Multi Level Marketing MLM Murni

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 keemasan sistem franchise akan dikalahkan oleh sistem pemasaran berjenjang yang dikembangkan Multi Level Marketing. Dan tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 menjadi zaman keemasan sistem industri MLM, dimana pada satu titik grafik, MLM akan melampaui perkembangan bisnis franchise. Dalam kurun waktu setengah abad ini, MLM murni masih tetap bertahan. Di negara asalnya, pada awal perkembangan industri MLM, banyak bahkan ribuan perusahaan menggunakan sistem MLM. Namun berjalan bersama dengan waktu dan berlakunya seleksi alam, maka hanya tinggal beberapa yang masih eksis, dan diantara yang eksis semuanya MLM murni. Sedangkan di Indonesia sendiri, pada umumnya MLM yang menjadi anggota APLI Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, masih tetap bertahan. Ditengah perkembangannya yang begitu pesat, bermunculan MLM- MLM palsu atau perusahaan-perusahaan gelap yang berkedok MLM, layaknya jamur dimusim hujan. Namun juga segera lenyap setelah berhasil meraup uang dari anggotanya. Fenomena ini timbul karena adanya pergeseran, bagaimana “MLM” masih tetap bisa bermain ditengah masyarakat yang sudah mulai mengetahui dan memahami MLM. Hal ini terlihat dengan munculnya sistem Piramida, Binary, dan Bisnis Penggandaan Uang Money Game. Untuk selanjutnya penulis akan memberikan gambaran bentuk atau jenis-jenis MLM yang pernah atau sampai saat ini masih tetap beredar di Indonesia.

1. Multi Level Marketing MLM Murni

Saat ini sistem penjualan dengan cara multi – level memang sedang booming. Para pengusaha seolah ikut latah dan berlomba memasarkan produknya dengan sistem MLM. Tidak tanggung-tanggung, produk yang sudah merajai pasar dengan Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 sistem konvensional, seakan dipaksa “ganti baju” agar bisa dipasarkan secara Multi Level Marketing. Padahal produknya sama, nyaris tidak ada bedanya. Sementara itu, untuk menjadi pengusaha maupun distributor MLM atau lebih dikenal dengan istilah mitra usaha yang berhasil dan handal, tidak cukup hanya memiliki pengetahuan dan pengalaman dibidang MLM. Tetapi yang penting dan utama, kita harus memiliki jiwa MLM atau jiwa enterpreneur sejati. Satu-satunya lembaga di Indonesia yang “mencharge dan concern” terhadap industri MLM adalah Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia APLI. Sejak berdiri pada tahun 1984 hingga kini, organisasi ini telah melakukan banyak terobosan dengan tujuan agar masyarakat Indonesia menjadi terbuka wawasannya mengenai MLM. Sehingga baik masyarakat, pengusaha maupun distributor MLM dapat sama- sama sukses dan diuntungkan. Untuk masuk dalam jaringan bisnis pemasaran seperti ini, pada umumnya setiap orang harus menjadi member anggota jaringan, ada juga yang diistilahkan dengan sebutan distributor; kadangkala membership tersebut dilakukan dengan mengisi formulir membership dengan membayar sejumlah uang pendaftaran, disertai dengan pembelian produk tertentu agar member tersebut mempunyai point, dan terkadang tanpa pembelian produk. Dalam hal ini, perolehan point menjadi sangat penting, karena kadangkala suatu perusahaan MLM menjadikan point sebagai ukuran besar kecilnya bonus yang diperoleh. Point tersebut dapat dihitung berdasarkan pembelian langsung, atau tidak langsung. Pembelian langsung biasanya dilakukan oleh masing-masing member, sedangkan pembelian tidak langsung biasanya dilakukan oleh jaringan member tersebut. Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 Dari sini, kemudian ada istilah bonus jaringan. Karena dua kelebihan inilah, biasanya bisnis MLM ini diminati banyak kalangan. Ditambah dengan potongan harga yang tidak diberikan kepada orang yang tidak menjadi member. Namun ada juga point yang menentukan bonus member bukan ditentukan oleh pembelian produk baik langsung maupun tidak langsung, melainkan oleh referee pemakelaran sebagaimana istilah mereka yang dilakukan terhadap orang lain, agar orang tersebut menjadi member dan include didalamnya pembelian produk. Pendaftaraan diri menjadi member cukup dilakukan sekali saja dan member tersebut berhak mendapatkan bonus. Tetapi dihitung lagi, berapa pembelian langsung maupun tidak langsungnya. Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perusahaan lain, seorang memberdistributor harus mensponsori orang lain agar menjadi memberdistributor,dan orang ini menjadi downline dari orang yang mensponsorinya up-linenya. Begitu seterusnya, up-line “harus” membimbing downlinenya untuk mensponsori orang lain lagi dan membentuk jaringan. Sehingga orang yang menjadi up-linenya mendapat bonus jaringan atau komisi kepemimpinan, sekalipun tidak ditentukan formasi jaringan horizontal maupun vertikal. Dari paparan diatas, jelas menunjukkan bahwa MLM sebagai bisnis pemasaran tersebut adalah bisnis yang dibangun berdasarkan ormai jaringan tertentu, bisa top-down atas bawah atau left-right kiri-kanan, dengan kata lain vertikal maupun horizontal, atau perpaduan diantara keduanya. Namun farmasi seperti ini tidak akan hidup dan berjalan, jika tidak ada beneit keuntungan, yang berupa bonus.bentuknya bis aberupa potongan harga; 2bonus penjualan; 3 bonus Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 jaringan, istilah lainnya komisi kepemimpinan. Dari ketiga jenis bonus tersebut, bonus ketiga-lah yang diterapkan di hampir semua bonus MLM. Sementara bonus jaringan adalah bonus yang diberikan karena faktor jasa masing-masing member dalam membangun jaringan farmasinya. Dengan kata lain, bonus ini diberikan kepada member yang bersangkutan karena telah berjasa menjual produk perusahaan, secara tidak langsung. Meski perusahaan tersebut tidak menyebutkan secara langsung dengan istilah referee pemakelaran, istilah lainnya adalah sponsor, promotor, namun pada dasarnya bonus jaringan seperti ini juga merupakan “referee” pemakelaran. Karena itu, posisi member dalam jarinagn MLM ini, tidak lepas dari dua posisi, yaitu 1 pembeli langsung; 2 makelar. Disebut pembeli langsung, manakala sebagai member, dia melakukan transaksi pembelian secara langsung, baik melalui perusahaan ataupun distributor atau pusat stock stockist atau dalam perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis digunakan istilah “Business Centre” BC. Disebut makelar, karena dia telah menjadi perantara, melalui perekrutan yang telah ia lakukan, bagi orang lain untuk menjadi member dan membeli produk perusahaan tersebut. Inilah praktek yang terjadi dalam bisnis Marketing, yang menamakan dirinya Multi Level Marketing atau “refereal business”. Dari sini, kasus tersebut dapat dikaji berdasarkan dua fakta diatas, yaitu fakta pembelian langsung dan fakta makelar. Dalam prakteknya, pembelian langsung yang dilakukan, disamping mendapatkan bonus langsung, berupa potongan harga juga mendapatkan point yang secara akumulatif akan dinominalkan dengan sejumlah uang Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 tertentu. Pada saat yang sama, melalui formasi jaringan yang dibentuknya, orang tersebut akan mendapatkan bonus tidak langsung.

2. MLM Palsu Perusahaan Yang Berkedok MLM.