Kesyahidan Tema-tema Mural Intifadha

E. Dampak Mural

Munculnya mural pada dinding merupakan isyarat keberhasilan para pemuda Palestina mengalahkan pengawasan Israel. Penampakan mural tersebut sering terlihat di dinding-dinding ruang publik seperti; jalan umum, lapangan, dan area komersial padat. 68 Akan tetapi, membaca mural tidak seperti membrowsing di sebuah perpustakaan atau toko buku untuk memilih tema bacaan, karena mereka tidak memiliki alokasi khusus dalam menentukan masing-masing tema pada setiap wilayah. Namun, dinding tidak diproduksi dan dikemas sebagai genre yang berbeda dari sebuah buku atau surat kabar, mereka juga tidak membentuk perbedaan estetika dengan pembaca. Satu-satunya modal yang harus dimiliki untuk membaca dinding adalah mengerti huruf Arab, karena pada dasarnya mural dihiasi oleh tulisan Arab. Akan tetapi, pada kesempatan lain hal tersebut tidak terlalu diperlukan, karena seseorang akan membacakanya dan menyebarkan bacaan tersebut ke orang lain. Dengan demikian, konten mural tersebut ditujukan untuk audiens internal. Sebagai praktek sosial, membaca dinding didasarkan pada posisi serta pengalaman Palestina di bawah payung kekuasaan pendudukan Israel. Dinding diartikan sebagai bentuk kesatuan sentimen dan identitas, serta panggilan untuk melakukan tindakan. Sedangkan bagi masyarakat Israel di wilayah pendudukan, mural dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan prilaku anarkis tanpa hukum. Tetapi menurut analisa tentara Israel, hal tersebut adalah sebuah pelanggaran 68 Jonathan Matusitz. Symbolism in Terrorism: Motivation, Communication, and Behavior . Lanham : Rowman Littlefield, 2014, h. 123. hukum, karena munculnya mural merupakan penanda bahwa mereka akan segera berhadapan dengan konfrotasi masa.

1. Bagi rakyat Palestina

Mural dapat mensugesti audien untuk melakukan tindakan, hal ini mengacu kepada rakyat Palestina yang secara kolektif menolak keberadaan pendudukan di wilayah mereka. Dalam kategori sebagai pembaca, mereka dapat dianggap sebagai komunitas interpretif dan konstitutif. Radway mengatakan,”sebagai pembaca, mereka disatukan oleh tujuan umum, preferensi dan prosedur penafsiran”. 69 Membaca mural sama seperti membaca teks, tidak terjadi dalam “ruang hampa”, tetapi terdapat persoalan yang menyangkut tentang masalah bersejarah, tempat, dan pengalaman mereka. Keberadaan mural yang merata dan menyeluruh, membuat mereka sulit menghindari pandangannya dari warna warni hiasan dinding. Akibatnya, rakyat Palestina selalu memberi perhatiannya kepada goresan dinding tersebut. Tidak berhenti sampai di sana, mereka juga memahami arti dari kemunculan mural pada dinding. Setiap pagi hari saat melihat mural baru yang hadir, mereka dapat menyimpulkan bahwa perlawanan masih terus berlanjut. Asumsi tersebut memunculkan penafsiran bahwa ada seseorang yang sedang mempertaruhkan hidupnya dan menyatakan keberadaan mereka tinggal di wilayah ini. Beberapa rakyat Palestina, menganggap dinding seperti layaknya headline news pada sebuah koran. Karena pada umumnya, mural diproduksi ketika terjadi 69 Janice Radway. Interpretive Communities and Variable Literacies: The Functions of Romance Reading . In Rethinking Popular Culture: Contemporary Perspectives in Cultural Studies, Berkeley: University of California Press, 1991, h. 470.