Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
bukan sekedar pemasar yang handal yang menghalalkan semua cara untuk mencapai target usaha. Menempatkan etika bisnis sebagai panglima itulah yang merupakan
keabsahan usaha MLM sebagai simbol reformasi pemasaran. Sebab, sejauh yang mampu diamati, intisari dari arus reformasi pemasaran adalah membangun menusia-
manusia beretika, berakhlak , bermoral dalam semua bidang kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
B. KEDUDUKAN DAN PERANAN SELF REGULATION DALAM PERUSAHAAN ELKEN
Diluar sumber-sumber hokum formal, sebenarnya mendapat satu kumpulan norma yang juga memegang peranan penting dalam Perlindungan Konsumen.
Kumpulan norma tersebut dikenal dengan autonomic legislation atau self regulation, yang oleh sejumlah kalangan diterjemahkan menjadi swakarma. Isi self regulation ini
lazimnya dimuat dalam kode etik suatu profesi. Disadari atau tidak, mungkin semua aktifitas kegiatan kemasyarakatan yang
bermuatan hokum dapat ditampung seluruhnya dalam peraturan perundang-undangan. Terbatasnya kemampuan hokum perdata, pidana, dan administrasimengakibatkan
aparat penegak hokum di Indonesia, khususnya hakim belumberani menjatuhkan putusan secara teleologis mengantisipasi kecendrungan pelanggaran hak-hak
konsumen di masa depan. Kode etik mempunyai kedudukan yang sangat strategis, karena memuat
aturan-aturan yang paling mendasar tentang profesi tertentu. Memang benar, bahwa sanksi pelanggaran kode etik ini lebih banyak menyentuh unsure moralitas dari pada
legalitas, tetapi kelemahan ini dapat diatasi dengan memberikan unsure lain, yaitu berupa sanksi organisatoris. System norma hokum, khususnya hokum pidana,
diyakini lebih tepat digunakan sebagai ultimum remedium, bukan sebagai premium remedium. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan dalam
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
hubungan dengan profesi tertentu, seperti dokter, apoteker, notaries, pengacara, jaksa, hakim, atau khususnya para pengusaha professional yang bergerak dalam bisnis Multi
Level Marketing, premium remedium dalam bentuk kode etik ini, seharusnya ada pada norma-norma organisasi mereka masing-masing.
Kode etik yang baik, adalah yang ditetapkan secara sukarela oleh organisasi- organisasi profesi tersebut dan akan lebih baik apabila dibantu oleh ahli-ahli etika
adalah hasil rumusan pemikiran yang disepakati bersama dilandasi oleh itikad baik untuk menjadikan profesinya berkembang dan diterima oleh masyarakat. Sesuai asas
pacta dant legem contractui dan asas pacta sunt servanda, kesepakatan seperti diatas wajib untuk ditaati. Bahkan jika dianalogikan dengan perjanjian keperdataan,
kesepakatan itu mempunyai kekuatan mengikat seperti layaknya undang-undang. Dalam kode etik itulah nantinya akan ditentukan sanksi-sanksi apa yang dapat
dijatuhkan organisasi kepada para anggotanya, yang melanggar. Sanksi yang dimaksud misalnya berupa peneguran, penolakan, untuk memberikan rekomendasi,
sampai pencabutan dari keanggotaan organisasi. Tentu saja sekali lagi sanski organisatoris hanya dapat dijatuhkan jika organisasi itu benar-benar solid. Sanksi ini
juga baru dapat berjalan dengan baik, jika ada kerja sama dengan institusi-institusi yang terkait. Sanksi penolakan memberikan rekomendasi, misalnya baru akan efektif
jika institusi yang mengeluarkan izin dari penyandang profesi itu benar-benar mensyaratkan adanya rekomendasi itu. Sebaliknya, organisasi pemberi rekomendasi
juga wajib memberikan integritasnya untuk tidak “mengobral” rekomendasi demikian dan tidak pula lamban memberikan pernyataan tersebut bagi anggotanya yang pantas
menerimanya. Untuk mengawasi jalannya self regulation ini perlu ada komisi yang dibentuk
secara khusus, yang anggotanya terdiri dari semua unsure dalam profesi tersebut, sehingga mekanisme kontrol dapat berjalan dengan baik dan seimbang. Komisi juga
harus peka terhadap semua keluhan masyarakat konsumen dan memberikan solusi yang tepat secara organisatoris, bukan justru bertindak defensif dengan membela para
anggotanya habis-habisan. Self regulation tidak boleh diterapkan secara terpisah dengan proses hukum yang normal. Artinya, self regulation justru berperan membantu
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
masyarakat konsumen yang dirugikan akibat praktek-praktek yang sebenarnya legal, tetapi dirasakan tidak etis. Jika batas etis itu dilewati, sehingga suatu perbuatan itu
dikatagorikan melanggar norma hokum, seharusnya peran sanksi organisasi ini nantinya hanya menjadi pelengkap dari sanksi hokum.
33
I. PENJELASAN UMUM
Oleh karena itu, Elken sebagai sal;ah satu contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang Multi Level Marketing, dan sudah terdaftar menjadi anggota APLI
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia sejak tahun 1995, wajib menetapkan Kode Etik Self Regulation dalam rangka melindungi hak-hak dan kepentingan masyarakat
konsumen atau member anggotanya dan juga bagi perusahaan secara umum.
1. Yang dimaksud dengan Member adalah setiap orang yang bersedia dan
mengikatkan dirinya dengan Member Peerusahaan yang berhak membeli dan menjualmemasarkan produk dengan mendapatkan
keuntungan, bonus dan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh perusahaan.
2. Yang dimaksud dengan Produk adalah semua barang yang dipasarkan
oleh perusahaan. II.
TUJUAN Kode Eik member ini dibuat perusahaan dengan tujuan :
1. Sebagai pedoman dan panduan para member dalam menjalankan hak
dan kewajibannya. 2.
Menegaskan hubungan dengan Perusahaan dan para Member. 3.
Mengatur hubungan diantara para Member. 4.
Mengatur hubungan para Member dengan konsumen. 5.
Melindungimenjaga kepentingan Perusahaan dengan para Member. III.
KEDUDUKAN MEMBER 1.
Kedudukan seorang member adalah berdiri sendiri tidak mempunyai ikatan kerja dengan Perusahaan, sehingga member tidak dan tidak
33
Shidarta, op.cit, hal.102-103
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
diizinkan menyatakan bahwa dia adalah pegawaistaff, atau wakil, atau bertindak untuk dan atas nama Perusahaan.
2. Para Member tidak diperkenankan menggunakan nama, logo, lambing,
alamat atau hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan, sehinga dapat memberikan kesan sebagai pegawaistaff, atau wakil, atau
bertindak untuk dan atas nama Perusahaan. IV.
PRODUK DAN HARGA 1.
Harga jual produk ditentukan oleh Perusahaan, dan pembelian produk dari Perusahaan atau tempat-tempat yang ditunjuk oleh Perusahaan,
harus dengan pembayaran secara tunaikontan. 2.
Member tidak boleh menjual produk dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi dari harga yang telah ditentukan oleh Perusahaan.
3. Member tidak boleh menjualmemajang produk atau yang berkaitan
dnegan produk di toko-toko, tempat usaha,atau tempat-tempat lain yang serupa, kecuali di tempat-tempat yang telah disetujui dan
ditunjuk oleh Perusahaan.
V. SANKSI
1. Setiap anggota yang melanggar ketentuan Kode Etik dan peraturan lain yang berlaku di Perusahaan akan dikenakan sanksi sebagai berikut :
a. Untuk pelanggaran pertama kali, akan dikenakan sanksi
administrative dan pemotongan bonus yang berhak ia dapatkan untuk periode tertentu.
b. Untuk pelanggaran kedua kali, perusahaan berhak mencabut
keanggotaannya setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Dalam hal ini Perusahaan mempunyai wewenang mutlak untuk
menentukan besarnya denda administrative, periode bonus dan besarnya bonus.
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
3. Setiap anggota yang keanggotaannya telah dicabut diberlakukan
ketentuan tidak akan dapat kompensasi dalam bentuk apapun. 4.
Untuk anggota yang keanggotaannya telah dicabut, tidak dapat memohon kembali menjadi anggota.
C. KEPASTIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN