SISTEM PIRAMIDA MLM Palsu Perusahaan Yang Berkedok MLM.

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 Sistem Money Game menggunakan sistem gali lobang tutup lobang. Lobang yang digali jauh lebih besar dari sesuatu yang ingin ditutupkan ke lobang itu. Akibatnya dari hari ke hari lobang semakin besar dan akhirnya meledak. Itulah sistem Money Game yang telah “merusak” nama Multi Level Marketing MLM sejati.

b. SISTEM PIRAMIDA

Pada dasarnya, bisnis money game penggandaan uang yang berkedok Multi Level Marketing, menggunakan sistem Piramida. Dalam sistem Piramida juga dipergunakan barang-barang yang seolah-olah diidentikkan dengan Starter Kit, sebagaimana yang umum diberlakukan dalam pemasaran sistem MLM atau Single Level Marketing. Padahal barang-barang itu tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi cuman dipakai sebagai pelengkap syarat, supaya tidak dituduh sebagai prnaktek bank gelap. 27 Untuk itu aparat pemerintah perlu memberi perhatian yang intens terhadap penipuan berkedok MLM, dan khususnya APLI sebagai nwadah dan lembaga yang concern terhadap perusahaan MLM di Indonesia. Langkah menuju terwujudnya UU Anti Piramida sudah diawali oleh APLI. Bermula dari pembentukan Task Force Anti Sistem Piramida seperti yang sekarang banyak ditemukan, memberi kesempatan lebih besar kepada peserta yang tercepat. Mereka yang ikut belakangan mendapat kemungkinan lebih kecil untuk mendapatkan keuntungan. Bahkan mereka bisa buntung karena modal yang ditanamkan sering tidak kembali. Pada praktek penipuan berkedok MLM, keuntungan didapat dari rekruting peserta baru yang tidak lain adalah calon korban. 27 “Sistem Piramida Tidak Seindah Janjinya” http:yahoo.com 20 Januari 2002. Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 Money Game, kini APLI melalui sebuah tim khusus telah menyiapkan draft RUU Anti Piramida. Jalan panjang dan terjal bakal ditempuh untuk mewujudkan draft ini menjadi Undang-undang yang bernkekuatan hukum tetap. Banyak variable yang akan mempengaruhinya. Namun, jika industri Direct Selling atau Multi Level Marketing ingin eksis, memiliki citra yang yang lebih baik, dan terus berkembang,UU Anti Piramida harus ada. Industri ini sudah merasakan pahit getirnya sak wasangka masyarakat yang menyamaratakan bisnis yang benar dan legal. Dengan praktek- praktek atau usaha-usaha penipuan berkedok MLM. Ketika media massa mengungkap praktek penipuan yang mirip atau menggunakan mekanisme seperti MLM, maka serta merta praktek tersebut disebut, dipersepsi, dimengerti, atau diidentifikasi sebagai MLM. Akibatnya, industri Direct Selling atau Multi Level Marketing yang benar dan sah, yang telah memberikan sumber penghidupan secara halal bagi sekurang- kurangnya 4,5 juta penduduk Indonesia, menuai citra negatif. Sungguh suatu keadaan yang diyakini menimbulkan perasaan tidak adil bagi mereka. Jika citra negatif begitu tertanam dibenak masyarakat, ini dapat berdampak pada perkembangan industri Direct Selling atau Multi Level Marketing di tanah air. Ruang gerak akan terus jauh lebih sempit dan menimbulkan kesan industri Direct Selling kurang prospektif lagi. Semua yang berkepentingan di dunia Direct Selling atau Multi Level Marketing pasti tidak menginginkan kondisi seperti ini menjadi kenyataan. Dengfan demikian kenyataan tersebut harus dicegah secara intensif. APLI telah mengambil urutan langkah yang benar. Bermula dari peran APLI mendorong munculnya institusi IUPB Izin Usaha Penjualan Berjenjang, untuk Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 menyaring dan mencegah munculnya praktek-praktek penipuan berkedok MLM. Namun, ketika institusi itu dirasakan mempunyai banyak kelemahan, APLI pun berniat baik menyiapkan gagasan-gagasan penyempurnaannya. Kini, langkah APLI lebih strategis lagi dengan menggulirkan pentingnya UU Anti Piramida, serta mengambil aksikonkrit dengan menyusun draft RUU Anti Piramida. Cakupannya pun lebih luas dan lebih menyentuh ke akar permasalahannya. APLI pun memikirkan kemudian menjangkau sasaran antara, yaitu mengusulkan peraturan dalam bentuk pengaturan perundangan yang lebih rendah tingkatnya. Yang terpenting adalah tersedianya perangkat hukum yang dapat segera dipergunakan oleh aparat untuk mencegah atau bertindak. Gayung bersambut, pihak pemerintah dalam hal ini Direktorat Perlindungan Konsumen Depperindag, mendukung langkah APLI. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dari berbagai daerah yang sempat berdialog dengtan APLI akhir Oktober 2002, juga menunjukkan antusiasme untuk bekerja sama dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang bahaya skema piramida dan Money Game. Ini jelas dukungan moril yang sangat konkrit, sekaligus amanah yang sangat mulia. Bahwasannya APLI sesungguhnya mempunyai peran sosial yang aktual dan patut diperhitungkan. Dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang bahaya sekema piramida dan Money Game, APLI memberikan penjelasan tentang perbedaan antara sistem Direct Selling dalam MLM dan Sistem Piramida. Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 PERBEDAAN DIRECT SELLING DAN SISTEM PIRAMIDA 28 No DIRECT SELLING VS SISTEM PIRAMIDA 1. Sudah dimasyarakatkan dan diterima hampi di seluruh dunia Sudah banyak negara yang melarang dan menindak perusahaan yang dengan sistem ini, bahkan pengusahanya ditangkap pihak yang berwajib. 2. Berhasil meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan para anggotanya dari level atas sampai level bawah Hanya menguntungkan bagi orang- orang yang pertama atau lebih dahulu bergabung sebagai anggota, atas kerugian yang mendaftar belakangan. 3. Keuntungankeberhasilan Mitra Usaha ditentukan dari hasil nkerja dalam bentuk penjualanpembelian produkjasa yang bernilai atau berguna untuk konsumen Keuntungankeberhasilan anggota ditentukan dari seberapa banyak yang bisa merekrut orang lain yang menyetor sejumlah uang sampai terbentuk satu format piramida 4. Setiap orang hanya berhak menjadi Mitra Usaha sebanyak satu kali saja Setiap orang boleh menjadi anggota berkali-kali dalam satu waktu tertenntu, menjadi anggota disebut 28 http:www.apli.or.id 17 Maret 2004 Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 dengan “membeli KAVLING”, jadi satu orang boleh membeli beberapa kavling. 5. Biaya pendaftaran menjadi anggota tidak terlalu mahal, masuk akal dan imbalannya adalah Starter Kit yang senilai. Biaya pendaftaran tidak dimaksudkan untuk memaksakan pembelian produk dan bukan untuk mencari untung dari biaya pendaftaran Biaya pendaftaran anggota sangat tinggi, biasanya disertai dengan produk-produk yang jika dihitung harganya menjadi sangat mahal tidak sesuai dengan produk sejenis yang ada dipasaran. Jika seorang lebih banyak merekrut or4ang lain, maka barulah bisa mendapatkan keuntungan, dengan kata lain keuntungan didapat dengan merekrut lebih banyak anggota, bukan dengan penjualan lebih banyak 6. Keuntungan yang didapat Mitra Usaha dihitung berdasarkan hasil penjualan dari setiap anggota jaringannya Keuntungan yang didapat anggota dihitung berdasarkan sistem rekruting sampai terbentuk format tertentu 7. Jumlah orang yang direkrut anggota tidak dibatasi, tetapi dianjurkan sesuai dengan Jumlah anggota yang direkrut dibatasi. Jika ingin merekrut lebih banyak lagi, bisa harus menjadi Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 kapasitas dan kemampuan masing-masing anggota membeli kavling lagi 8. Setiap Mitra Usaha sangat tidak dianjurkan, bahkan dilarang menumpuk barang inventory loading karena di dalam penjualan langsung, yang terpenting adalah produk yang dibeli dapat dipakai dan dirasakan khasiat, kegunaan, kualitas, dan manfaatnya oleh konsumen Setiap anggota dianjurkan untuk menjadi anggota berkali-kali, dimana setipa kali menjadi anggota harus membeli produk dengan harga yang tidak masuk akal. Hal ini menyebabkan banyak sekakli anggota yang menimbun barang dan tidak dipakai 9. Program pembinaan Mitra Usaha sangat diperlukan, agar diperoleh anggota yang berkualitas tinggi Tidak ada program pembinaan apapun juga, karen ayang diperlukan hanya rekruting saja 10. Pelatihan produk menjadi hal yang sangat penting, karena produk harus dijual sampai ketangan konsumen Tidak ada pelatihan produk, sebab komoditas hanyalah rekrut keanggotaan. Produk dalam sistem ini hanyalah satu kedok saja 11. Setiap up line sangat berkepentingan dengan Para up line hanya mementingkan rekruting orang baru saja. Apakah Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007. USU Repository © 2009 meningkatkan kualitas dari para downlinenya, kesuksesan seorang Mitra Usaha dapat terjadi, jika downlinenya sukses downlinenya berhasil atau tidak, bukanlah perhnatian dari upline 12. Merupakan salah satu peluang berusaha yang baik, dimana setiap Mitra Usaha harus tetap melakukan pembinaan untuk jaringan Bukan merupakan suatu peluang usaha, karen ayang dilakukan lebih menyerupai untung-untungan, dimana yang perlu dilakukan hanyalah “membeli kavling” dan selanjutnya hanylah menunggu.

c. SISTEM BINARY