“Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi
Dzat yang jiwakuada di Tangan-Nya, tidak akan masuk surga kecuali
orang yang bersifat penyayang.”
5. Memilih yang termudah di antara dua perkara selagi tidak berdosa
Aisyah berkata, “Tidaklah dihadapkan kepada Rasulullah antara dua perkara melainkan akan dipilihnya perkara yang paling mudah selama hal itu
tidak berdosa. Jika itu berdosa maka beliaulah orang yang paling jauh meninggalkannya. Dan, beliau tidak mendendam sama sekali terhadap dirinya
kecuali jika dirinya melanggar larangan Allah. Maka beliau akan menghukum dirinya sendiri karena allah”.Muttafaq’alaih
6. Tidak pemarah
Dalam pendidikan, sifat pemarah dan emosional harus dijauhi. Sifat demikian bahkan menjadi faktor kegagalan dalam pendidikan anak.
15
Jika anda sedang sangat marah, maka berhentilah dari berbicara, karena kemarahan dari setan. Kemarahan menyebabkan ketertutupan akal.
Kemarahan adalah penyebab kesalahan dalam perbuatan dan ucapan. Berhentilah berbicara jika anda sedang marah. Berwudhulah anda dan
duduklah anda jika sedang berdiri. Bersilalah jika anda sedang duduk. Berlindunglah kepada Allah dari setan hingga kemarahan itu hilang dari
diri.
16
15
Suwaid, op. cit., h.18-20
16
Syaikh Musthafa al- ‘Adawy,Fikih Akhlak, Terj. Dari Fiqh al-Akhlak wa al-Mu’amalat
baina al- Mu’minin, oleh Salim Bazemool dan Taufik Damas Lc, Jakarta: Qisthi Press. 2009 h.
222
Nabi pernah memperingatkan seorang lelaki yang meminta pesan khusus kepada beliau yang kemudian beliau menjawab, “jangan marah”,
sampai tiga kali Rasulullah saw bersabda
“Orang kuat itu bukanlah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang menguasai menahan diri ketika
marah.” HR. Muttafaq’alaih Jika seorang dapat menguasai amarahnya dan dapat menahan murka-Nya,
maka hal itu menjadi keberuntungan tersendiri bagi dirinya dan juga bagi anaknya.
17
7. Ada Senjang Waktu dalam Memberi Nasihat
Seringkali banyak bicara itu tidak mendatangkan hasil. Sebab itulah Imam Ibnu Hanifah berpesan kepada para muridnya, “janganlah kalian
mengajarkan fiqih kalian kepada orang yang sudah tidak berminat”. Ibnu Mas’ud ra. hanya memberi nasihat kepada para sahabat setiap hari kamis.
Maka ada seorang yang be rkata kepada beliau,”Wahai Abu Abdurrahman,
alangkah baiknya jika anda memberi nasihat kepada kami setiap hari.”Beliau menjawab,”Saya enggan begitu karena saya tidak ingin membuat kalaian
merasa bosan dan saya memberi senjang waktu dalam memberikan nasihat sebagaimana Rasulullah lakukan terhadap kami dulu karena khawatir kami
bosan.”Muttafaq ‘alaih.
18
Orang tua tidak dianjurkan untuk menasihati anak setiap hari, dikarenakan takut si anak bosan, jadi si anak bukan mendengarkan nasihat
orang tuanya, melainkan tidak mendengarkan sedikitpun nasihat yang
17
Abdussalam, op. cit., h.108.
18
Suwaid, op. Cit., h.22.