50
2.3. Adversity Quotient
2.3.1. Pengertian adversity quotient
Stoltz 2000 mengungkapkan bahwa AQ memberi informasi seberapa jauh seseorang bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuannya dalam
mengatasinya. AQ juga memprediksikan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang hancur, siapa yang bertahan dan siapa yang menyerah serta siapa
yang akan melampaui harapan atas usaha dan potensinya dan siapa yang gagal. Lebih lanjut Stoltz 2000 mengatakan AQ digunakan untuk membantu
individu dalam memperkuat kemampuan dan ketekunannya dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip dan
impian-impian mereka tanpa memperdulikan apa yang terjadi. Pengertian AQ yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang
mendefinisikan AQ dalam tiga bentuk. Pertama, AQ sebagai konsep kerangka kerja yang baru dalam memahami dan mempertinggi semua bagian dari
kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu pengukuran tentang bagaimana seseorang berespon terhadap kesulitan. Ketiga, AQ sebagai alat yang didasarkan pada
penelitian ilmiah untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berespon terhadap kesulitan Stoltz, 2000.
51
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient
Faktor-faktor yang mempengaruhi adversity quotient menurut Stoltz 2000 sebagai berikut:
a. Daya saing Orang-orang yang merespon berbagai kesulitan secara lebih optimis diramalkan
akan bersikap lebih agresif dan berani mengambil resiko sedangkan reaksi yang lebih pesimis terhadap kesulitan menimbulkan sikap yang pasif. Orang yang
bereaksi secara konstruktif terhadap kesulitan lebih tangkas dalam bertindak supaya yang dikerjakan berhasil dalam menghadapi persaingan, sedangkan
yang bereaksi secara destruktif cenderung lebih tidak berhati-hati serta mudah pesimis.
b. Produktivitas Seligman dalam Stoltz, 2000 membuktikan penelitiannya bahwa orang yang
tidak merespon kesulitan dengan baik maka orang tersebut kurang berpotensi serta kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan
baik. c. Kreativitas
Inovasi merupakan tindakan berdasarkan suatu harapan, inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Menurut
Barker dalam Stoltz, 2000, kreativitas juga muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang
timbul oleh hal yang tidak pasti, sehingga hanya yang memiliki AQ tinggi yang akan menghasilkan kretivitas karena tidak menyerah pada keadaan, tapi terus
52
mencari berbagai kemungkinan, sebaliknya orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan berAQ rendah tidak mampu bertindak kreatif.
d. Motivasi Stoltz 2000 menganggap orang yang memiliki AQ tinggi sebagai orang yang
paling memiliki motivasi. e. Mengambil resiko
Menurut Satterfield dan Seligman dalam Stoltz, 2000 orang yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif bersedia mengambil resiko lebih banyak
untuk mencoba hal-hal yang baru. f. Perbaikan
Dalam kehidupan individu harus melakukan perbaikan untuk mencegah agar tidak ketinggalan zaman. Menurut Stoltz 2000 orang yang AQ lebih tinggi
menjadi lebih baik dalam melakukan perbaikan sedangkan orang yang AQ rendah sebaliknya.
g. Ketekunan Ketekunan merupakan inti dari pendakian dan AQ seseorang. Ketekunan
adalah kemampuan untuk terus menerus melakukan usaha. Menurut Seligman dalam Stoltz, 2000 dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa para tenaga
penjual, militer, mahasiswa serta tim olahraga yang merespon kesulitan dengan baik akan pulih dari kekalahan dan mampu terus bertahan. Sebaliknya yang
merespon kesulitan dengan buruk, mereka akan mudah menyerah.
53
h. Belajar Belajar sangat penting dalam kehidupan, karena dengan belajar individu
mampu mencoba hal-hal yang belum terjadi. Dengan belajar, individu akan mampu menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan baik. Menurut Carol
Dwek dalam Stoltz, 2000 membuktikan bahwa anak-anak yang merespon pesimis terhadap kesulitan tidak akan belajar dan tidak berprestasi dibanding
dengan anak-anak yang merespon kesulitan dengan optimis. i. Merangkul perubahan
Menurut Stoltz, 2000 agar individu bisa sukses harus efektif dalam mengatasi perubahan.
j. Keuletan, stress, tekanan, kemunduran Suzanne Oullette dalam Stoltz, 2000 dalam penelitiannya memperlihatkan
bahwa orang yang merespon kesulitan dengan sifat tahan banting, pengendalian, tantangan, dan komitmen, mereka akan tetap ulet dalam
menghadapi berbagai kesulitan. Sedangkan orang yang tidak merespon kesulitan dengan pengendalian, tantangan, dan komitmen cenderung akan
menjadi lemah akibat situasi yang sulit.
2.3.3. Dimensi adversity quotient