Pengaruh Ideal Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

Pernyataan supervisor tersebut dapat dikonfirmasi dengan pernyataan leader sebagai berikut. Informan 8 “Semangat kita disini semua sama ya, bahwa bagaimana supaya kita bisa selamat, atasan kan sering bilang itu, apalagi kalau kaya kemarin ada insiden itu kita dikumpulin, kita diberikan pengarahan supaya engga terjadi lagi” Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisor menyampaikan motivasi kepada pekerja dengan memberikan simbol-simbol seperti keluarga dan kerugian akibat celaka.

4. Pengaruh Ideal

Seorang pemimpin yang mempunyai pengaruh ideal digambarkan dengan kemampuannya menumbuhkan kepercayaan dan rasa kagum karyawan terhadap pemimpin sehingga bawahan mau mengikuti langkah yang dilakukan oleh atasan. Dalam penelitian ini, pengaruh ideal dapat digambarkan dari sikap pemimpin yang menjadi contoh bagi bawahannya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan utama dan pendukung, dapat digambarkan bahwa karakteristik seorang manajer untuk mengingatkan pekerja yang tidak melaksanakan K3LH juga dilakukan oleh supervisor. Pernyataan seorang manajer tentang pentingnya mengingatkan pekerja seperti dibawah ini. Informan 1 “….Supaya insiden jangan terulang gitu yah, nah itu kasih bimbingan supaya mereka itu lebih bisa ngingetin pekerja gitu ya. Saya kan engga bisa selamanya di bengkel juga. Jadi leader sama supervisor itu kan bisa kita minta bantuan” Arahan manajer untuk mengingatkan pekerja tersebut sejalan dengan apa yang dilakukan oleh manajer ketika di tempat kerja. Manajer tidak segan untuk melakukan komunikasi terbuka dengan pekerja yang melakukan pelanggaran. Berikut pernyataan manajer ketika menghadapi pekerja yang tidak melaksanakan K3LH. Informan 1 “iya saya ingetin gitu yah, supaya mereka juga paham, kalau pake safety itu penting, bukan cuma buat perusahaan, tapi buat dia pribadi gitu loh, dan kita minta mereka mau make alat safetynya” Perilaku untuk selalu mengingatkan pekerja ketika tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut, menurut para supervisor seringkali ditekankan oleh manajer ketika dalam pertemuan-pertemuan dengan supervisor dan leader. Manajer meminta setiap leader dan supervisor untuk bersama-sama terlibat aktif dalam mengingatkan pekerja untuk patuh pada penggunaan alat pelindung diri. Berikut pernyataan supervisor yang mengkonfirmasi bimbingan manajer untuk mengingatkan pekerja. Informan 3 “bimbingannya paling di SQCDP itu ya, nanti tuh manajer bilang supaya ngingetin pekerja gitu yah …” Informan 4 “intinya ya, kita itu diminta supaya merhatiin pekerja” “ya merhatiin, secara visual gitu ya kan ngeliatin, ngawasin lah gitu yah, nah kalau ada yang engga pake safety, kita harus ingetin, supaya mereka mau pake, standar-standar aja kaya manajer kalau lagi ke bengkel…” Berdasarkan pernyataan supervisor di atas, menurut pandangan peneliti, dapat tergambarkan bahwa seorang manajer selain meminta secara lisan kepada supervisor tetapi juga langsung terlibat aktif dalam mengingatkan pekerja di tempat kerja. Perilaku manajer yang mengingatkan pekerja ketika mereka tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut, juga dilakukan oleh para supervisornya. Berikut pernyataan supervisor ketika melihat pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Informan 3 “artinya kita harus, eeeehhh harus berkesinambungan mengingatkan mereka ….” “ya memang sejauh ini kita disini baru bisa mengingatkan dan mengingatkan ya, kita drive mereka supaya melaksanak an safety..” Informan 4 “ya ditegur lah, diingatkan, didatengin” “ya kita tanya, kenapa engga pake safety, kita ingetin supaya pake safety” “sejauh ini saya baru mengingatkan saja ya..” Dalam pernyataan supervisor tersebut tergambarkan bahwa perilaku supervisor memiliki kesamaan dengan kecenderungan perilaku manajer ketika mengingatkan pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Perilaku supervisor dan manajer tersebut juga mendapatkan konfirmasi dari leader. Hal ini dapat tergambarkan dalam pernyataan para leader berikut ini. Informan 7 “intinya sih kalau menurut saya sama yah. Kalau mereka lagi ngontrol kesini, pasti ngingetin juga, diajak ngobrol gitu ya supaya mereka pake. Soalnya kita disini begitu saja ya, jadi kita ngingetin aja ke pekerjan ya langsung” Informan 8 “supervisor kan sering kesini, jadi yang lebih sering ngingetin pekerja itu justru supervisor. Manajer kan kerjannya juga pasti banyak ya, di waktu-waktu tertentu aja manajer datang kesini….” Berdasarkan pernyataan dari para leader tersebut dapat disimpulkan bahwa para supervisor mempunyai kesamaan sikap dengan manajer ketika mengingatkan pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri. Hal ini sejalan dengan permintaan dan contoh yang dilakukan oleh manajer terhadap bawahannya. Perilaku supervisor dan manajer di Direktorat Produksi juga memiliki kecenderungan yang sama dengan para leader. Para leader memiliki sikap untuk mengingatkan pekerja ketika pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri. Berikut pernyataan leader ketika melihat pekerja yang tidak melaksanakan K3LH. Informan 7 “ya kalau saya liat pekerja engga melaksanakan K3LH ngingetin juga ya, nyuruh mereka supaya pake lah gitu kira- kira” “disini kan atasan juga yang saya bilang tadi, baru bisa ngingetin gitu yah, memang kita ke K3LH yang bagus banget itu belum ya, masih butuh waktu saya kira…” Informan 8 “ngingetin aja, soalnya kalau udah rusak kan biasanya juga mereka minta sendiri ke saya” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat digambarkan bahwa leader juga memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang dilakukan oleh atasan-atasan mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa perilaku supervisor dan manajer di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero juga diikuti oleh para leader mereka. Perilaku leader, supervisor dan manajer ketika mengingatkan pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri tersebut dapat memberikan dampak terhadap perilaku pekerja. Menurut leader, supervisor dan manajer, yang paling dapat terlihat adalah ketika pekerja diingatkan, pekerja akan langsung menggunakan alat pelindung diri tersebut sesuai arahan yang disampaikan oleh pimpinan. Berikut pernyataan yang menyatakan hal tersebut. Informan 1 “pengaruhnya ya mereka jadi pake APD yang ada, kalau di saya, kalau APD ada dan en gga dipake pasti saya tegur” Informan 3 “ya mereka pake, mereka pake” Informan 6 “ya kalau saya suruh mereka pake lah” Namun demikian, berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, para pemimpin di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero belum menjadi contoh bagi pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri sesuai standar. Mayoritas leader, supervisor dan manajer hanya menggunakan sepatu keselamatan safety shoes. Bahkan hal tersebut dilakukan oleh leader, supervisor dan manajer ketika mereka berbaur dengan para pekerja. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan dapat diketahui bahwa hal tersebut memang terjadi karena sampai saat ini PT. Dirgantara Indonesia Persero masih sangat terbatas dalam proses pengadaan alat pelindung diri karena keterbatasan internal. Sehingga, pada saat ini PT. Dirgantara Indonesia Persero masih terbatas menekankan penggunaan alat pelindung diri untuk pekerja karena pekerja merupakan orang yang terlibat langsung dengan risiko- risiko di tempat kerja. Berikut pernyataan informan untuk menyatakan Informan 1 “ya sebetulnya kan itu bukan karena kita engga sadar ya, tapi kan kita masih bertahap ya, yang penting sekarang kan pekerja itu pake, kan kalau mereka langsung sama bahayanya...” “prioritas kita sekarang itu adalah ganti dulu mesinnya, disamping untuk produksi juga kan mesin-mesin baru itu relatif aman kan, kalau liat yang dibawah itu kan mesinnya udah ada pelindungnya, engga kaya dulu..” Informan 3 “itu memang eee apa namanya, harus jadi pemikiran bersama ya, memang sekarang kita pengadaan fasilitas itu masih agak susah ya, makanya yang kita lakukan sekarang hanya supaya pekerja itu pake saja dulu…” 84

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam pembahasan ini, terlebih dahulu penulis menyampaikan keterbatasan penelitian sebagai berikut. 1. Keterbatasan waktu informan penelitian menjadi hal yang cukup mempengaruhi peneliti dalam melakukan kajian lebih mendalam tentang setiap informasi yang didapatkan. Mengingat dengan tugas pekerjaan yang menjadi tanggungjawab para informan, peneliti sangat terbatas dalam melakukan wawancara mendalam karena harus dilakukan pada waktu-waktu senggang para informan. Untuk meminimalisir keterbatasan waktu ini, peneliti melakukan pendalaman informasi secara berulang melalui wawancara mendalam pada waktu- waktu lain sesuai kesepakatan dengan informan. 2. Keterbatasan waktu penelitian yang diizinkan dari perusahaan juga membuat penulis tidak bisa melakukan observasi partisipatif terhadap setiap perilaku pimpinan di Direktorat Produksi. Sehingga observasi yang penulis lakukan masih terbatas. 3. Penelitian ini hanya membatasi diri pada informasi pada pendapat supervisor dan manajer yang memungkinkan setiap informasi yang didapat bersifat subyektif informan, sehingga kualitas dari informasi yang didapat didasarkan pada pemahaman, keterlibatan dan kejujuran informan memiliki pada objek penelitian. Untuk mengatasi hal

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emotional Terhadap Keberhasilan Usaha pada Studi Foto

3 84 112

Perbedaan Employee Engagement Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Transaksional Pada Perusahaan Pembangkit Jaringan Transmisi PLN Di Kota Berastagi

0 62 79

Gaya Kepemimpinan Bj Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999

1 23 91

Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign Berdasarkan Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014

11 100 284

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

3 23 235

Sistem Informasi Database Training Karyawan dan Prakerin di Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

0 11 1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MANAJER TERHADAP KREATIVITAS KERJA PEGAWAI PADA DIVISI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PT. DIRGANTARA INDONESIA BANDUNG.

0 1 59

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT ASKES (PERSERO) CABANG UTAMA BANDUNG.

0 1 60

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Pt. Taspen (Persero) Cabang Serang

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan Transformasional 2.1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Transformasional - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT PLN(Persero) Area Medan

0 8 32