Palestina BENTUK BARU RESISTENSI PALESTINA

Sementara itu, negara-negara Eropa lain dibebaskan untuk memilih wilayah yang ingin dikuasainya. 6 Dalam Sykes-picot Agreement, wilayah Palestina belum diserahkan kepada negara manapun, sehingga Palestina menjadi sebuah wilayah internasional yang dikelola bersama oleh negara-negara pemenang perang. Terdapatnya Sykes-picot Agreement membuat bangsa Arab tidak mendapatkan eks-wilayah kekuasaan Turki Utsmani dan tidak mungkin dapat membentuk pemerintahan Arab yang independen. Namun di saat bersamaan, Inggris justru berjanji mendukung pendirian negara Yahudi di Palestina. 7 Dukungan Inggris tersebut tertuang dalam dokumen Balfour Declaration yang menjadi landasan bagi gerakan Zionisme untuk membentuk sebuah negara Yahudi di Palestina. Terdapatnya janji-janji Inggris, baik kepada pihak Arab ataupun Yahudi telah membuat kedua bangsa ini merasa berhak atas wilayah Palestina dan merasa mendapat dukungan dari Inggris. 8 Hal ini yang kemudian melatarbelakangi terjadinya konflik panjang antara Arab – Yahudi hingga merubahnya menjadi konflik Palestina – Israel seperti sekarang ini. Selama konflik antara Palestina-Israel, lanskap perlawanan mereka khususnya Palestina lebih sering terlihat melalui jalur fisik yang dilakukan oleh faksi-faksi politiknya serta perlawanan non fisik yang dilakukan oleh Otoritas Palestina melalui negosiasi-negosiasi perdamaiannya. Namun terlepas dari hal itu, peran rakyat sipil 6 David Fromkin. A Peace to End All Peace: The Fall of the Ottoman Empire and the Creation of the Modern Middle East , New York: Owl, 1989, h. 283. 7 Sahar Huneidi. A Broken Trust: Sir Herbert Samuel, Zionism and the Palestinians, London: I.B. Tauris, 2001, h. 261. 8 David Fromkin. A Peace to End All Peace: The Fall of the Ottoman Empire and the Creation of the Modern Middle East , h. 290. Palestina tidak dapat dipisahkan dari perjuangan bangsa tersebut. Mereka tidak berjuang menggunakan senjata, akan tetapi dengan keterbatasannya, rakyat Palestina melakukan aksi-aksi pembangkangan sipil yang cukup merugikan pihak Israel. Aksi tersebut dikenal dunia dengan istilah Nonviolent Resistance.

C. Perlawanan Non Kekerasan Palestina

Nonviolent Resistance atau sebagaimana Mahatma Gandhi kerap sebut dengan perlawanan tanpa tindak kekerasan, adalah praktik untuk mencapai tujuan tertentu melalui protes simbolik, pembangkangan sipil, menolak bekerjasama baik sektor ekonomi maupun politik, atau metode lain tanpa menggunakan kekerasan. Pada dasarnya istilah ini acapkali diidentikkan dengan perlawanan sipil, namun hal itu merupakan sebuah kekeliruan. Masing-masing istilah perlawanan non kekerasan dan perlawanan sipil memiliki karakter serta konotasi berbeda. 9 Aksi non kekerasan bukan berarti menunjukkan sikap lemah atau pasif. Pada dekade abad lalu, di beberapa negara, gerakan rakyat telah menggunakan metode- metode non kekerasan yang berhasil menggulingkan rezim penindas, menggagalkan kudeta militer dan membela Hak Asasi Manusia. Dari tahun 1966 sampai 1999, perlawanan sipil tanpa kekerasan memainkan peran penting pada sebuah transisi dalam otoritarianisme. Terakhir, perlawanan tanpa kekerasan telah menyebabkan Revolusi Rose di Georgia dan Revolusi Orange di Ukraina, 10 termasuk perlawanan 9 Scott Bennett. Radical Pacifism: The War Resisters League and Gandhian Nonviolence in America, 1915-1963 , Syracuse : Syracuse University Press, 2003, h. 6 10 Judith Hand, A Future Without War: The Strategy of a Warfare Transition, San Diego, CA: Questpath Publishing, 2006, h. 22