang
Kristen, Yahudi, Muslim, “penyihir”, serta orang-orang lainnya terbunuh dan disiksa. Orang-orang
yang berada dalam bahaya terbesar karena Inkuisisi adalah kaum Alumbrados penganut mistik di Spanyol dan Protestan. Lihat Henry Charles Lea, A History of The Inquisition of Spain, New
York: AMS Press Inc, 1988, h. 47.
4
Rory Miler and Allan Shatter. Ireland and the Palestine Question 1948-2004, Irlandia : Irish Academic Press, 2005, h. 28.
antaranya tentang; kelompok bersenjata, tokoh yang memiliki pengaruh, peristiwa penting, serta opini dari suatu kelompok. Mural yang bertemakan sikap solidaritas
Irlandia dengan Palestina juga turut terlihat. Hal tersebut dikarenakan, kasus Palestina dianggap mirip dengan kasus Irlandia pada masa Inggris.
5
Pada tahun 1982 di Belfast, terdapat mural kelompok Nasionalis yang sangat terkenal. Mural tersebut menampilkan gambar pejuang PLO dengan IRA
yang sedang mengangkat senjata RPG Rocket Propelled Grenade secara bersama-sama. Di bagian bawah terdapat tulisan one struggle satu perjuangan,
suatu kalimat simbolik yang menyatakan bahwa PLO dan IRA sama-sama
berjuang untuk memerdekakan masing-masing wilayahya Lihat gambar 4.5.
Sikap dan hubungan antara kedua negara tersebut disinyalir merupakan salah satu alasan mengapa seni mural ikut terbawa dan menjadi budaya baru dalam
perjuangan bangsa Palestina yang membuat lanskap dinding menjadi penuh warna di setiap tempat.
Coretan dinding di Palestina sesungguhnya telah ada sejak akhir tahun 1970-an, walaupun mayoritas coretan tersebut masih berbentuk tulisan sederhana
dan diproduksi oleh para pemuda sebagai pelampiasan kekecewaan atas pendudukan Israel. Namun dengan munculnya Intifadha Pertama tahun 1987, aksi
mereka telah menarik perhatian segenap gerakan politik Palestina dan membuat seni dinding menjadi upaya legal dalam perjuangan mereka.
6
Legalitas tersebut muncul karena sebelumnya Israel menguasai semua berita dan saluran informasi
di jalur pantai, akibatnya tidak ada akses televisi maupun radio Palestina. Di Gaza
5
Rory Miler and Allan Shatter. Ireland and the Palestine Question 1948-2004, , h. 28.
6
Mia Gröndahl, Gaza Graffiti: messages of love and politics. Cairo : The American University in Cairo Press, 2009, h. 4.
sendiri tidak memiliki koran harian lokal, dan Israel selalu memberikan pengawasan terhadap koran-koran Palestina yang datang dari Yerusalem.
Akibatnya untuk pertama kali rakyat Palestina tidak dapat menyebarkan informasi atau sekedar mengatakan apa yang sedang terjadi.
7
Karena itulah dengan adanya pengalaman serta hubungan dengan IRA telah menjadikan dinding menjadi
saluran alternatif komunikasi dan sebagai tempat memproduksi surat kabar yang dapat menjangkau semua khalayak Palestina.
8
Dalam politik mural, para aktifis Intifadha telah menemukan cara untuk menginformasikan kepada rakyat Palestina tentang situasi yang sedang terjadi.
Dinding seolah-olah menceritakan mereka yang telah berpartisipasi dalam pertempuran, memanggil mereka untuk mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa
baru, dan mendorong mereka untuk terus melawan. Dengan demikian mural telah menjadi alat untuk memecahkan ketakutan, menambah motivasi, serta panggilan
mereka untuk bangkit.
B. Mural Intifadha
Salah satu ciri yang paling mencolok dari lanskap budaya akibat pendudukan Israel di Palestina pada masa Intifadha Pertama, di akhir tahun 1980-
an hingga awal tahun 1990-an, adalah goresan pada dinding.
9
Sebab, sepasang mata akan segera tertuju pada coret-coretan mural yang hampir memenuhi setiap
dinding batu di Palestina. Sebagai hasil budaya ciptaan mereka baca: artefak, sifat mural tidak pasif atau mati. Karena melihat dan membaca merupakan
7
Mia Gröndahl, Gaza Graffiti: messages of love and politics, h. 6.
8
Sumber: http:www.aljazeera.comfocusgazaoneyearon0091220
, akses:23914.
9
Selengkapnya lihat lampiran, 4.1.
perilaku aktif sehari-hari manusia, sedangkan fungsi dari gambar dan bahasa adalah sebagai pembawa hubungannya. Oleh karena itu mural diproduksi secara
sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan tentara Israel. Sebab, tentara Israel akan segera menindaklanjuti aksi tersebut, hingga menyebabkan kekerasan fisik
terhadap pelakunya.
10
Namun sebagai balasannya, tindakan tersebut mendapat apresiasi tinggi oleh rakyat Palestina, karena dalam pandangan mereka sebagai
pembaca, mural yang dihasilkan terkandung nilai emosi, keberanian, semangat, dan tekat.
Menurut Edward Said, “dalam sebuah coretan dinding, tidak ada yang menulis untuk dirinya sendiri, selalu ada yang lainnya dan mau tidak mau hal ini
mengubah interpresi dinding menjadi kegiatan sosial”.
11
Membaca dan menyerap pesan mural terjadi karena didasari oleh arena historis dan budaya. Karena ketika
mereka membaca mural dan graffiti tidak terlepas dari kondisi serta konten mereka.
1. Mural pada Intifadha Pertama
Selama masa Intifadha Pertama, Mural mengambil tempat terhadap konstelasi
12
taktik perlawanan untuk melakukan intervensi dengan otoritas pendudukan. Karena tindakan menulis dan membaca dapat menganggu hubungan
pendudukan Israel – sipil Palestina dalam berbagai cara. Munculnya goresan pada
dinding secara tiba-tiba dan serentak di setiap wilayah Gaza dan Tepi Barat selalu
10
Julie Peteet. “The writing on the walls: the graffiti of the intifada”, Cultural
Anthropology , Vol. 11, no. 2, 1996, h. 139.
11
Edward Said. Opponents, Audiences, Constituencies, and Community. In The Politics of Interpretations
. Chicago: University of Chicago Press, 1983 h. 9.
12
Konstelasi menurut KBBI Online adalah 1. keadaan, tatanan Politik Eropa 2. Bangun, bentuk, susunan, kaitan, 4. gambaran. Sumber :
http:kbbi.web.idkonstelasi
menjadi media pengingat akan kisah ketidaknormalan hidup di bawah Pendudukan Israel maupun pemberontakan massa setiap harinya.
Para pemuda Palestina menuliskan mural mereka di sebuah dinding pertahanan serta yang lebih berani pada kendaraan lapis baja milik IDF Israel
Denfense Force.
13
Penampakan mural tersebut merupakan bentuk resistensi atas tindakan akuisisi Israel terhadap wilayah Palestina, sekaligus bentuk celaan bagi
mereka.
14
Mural adalah salah satu media terkecil, mereka sering memunculkan tanda-tanda kode, tulisan atau gambar dalam waktu cepat,
15
berani, dan fragmentaris, seperti gerakan Intifadha itu sendiri.
16
Mural-mural Intifadha biasanya sangat sederhana dengan menampilkan beragam kata dengan simbol
terbatas yang bertujuan untuk mengekspresikan kondisi sosial-politik mereka. Berkaitan dengan konteks Intifadha Pertama yang muncul sebelum adanya
jaringan Internet, menulis di dinding menjadi media pilihan terakhir para pemuda Palestina. Hal tersebut karena adanya lembaga sensor yang diberlakukan Israel,
sehingga memperlemah dan bahkan mematikan akses media lokal Palestina, baik cetak maupun elektronik.
17
Akibatnya, rakyat Palestina tidak mendapatkan sumber informasi tentang perkembangan kondisi politik mereka. Namun dengan
munculnya mural pada setiap dinding di wilayah Palestina, telah mengubah
13
Jonathan Matusitz. Symbolism in Terrorism: Motivation, Communication, and Behavior
. Lanham: Rowman Littlefield, 2014, h. 125.
14
Jonathan Matusitz. Symbolism in Terrorism: Motivation, Communication, and Behavior
, h. 126.
15
Yang dimaksud “cepat” di sini adalah, malam hari diproduksi dan pada pagi harinya mural baru telah muncul.
16
Intifadha bersifat: cepat, tiba-tiba, berani menghadapi tentara Israel hanya dengan bermodalkan batu, dan fragmentaris berupa bagian-bagianaksinya tidak berfokus pada satu
bagian, namun terpecah-pecah dalam artian menyebar di setiap tempat.
17
Jonathan Matusitz. Symbolism in Terrorism: Motivation, Communication, and Behavior
. Lanham : Rowman Littlefield, 2014, h. 127.
kondisi keterbatasan informasi tersebut. Mural kini menjadi satu-satunya media yang dapat menghindari pengaturan sensor Israel dan membuat hubungan
langsung dengan publik, sehingga mengundang respons aktif dari pembaca atau audiens.
Mural adalah cara termudah bagi para pemuda Palestina untuk menyuarakan aspirasi, ide, gagasan serta pesan orang tua mereka. Sebuah genre
graffiti memperlihatkan seorang ibu yang membawa pesan pengorbanan, “jika
seorang teman kembali tanpa aku, ibu akan menangis, namun setiap tetesan air mata yang jatuh merupakan bahan bakar kobaran api cahaya kebebasan”.
18
Menulis di dinding merupakan cara yang egaliter baca: merakyat dan mampu memberikan semangat juang rakyat Palestina di tengah ruang publik.
Dinding memungkinkan setiap orang untuk menyuarakan protes ataupun penolakan mereka. Para pemuda Palestina bermaksud agar masyarakat luas
mengetahui ide gagasan mereka, sehingga mural layaknya sebuah billboard papan iklan bagi rakyat Palestina. Namun pada kesempatan lain, mural tersebut
dimanfaatkan oleh pihak Israel sebagai alat pengawas dan sebagai celah untuk mendeteksi terjadinya aksi serta mengontrol segalanya. Dalam hal ini,
pemberlakuan sensor sangat dibutuhkan Israel agar tidak terjadi komunikasi dengan masyarakat lokal maupun global mengenai situasi di Palestina, karena
mural mampu mempengaruhi dan merespons aktif para pembacanya. Dan yang paling penting, mural merupakan bagian dari repertoar
19
tindakan pembangkangan
18
Julie Peteet. “The Writing on the Walls: The Graffiti of the Intifada”, Cultural
Anthropology, Vol. 11, No. 2 1996, h. 154.
19
Repertoar adalah daftar rencana permainan sandiwara, opera, balet, komposisi musik, lagu, atau peran yang telah dipersiapkan dan dipelajari oleh artis, grup musik, orkestra, atau