B. Politik Mural di Beberapa Negara
Seperti yang telah penulis katakan di atas bahwa mural merupakan salah satu genre dari seni visual. Seni selalu dihubungkan dengan estetika pada setiap kajiannya.
Di dalam estetika ini, seni sering mencangkup nilai elok, molek, cantik, anggun, bagus, lembut, utuh, seimbang, padu, hening, terang, hampa, suram, dinamik, kokoh,
hidup, gerak, dan tragis. Pada intinya nilai estetika ini ingin mengisyaratkan bahwa di dalam seni tersebut terdapat sebuah persentuhan selera, pemahaman, dan kepekaan
untuk membedakan serta mengapresiasikan makna dari suatu karya manusia yang mengakibatkan tumbuhnya perasaan-perasaan bagi para audiens yang melihatnya.
10
Seni dalam hal ini mural, telah banyak digunakan sepanjang sejarah hidup manusia sebagai media untuk mengekspresikan keadaan sosial, keyakinan, maupun
yang berhubungan dengan politik dan pemberontakan. Semua ekspresi tersebut sengaja ditunjukkan untuk tampil di hadapan publik. Mural yang dibuat sebagai
bentuk kritik atau perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, dinilai lebih efektif sebagai media komunikasi dua arah yakni, visual-verbal terhadap masyarakat.
Alasannya karena media semacam ini lebih terlihat menarik untuk disaksikan ketimbang dengan membacanya pada sebuah artikel koran yang mungkin bagi
sebagian orang menjenuhkan. Di era modern seperti sekarang, mural dapat kita ibaratkan sebagai sebuah
status pada jejaring sosial yang berguna untuk menuliskan segala macam ekspresi hati
10
Budi Susanto. Politik dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius, 2003, h. 323
dan perasaan yang bersifat resistensi, penghentian blokade atau perang, pemenuhan hak, rasisme, dan lain-lain yang bersifat pengaduan terhadap fenomena ketidakadilan.
Beberapa negara yang menggunakan mural sebagai media resistensi rakyat antara lain:
1. Mural di Jerman
Tembok Berlin di Jerman adalah salah satu tembok di dunia yang banyak menyimpan sejarah. Inilah bukti dari kebebasan terhadap dinding pembatas. Tidak
hanya menyimpan sejarah, namun tembok ini juga menjadi sarana kreativitas masyarakat. Tidak heran jika tembok ini dijuluki East Side Gallery. Hal ini karena
berbagai mural warna-warni dan graffiti yang menggambarkan kehidupan politik, ketegangan, serta pengorbanan manusia di masa lalu menyelimuti setiap sudut
dinding. Tembok Berlin menjadi dikenal sebagai dinding mural, gambar dan lukisan di
tembok Berlin muncul di sisi barat pada periode antara tahun 1960-an dan 1980-an. Beberapa gambar mural cenderung berisikan tentang cinta ataupun penghinaan.
Tembok Berlin terbuat dari dinding beton yang pada dasarnya didirikan pada tahun 1961 oleh Republik Demokratik Jerman GDR
11
yang memisahkan Berlin Barat dan
11
Jerman Timur atau secara resminya German Democratic Republic GDR. Republik Demokratik Jerman didirikan di zona Soviet, sementara Republik Federal Jerman Barat didirikan di
zona Barat. Kata Timur sering digambarkan sebagai negara satelit Uni Soviet, sejak otoritas pendudukan Soviet dimulai. Setelah pengalihan tanggung jawab administratif kepada para pemimpin
komunis Jerman pada tahun 1948, setahun kemudian GDR mulai berfungsi sebagai sebuah negara yaitu pada tanggal 7 Oktober 1949. Lihat David Childs. The Fall of the GDR, London: Longman,
2001, h. 9.
Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat terlihat seperti enklave.
12
Dinding pemisah tersebut menjadikannya simbol dari Perang Dingin. Tembok pembatas ini juga dibarengi dengan pendirian menara
penjaga yang dibangun sepanjang tembok, terdapat pula sebuah daerah terlarang yang diisi dengan ranjau anti kendaraan. Jerman Timur beralasan bahwa tembok ini
dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan
komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam praktiknya ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besarnya pelarian penduduk Berlin Timur ke
wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat.
13
Pemerintah kota Jerman Barat pada kesempatannya acapkali mengatakan bahwa Tembok Berlin adalah Tembok Memalukan, sebutan tersebut dicetuskan oleh
Walikota Willy Brandt untuk mengutuk keberadaan tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak.
14
Gerakan protes dari para mahasiswa di akhir tahun 1960-an menjadikan awal dari peran dinding tersebut sebagai media protes sosial. Pada
awalnya permukaan dinding tersebut masih tidak rata, sehingga pada saat itu bagi sebagian orang yang ingin mencoba menulis di Tembok Berlin tidak dapat berbuat
banyak, melainkan hanya dapat membuat sebuah tulisan atau gambar yang sangat
12
Menurut KBBI oneline enklave adalah negara atau bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah dari suatu negara lain. sumber:
http:kbbi.web.idenklave ,akses: 22914.
13
David Childs. The Fall of the GDR, London: Longman, 2001, h. 44.
14
Mary Beth Stein. “The Politics of Humor: The Berlin Wall in Jokes and Graffiti”, Western
Folklore , Vol. 48, No. 2 April, 1989, h. 97.
sederhana.
15
Renovasi yang dilakukan oleh pemerintah GDR di pertengahan tahun 1970-an, sehingga mengubah sisi permukaan tembok tersebut benar-benar terlihat
halus ibarat sebuah kanvas yang memudahkan seseorang untuk membuat semacam goresan, khususnya permukaan tembok bagian Barat. Dan pada saat yang sama,
goresan tersebut menjadi simbol akan jendela kebebasan Barat dan monumen kesaksian memalukan dari dekadensi Barat.
16
Kreutzberg, merupakan wilayah yang paling dekat dengan tembok dan terkenal akan muralnya. Pada periode kemunduran perang dingin, wilayah tersebut
secara bertahap ditinggal pergi oleh penduduk aslinya. Akibatnya, wilayah tersebut dihuni oleh seniman tunawisma, punk, dan massa anarkis sebagai gantinya. Mereka
biasa membuat mural di tembok tersebut dan meninggalkan pesan pribadi berupa slogan-slogan politik dan gambar.
17
Pada tahun 1970-an dan 1980-an terdapat beberapa kompetisi untuk proyek- proyek seni lukis yang terorganisir. Banyak karya seni yang diusulkan pada
kompetisi tersebut, dengan mempopulerkan gambar simbolis perlawanan terhadap dinding seperti; tangga, lubang, ritsleting, dan bahkan figur manusia yang sedang
melompati tembok.
18
Meskipun kompetisi ini dilakukan oleh para seniman profesional, namun aksi ini tidak mempunyai tujuan sebagai bentuk penghias tembok
15
Kuzdas Heinz. Berliner Mauer Kunst: Berlin Wall Art, Berlin: Elefanten Press, 1999, h. 10.
16
Ladd Brian. The Ghosts of Berlin: Confronting German History in the Urban Landscape, Chicago: the University of Chicago Press, 1997, h. 27.
17
Ladd Brian. The Ghosts of Berlin: Confronting German History in the Urban Landscape, h, 41.
18
Greverus Maria, “Poetics with Politics. Towards an Anthropology of the Own”,
Anthropological Journal of European Cultures , vol. 8, The Politics of Anthropology, 2000, h. 128.