Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
kepada penyidik dalam hal ini, UUPK tidak menggunakan kata “dapat” sehingga berarti menutup alternatif untuk tidak menyerahkan kasus itu kepada penyidik.
34
Elken merupakan perusahaan Multi Level Marketing yang didirikan sejak tahun 1995. Perusahaan Elken ini pertama sekali didirikan di Negara Malaysia dan
merupakan kantor pusat Elken di Asia. Perusahaan Elken ini bergerak dalam bidang penjualan barang danatau jasa dagangan, antara lain minuman dan makanan
kesehatan, obat tradisional, kosmetika, pakaian dalam, perawatan mesin dan penyaringan air. Sampai dengan saat iniperkembangan Elken semakin pesat dengan
dibukanya kantor cabang di beberapa negara di Asia, seperti di Indonesia, Singapore, Brunei Darussalam, Thailand, India, dan Hongkong. Di negara Indonesia sendiri
Perusahaan Elken membuka kantor cabang pembantu di beberapa daerah antara lain : Jakrta , Bandung, Medan, Tangerang, dan Yogyakarta.
E. WAWANCARA DAN TANGGAPAN
Dalam menggunakan metode penelitian research studi lapangan dan usaha untuk mendapatkan kebenaran informasi dan data secara langsung dari sumber atau
objek penelitian, maka Penulis dalam hal ini melakukan wawancara langsung dengan salah satu Pimpinan Kantor Cabang Elken yang bertempat di Gedung West Plaza
Jalan Zainul Arifin, Medan. Yaitu Bapak Amrin Tambunan. Adapun hasil wawancara tersebut sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Perusahaan Elken dalam bisnis Multi Level Marketing ?
34
Ibid, hal.42-145
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
2. Sampai saat ini kira-kira berapa jumlah anggota member perusahaan Elken baik yang aktif maupun yang tidak aktif ?
Menurut pimpinan perusahaan Elken, jumlah anggota atau member Elken di Asia, pimpinan tidak mengetahui dengan pasti. Sepengetahuannya di Indonesia sendiri
sampai saat ini tidak kurang dari 500.000 anggota yang berhasil dijaring. Dengan sekitar 40 nya merupakan anggota aktif yang melakukan pembelian terhadap
produk-produk MLM Elken. 3. Apakah produk-produk Elken diproduksi di Indonesia, dan apakah ada
keharusan dari APLI untuk memiliki pabrik sendiri ? Produk-produk Elken tidak ada yang diproduksi di Indonesia. Produk Elken
diproduksi di Singapore dan di Malaysia. Sebagian juga ada yang diproduksi di Thailand. Menurut Helmy Attamimi sebagai Ketua APLI, memang tidak ada
keharusan atau kewajiban bagi pengelola bisnis MLM untuk memiliki pabrik sendiri. Artinya distributor tunggal suatu produk pun bisa menggunakan cara MLM
memasarkan produknya. 4. Menurut Bapak bagaimana prospek Elken ini kedepan,disamping saat ini
sangat banyak perusahaan perusahaan MLM sejenis yang memproduksi produk-produk kesehatan khususnya suplemen-suplemen untuk tubuh ?
Saya optimis bahwa Elken akan terus maju dan terus menjadi perintis MLM untuk produk kesehatan masyarakat khususnya obat perawatan.
5. Akhir-akhir ini kita melihat bahwa perusahaan yang menggunakan nama dan sistem MLM sangat banyak. Jadi bagaimana kita mengetahui perusahaan yang
melakukan Penjualan Langsung direct selling dengan benar ?
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
Menurut informasi yang diberikan oleh APLI, kita dapat mengetahuinya dengan petunjuk bahwa :
a. Mitra Usaha hanya boleh membeli keanggotaan dari perusahaan satu kali saja;
b. Perusahaan tidak boleh meberikan keuntungan kepada Mitra Usaha hanya atas
hasil rekrut anggota baru; c.
Di perusahaan harus ada barang danatau jasa yang diperdagangkan dan dipergunakan oleh konsumen;
d. Barang tidak dipergunakan sekedar sebagai kedok yang akan terlihat bila
barangnya dijual dengan harga yang tidak wajar; e.
Keuntungan atau laba yang diperoleh anggota adalah terutama berdasarkan penjualan barang danatau jasa kepada konsumen dari perekrutan anggota baru.
Ketentuan yang diberikan APLI tersebut sesuai dengan Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang menurut Pasal 4 sampai dengan Pasal 9 KEPMENPERINDAG
RI No. 73MPPKEP32000.
Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken, 2007.
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Saat ini Undang-undang yang berfungsi sebagai “umbrella uct” bagi konsumen
hanyalah Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK dan Undang-undang No. 5Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Khususnya di bidang Multi Level Marketing, masih dibutuhkan peraturan hukum yang memberikan perlindungan
kepada konsumen. Karena sampai saat ini, peraturan hukum dibidang Multi Level Marketing, masih sangat terbatas jumlahnya. Satu-satunya adalah Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 73MPPKEP32000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang.
2. Selain UUPK juga ada peraturan berupa Kode Etik APLI Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia, sebagai satu-satunya wadah dan lembaga yang concern terhadap bisnis Multi Level Marketing di Indonesia, dan tentunya dalam Kode
Etik APLI tersebut setiap perusahaan MLM diwajibkan untuk merumuskan Kode Etik pada perusahaan masing-masing secara konsisten, dalam upaya APLI untuk
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada konsumen, para memberdistributor, maupun kelangan pelaku usaha sendiri.
3. Perlindungan hukum kepada konsumen merupakan hal yang semakin penting
disebabkan faktor-faktor, antara lain :