Mural di Irlandia Utara

Puncaknya, pada tahun 1966 terjadilah konflik di Irlandia Utara. Konflik tersebut dipicu karena orang-orang Katolik yang tinggal di Irlandia Utara diperlakukan secara diskriminatif, baik sosial, politik, dan ekonomi, oleh orang- orang pemerintahan Protestan. Irlandia Utara merupakan wilayah yang mayoritasnya penganut paham Protestan dan orang-orang yang loyal terhadap Inggris Unionis, sementara orang-orang Katolik yang menginginkan Irlandia Utara bebas dari Inggris Nasionalis menjadi minoritas di wilayah ini. 30 Konflik sengit antara orang-orang Protestan dan Katolik di Irlandia Utara dikenal dengan nama The Troubles. Konflik yang berlangsung beberapa dekade tersebut memunculkan gambar-gambar dan slogan-slogan yang dibuat pada dinding- dinding kota dan daerah pemukiman. 31 Kemunculan lukisan-lukisan dinding di Irlandia berawal setelah seratus tahun pertempuran Boyne, ketika sebuah organisasi dibentuk untuk merayakan kemenangan Pangeran William. Beberapa pawai digunakan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa Pangeran William yang mereka anggap sebagai sosok manusia taat, mulia dan abadi, karena ia telah memberikan agama Protestan di Irlandia. Kebebasan, agama, dan hukum adalah saksi keberhasilan Pangeran William yang menjadikan kebanggaan orang-orang Protestan di Irlandia. Biasanya pawai dilakukan oleh semua golongan Protestan di Irlandia, pawai tersebut berisi barisan marching band dan spanduk. Spanduk dilukis dengan sangat cermat oleh para 30 Gordon Gillespie, Historical Dictionary of the Northern Ireland Conflict, Amerika Serikat: scarecrow press, h. 250 31 Sumber: http:www.bbc.co.ukhistorytroubles , Akses:12115. seniman. Lukisan tersebut menunjukkan pemandangan kekuasaan kekaisaran Inggris, cerita dari Alkitab, dan lainnya. Tapi gambar yang paling dominan adalah sosok Raja Billy yang sedang menyeberangi Boyne dengan penuh kasih sayang di atas kudanya. 32 Pada awal abad ke-20 gambar-gambar tersebut mulai dipindahkan ke gable dinding, di mana semua orang dapat melihat gambar tersebut setiap waktu bukan hanya sekali dalam setahun pada saat hari perayaan. Beberapa tema lain juga dibuat, seperti pertempuran Somme atau tenggelamnya kapal Titanic yang digambar di Belfast. Tetapi gambar dari sosok Raja Billy tetap menjadi yang utama. Setiap wilayah yang dihuni oleh kalangan Protestan selalu bersaing untuk menggambar sosok Raja Billy dan Boyne. 33 Sebelum terjadi partisi pada tahun 1921, mereka menaruh perhatian khusus terhadap penduduk Unionis di Irlandia Utara yang sedang melakukan perayaan sebagai bentuk solidaritas, setelah negara Irlandia Utara terbentuk dari pertumpahan darah dan dibangun di atas diskriminasi. Mural telah menjelma menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat Unionis. Tetapi di Irlandia Utara pada kuartal terakhir abad ke-20 merupakan tempat yang sangat berbeda dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Diskriminasi yang terus dilakukan terhadap orang-orang Katolik, membuat para kaum Nasionalis Katolik 32 Bill Rolston. The War of The Walls: Political Murals in Northern Ireland. Belfast: University of Ulster, 2003, h. 39. 33 Bill Rolston. The War of The Walls: Political Murals in Northern Ireland, h. 40. melakukan aksi demonstrasi tentang hak-hak sipil. Namun, beberapa aktifis kampanye hak-hak sipil dipukuli di jalanan, dan beberapa tentara Inggris juga turunkan sebagai bentuk dari legitimasi negara runtuh. Administrator Inggris menuntut politisi dan birokrat lokal bertindak adil dan inklusif, organisasi militer yang loyal terhadap Inggris seperti Ulster Defence Association UDA dan Ulster Volunteer Force UVF membantai penduduk Katolik dan Irish Republican Army IRA. 34 Akibat dari kejadian itu aktivis pro-Irlandia menyatakan sikap perang terhadap institusi Inggris di Irlandia. Mural yang pada awalnya berisikan gambar Raja Billy untuk beberapa waktu digantikan dengan gambar hiasan bendera, mahkota, Alkitab, dan simbol mati lainnya. 35 Setelah IRA mengambil alih Irlandia Utara pada akhir tahun 1970-an, lukisan mural dari pro-Irlandia Nasionalis mulai bermunculan. Mural tersebut muncul untuk memperjuangkan suara politik yang lebih besar dan menyerukan bersatunya kembali Republik Irlandia. Mural-mural yang dibuat oleh kaum Nasionalis lebih bersifat perlawanan dan lebih mempunyai variasi genre yang beragam seperti, aksi mogok makan dan lukisan para tokoh tahanan sebagai korban sistem pemerintahan Inggris. Namun selain berisikan masalah internal, kaum Nasionalis juga membuat mural yang bertemakan internasional. Tema tersebut berisikan dukungan dan rasa simpatik mereka terhadap penderitaan berbagai kelompok global yang sedang mengalami penindasan. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas mereka 34 Bill Rolston. The War of The Walls : Political Murals in Northern Ireland, h, 41 35 Kerr R. Republican Belfast: A Political Tourists Guide, Belfast: MSF Press, 2008. h, 60 terhadap negara atau kelompok yang juga sedang mengalami konflik. 36 Mural internasional berkaitan dengan peristiwa di Afrika Selatan, Nikaragua, dan Palestina, serta lukisan mural dengan ikon tokoh global terkenal seperti Che Guevara, Nelson Mandela, Martin Luther King, dan Malcolm X. 37 Berbagai tema menunjukkan bahwa mural produksi kaum Nasionalis merupakan karya dari masyarakat pro-Irlandia yang meliputi kelompok-kelompok komunitas, aktifis politik dan aktifis militer. Tidak seperti mural Unionis yang hanya diperintahkan oleh kelompok sipil bersenjata yang mendominasi daerah setempat. Selain itu, mural produksi kaum Nasionalis juga banyak berisikan opini publik dari para muralis. Sejak saat itulah mural kaum Nasionalis Irlandia Utara telah berkembang menjadi simbol keyakinan, bahwa waktu berada di pihak mereka. Meskipun merupakan pendatang baru dalam proses pembuatan mural, namun mural mereka lebih memiliki visi dan keyakinan akan terjadinya sebuah perubahan yang tidak dapat dihindarkan, sehingga menampilkan sikap kepercayaan diri dan kegembiraan yang terlihat jelas.

4. Mural di Palestina

Beberapa kasus di negara-negara tersebut merupakan contoh bagaimana seni mural memainkan peran lebih dari sekedar pengantar pesan singkat yang sederhana. 36 Bill Roston. “The Brothers on The Walls : International Solidarity and Irish Political Mural ”, Jurnal of Black Studies, vol 39, no.3, Northern Ireland : University of Ulster, 2009, h. 451 37 Bill Roston. The Brothers on The Walls : International Solidarity and Irish Political Mural, h. 458. Mural menunjukkan tampilan aspek budaya dan sejarah dengan cara komunikasi dua arah antara gambar dengan audiens. Di Palestina sendiri, selama Intifadha pertama mural telah mengubah dinding-dinding jalan dan bangunan menjadi monumen kesaksian atas pergolakan yang terjadi selama masa pendudukan Israel. Perlawanan Israel terhadap perjuangan nasionalisme Palestina telah muncul sejak 1967 silam. Di wilayah pendudukan, mereka membuat kebijakan untuk tidak mentolerir tanda-tanda visual nasionalisme Palestina. Salah satu metode efektif yang digunakan rakyat Palestina selama intifada adalah dengan menggunakan dinding. 38 Ini merupakan cara untuk mengedarkan informasi dan melambangkan perlawanan. Israel mencoba menekan tindakan seperti ini, mereka memerintahkan warga Palestina agar tidak melukis dinding dengan tema nasionalistik. Dunia pers melihat insiden tentara Israel ini dinilai menarik, rakyat Palestina akan berada di bawah todongan senjata Israel untuk mengecat ulang dinding yang telah dilukis. 39 Ini merupakan gambaran bahwa sebuah pemerintahan yang demokratis akan merasa terancam oleh gambar visual yang diekspresikan melalui mural. Kepemimpinan Palestina percaya akan keefektifan dari seni jalanan tersebut, selanjutnya gerakan bawah tanah memberikan perintah kepada anggotanya untuk menggerakkan para pemuda Palestina melakukan kampanye lukisan bendera Palestina pada setiap dinding pada bangunan-bangunan di wilayah pendudukan yang secara simbolis hal ini menandakan sebagai wilayah Palestina. 38 Julie Peteet. “The Writing on the Walls: The Graffiti of the Intifada”, Cultural Anthropology , Vol. 11, No. 2. May, 1996 h. 139. 39 Abdul Jawad Saleh. Israel’s Policy of De-Institutionalization. London: Jerusalem Center for Development Studies, 1987, h. 89. Selang beberapa waktu ketika perlawanan graffiti mulai popular di kalangan rakyat Palestina, mereka selanjutnya mengembangkan dinding menjadi seperti sistem media massa. Pembahasan isu serta dengungan peringatan, mewarnai bentuk perlawanan nonfisik ini dan keberadaan mereka pun dapat membuat Israel merasa terusik. Akibatnya, Israel berusaha menutupi layar dinding tersebut. namun secepat mereka menutupinya, secepat itu pula mural baru kembali muncul. 40 Menjelang masa intifadha pertama berakhir, dinding selain sebagai bentuk perlawanan nasional dan media massa, juga sebagai media pembaca konflik kepemimpinan internal Palestina. suatu organisasi Islam seperti Hamas dan organisasi nasionalis seperti PLO atau Fatah, saling serang menyerang masalah ideologi serta kepemimpinan Palestina. Mereka menggunakan dinding sebagai sumber sirkulasi informasi kepada khalayak luas. Terlepas dari hal itu, dalam menilai seni jalanan selama Intifadha, adanya respon Israel telah membuktikan keefektifan perlawanan non-fisik tersebut. Namun, strategi non-fisik bukan menjadi hal baru bagi rakyat Palestina. Pada periode sebelum Intifadha dimulai, perlawanan non-fisik telah turut mewarnai perjuangan Palestina untuk melengserkan pendudukan Israel. 40 Julie Peteet. “The Writing on the Walls: The Graffiti of the Intifada”, Cultural Anthropology , Vol. 11, No. 2. May, 1996 h. 140. 34

BAB III BENTUK BARU RESISTENSI PALESTINA

A. Palestina

Palestina Arab: Filastin merupakan wilayah yang terletak di kawasan Asia Barat, di antara laut Mediterania dan laut Yordan. Palestina di dalam ajaran Yahudi disebut dengan istilah “Tanah yang dijanjikan” atau ada juga yang menyebutnya “Tanah suci”, karena Palestina merupakan tempat dari tiga agama besar di dunia yaitu: Islam, Kristen dan Yahudi. Secara historis wilayah ini juga dikenal dengan nama-nama seperti; Kanaan, Suriah Selatan dan Kerajaan Yerusalem. 1 Palestina juga terletak di daerah yang amat strategis yaitu antara Mesir, Suriah dan Jazirah Arab. Karena lokasinya terletak di pertengahan negara-negara Arab, Palestina membentuk kombinasi geografis yang natural dan humanistik bagi medan terestrial yang luas. Tanah Palestina mempunyai keistimewaan dibanding dengan daerah lain, karena Palestina merupakan bagian dari tempat bercokolnya semua agama samawi, tempat di mana peradaban kuno muncul, menjadi jembatan aktivitas komersial dan tempat penyusupan ekspedisi militer di sepanjang era bersejarah yang berbeda. Lokasi strategis yang dinikmati Palestina memungkinkannya untuk menjadi faktor penghubung antara berbagai benua : Asia, Afrika dan Eropa. 2 Palestina juga menjadi tempat yang dijadikan pintu masuk bagi perjalanan ke negara-negara tetangga. Ia 1 Simon S. Montefiore. Jerusalem: The Biography. New York: Alfred A. Knopf, 2011, h. 33. 2 Kemal H. Karpat. Studies on Ottoman Social and Political History: Selected Articles and Essays . Boston: Brill, 2002, h. 313.