Tanggung Jawab Pendidikan Moral

Itulah orang yang jika hidupnya tidak dimanfaatkan, dan jika mati tidak akan ditangisi oleh krabatnya. Kemudian, jika sifat-sifat kebinatangan dapat mengalahkan dirinya, dengan sendirinya ia akan mengejar segala kesenangan dan kelezatan dengan jalan apa saja, sekalipun jalan haram ia tidak akan merasa malu melakukannya, bahklan hati dan akalnya tidak akan menghalanginya. Abu Nawas pernah berdendang : Dunia ini hanya berisi makan-makan, minum-minum dan mabuk- mabukan. Sekiranya engkau tinggalkan semua itu, maka akan selamatlah dunia ini. 42 Pendidikan akhlak merupakan tanggung jawab para orang tua dan guru.untuk mensukseskan pendidikan akhlak ini, seorang anak selayaknya menemukan teladan baik dihadapannya, bailk di rumah maupun di sekolah. Sehingga, teladan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab yang sangat benar terhadap pendidikan moralitas anak. Berikut ini beberapa program yang diusulkan tentang pendidikan akhlak yuang diterapkan pada anak. Program tersebut adalah: 1. Melatih anak melaksanakan berbagai kewajibannya dengan penuh ketaatan, seperti: sholat pada waktunya dan bersedekah pada pakir miskin. 2. Berbincang-bincang dengan anak tentang ketaatan kepada orang tua, karena keridhaan orang tua merupakan jalan menuju surga. Mengajarkan anak tentang bagaimana cara menghormati orang dewasa, 43 jangan sekali-kali berbicara sesuka hati kita. Jagalah perkataan kita agar tidak menyakiti hatinya. Bila kita duduk bersamanya jangan sekali-kali kita duduk di tempat yang lebih tinggi dari pada mereka dan jangan pula memakai celana dalam pendek karena perbuatan seperti itu tidak sopan. 44 menyambung tali silaturrohim terhadap kerabat dekat, karena silaturahim termasuk diantara prilaku-prilaku mulia yang dianjurkan dalam Islam. Kemudian, menjelaskan 42 Ibid., 174-175. 43 Musthafa, op. Cit., h.27. 44 Ny.H.Hadiyah Salim,”Tuntunan Akhlak bagi Anak-anak Muslim”,Bandung: Sinar Baru,1992 h. 11 kepada anak tentang bagai mana caranya mengasihi orang yang lebih kecil dan lemah, seperti mengasihi pembantu, orang miskin, anak yatim dan binatang. 3. Memberitahu anak tentang perbedaan antara perkara yang halal dan perkara yang haram. Menyebutkan contoh-contoh praktis dari kehidupan nyata yang berkaitan dengan perkara-perkara yang dihalalkan dan diharamkan dalam pandangan Islam. 4. Tidak berlebih-lebihan dalam memanjakan anak dan dalam memenuhi keinginan-keinginannya. Perlu diketahui bahwa anak pada usia yang masih muda ini membutuhkan bimbingan dan pengarahan yang jauh dari kekerasan. 5. Menjelaskan bahaya berbohong, 45 sebab sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang buruk dan tercela. Janganlah engkau berdusta untuk memperoleh nama baik dikalangan teman-teman dan gurumu. Bila engkau sudah terbiasa berdusta, maka teman-temanmu tidak akan mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu adalah benar. 46 Menjelaskan bahaya mencuri dan prilaku-prilaku jahat lainnya yang dapat menjerumuskan masa depan anak kejurang kesesatan dan kenistaan. 6. Melatih anak untuk menghormati hak-hak orang lain dan tidak bersikap lancang terhadap barang-barang pribadi yang dimiliki sodara-sodaranya di rumah, sahabat-sahabatnya disekolah, teman-temannya disekitar rumahnya dan seterusnya. 7. Membiasakan anak untuk tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai kesulitan. Sehingga, pada saat marah, ia tidak berbicara dengan kata-kata kasar atau menyakiti orang lain 8. Meltaih anak dengan berbagai sikap yang dapat menumbuhkan prilaku-prilaku positif di dalam dirinya. Sehingga, mampu mewujudkan ketenangan hati dalam dirinya, seperti keberanian, bukan sifat sombong atau pengecut. Juga, memperlihatkan sikap murah hati bukan sikap kikir atau berlebih-lebihan. 45 Musthafa, op. Cit., h.27. 46 Muhammad Syakir, kepada Anakku: Selamatkan Akhlakmu, Terj. Dari Washayal aabaa’ lil abnaa’, oleh Ammy An-Nadlirah, Ummi Mujawazah Mahali, jakarta: Gema Insani Press. 1994 h.41 9. Membiasakan anak untuk menjalin berbagai hubungan persaudaraan yang penuh kasih sayang dan dilandaskan karena Allah SWT dengan teman- temannya. Selalu bersama dengan mereka baik dalam kesenangan maupun kesedihan, dan bekerja sama dengan mereka dalam melakukan perbuatan- perbuatan kebaikan. 47 Dan diantara kewajiban ayah terhadap anak-anaknya adalah mengajar mereka dengan etika sosial yang bisa membentuk dan menjernihkan pikiran serta meluruskan perasaan mereka. Menurut ilmu jiwa, anak itu laksana lembaran kertas yang putih, bisa ditulis dengan kata apa saja, warna tinta apa saja dan dengan bahasa apa saja. Kertas putih itu bisa ditulis dengan tinta merah, biru, hijau, hitam dan lain- lain. Kertas putih itu bisa diisi dengan Bahasa Arab, Inggris, Jerman, Eropa, Melayu dan lain-lain. Kertas yang putih itu bisa dibubuhi untaian kata yang indah dan halus atau untaian kata yang jelek dan kotor. Jiwa anak yang bagai kertas putih bisa menerima apa saja yang dituliskan kepadanya. Dan apabila ia telah ditulis sesuatu, itulah yang akan menjadi bagian dari bentuk dan esensinya. Oleh karena itu, Islam sangat keras dan tegas dalam mengamanatkan pendidikan akhlak bagi anak. Karena, permulaan pendidikan bagi anak adalah dari keluarga, bukan dari sekolah dan bukan dari jalanan. 48

3. Tanggung Jawab Pendidikan Sosial

Yang dim aksud dengan “pendidikan kemasyarakatan” ialah pendidikan anak sejak dini agar terbiasa melakukan tata krama sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan yang mulia, yang bersumber dari akidah Islamiah yang abadi dan emosi keimanan yang mendalam agar di masyarakat, anak berpenampilan dan bergaul dengan baik, sopan, ajeg, matang akal, dan bertindak bijak. Tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab ini termasuk salah satu tanggung jawab terpenting bagi para pendidik dan orang tua dalam upaya 47 Musthafa, op. Cit., h.26-27 48 Dr. Rauf Syalabi, Wahai Bapak Didiklah Keluargamu dengan Baik, Terj. Dari Istaushu bin-Nissa Khairan, oleh Ahmad Abdussalam, bandung:Gema Risalah Press.1989 h.173-174 mempersiapkan anak, bahwa merupakan hasil setiap pendidikan yang telah di sebutkan di muka, baik yang berhubungan dengan pendidikan iman maupun yang berkaitan dengan pendidikan moral dan psikologis karena eksistensi pendidikan sosial merupakan fenomena tingkah laku dan watak yang dapat mendidik anak guna menaikan segala kewajiban, sopan santun, kontrol sosial, keajegan intelektual, politik, dan interaksi yang baik dengan orang lain. Secara empiris dan nyata, tegas bahwa selamatnya masyarakat serta kuat dan kokohnya bangunannya tidak terlepas dari sehatnya anggota masyarakat dan cara mempersiapkannya. Karenanya, Islam memperhatikan pendidikan sosial dan tingkahlakunya sehingga, apabila mereka terdidik, terbentuk, dan berkiprah di panggung kehidupan, mereka akan dapat memberikan gambaran yang benar tentang manusia yang cakap berakal dan bijak. Oleh sebab itu, para pendidik hendaknya berusaha keras memikukl tanggung jawab besar mereka terhadap pendidikan sosial dengan cara yang benar- benar agar mereka dapat memberikan andil dalam pembinaan masyarakat Islam yang utama, dan nilai-nilai yang Islam. Jika setiap pendidikan memiliki metode yang digunakan oleh para pendidik, lantas metode praktis yang mana yang dapat mendidik masyarakat yang utama? Metode tersebut berkisar pada empat persoalan berikut ini. 1. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia. 2. Pemeliharaan hak-hak orang lain. 3. Melaksanakan tatakrama sosial yang berlaku umum. 4. Kontrol dan kritik sosial. 49 1. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia Islam telah memberikan pedoman-pedoman pendidikan utama pada setiap jiwa anggota masyarakat, baik terhadap anak-anak maupun terhadap orang dewasa, laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun pemuda dengan dasar- 49 DR.Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Sosial Anak, Terj. Dari Tarbiyatul Aulad fil Islam, oleh Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. 1992 h 1-2 dasar kejiwaan yang mulia lagi mantap dan dengan pedoman-pedoman pendidikan yang abadi. Pembentukan keperibadian Islam ini tidak akan sempurna kecuali dengannya, dan tidak akan saling menyempurnakan kecuali dengan jalan mewujudkannya, dan pada saat yang sama, ia merupakan nilai-nilai manusia abadi. Untuk menanamkan dasar-dasar kejiwaan ini pada jiwa perseorangan dan kelompok, Islam telah memberikan bimbingan-bimbingannya yang bernilai dan pesan-pesannya yang praktis agar pendidikan sosial menjadi lebih sempurna maknanya, sehingga masyarakat tumbuh berkembang atas dasar kerja sama yang produktif, ikatan yang kuat, sopan santun yang luhur, saling mencintai, dan kritik dari yang konstruktif. Berikut ini adalah perihal dasar-dasar kejiwaan yang selalu diupayakan Islam penanamannya; a Akidah Iman dan taqwa b Keutamaan persaudaraan dan percintaan c Prinsip-prinsip kasih sayang d Sabar e Sikap berani tampil dan berani karena benar 50 2. Memelihara hak orang lain Sebelumnya telah dijelaskan bahwa landasan utama yang mengharuskan tegaknya prilaku sosial adalah sebagai berikut. Akidah iman dan takwa, keutamaan persaudaraan dan percintaan, prinsip-prinsip kasih sayang , sabar, sikap berani tampil dan berani karena benar al-jurah. Andaikata para pendidik tidak menanamkan dasar-dasar kejiwaan ini pada diri anak-anak mereka sejak kecil, maka mereka akan hidup menyimpang di tengah-tengah masyarakat. Bahkan mereka akan menjadi alat penghancur tata nilai dan akan menjadi benih- benih kriminalitas sosial. Jika tumbuh dewasa atas kehancuran dan penyimpangan ini, maka bimbingan, pendidikan, dan perbaikan tidak lagi akan bermanfaat buat mereka. 50 Ibid., h 2