Karakteristik Stimulasi Intelektual Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

karyawan membutuhkan komitmen keterlibatan para manajer mereka terhadap keselamatan. Keterlibatan manajemen yang tinggi terhadap safety lebih efektif untuk menciptakan karyawan yang mampu mengidentifikasi tujuan organisasi dan mengerahkan setiap usaha untuk mencapai tujuan safety. Sebagai bentuk tanggungjawab manajerial, manajemen di Direktorat Produksi dapat menggunakan legitimasi otoritasnya sebagai pimpinan untuk mengontrol perilaku pekerja dalam mencapai tujuan safety Barling Hutchinson, 2000. Oleh karena itu, komitmen manajemen dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai prosedur tersebut sangat penting supaya proses pembentukan budaya keselamatan di PT. Dirgantara Indonesia Persero lebih dapat dimaksimalkan.

C. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

Berikut disampaikan setiap karakteristik kepemimpinan transformasional yang terdapat di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero.

1. Karakteristik Stimulasi Intelektual

Stimulasi intelektual merupakan satu dari empat karakteristik kepimpinan transformasional. Dalam karakteristik stimulasi intelektual, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian setiap masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan. Melalui stimulasi intelektual, pemimpin diharapkan dapat merangsang kreativitas bawahan dan mendorong bawahan untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah masalah lama guna mendapatkan solusi yang inovatif. Seorang yang memiliki karakteristik ini harus mampu mendorong bawahannya agar mau untuk berpikir kembali mengenai ide-ide yang bahkan belum pernah dia pikirkan sebelumnya Yukl, 2010. Pemimpin transformasional mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan kognitif sebagai pendekatan penyelesaian terhadap setiap hal yang dihadapi. Bawahan akan merespon masalah dengan menggunakan pendekatan rasionalitas yang ditandai dengan penggunaan fakta dan argumen analisis untuk meminta dukungan dari organisasi Deluga, 1990; Seltzer dan Bass, 1990. Dalam menggambarkan karakteristik stimulasi intelektual, atribut yang perlu dilihat, antara lain penerimaan dan keterbukaan terhadap kritikan, penerimaan dan keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan cara penyerapan ide dan kritik. Ide-ide baru dan solusi kreatif dalam proses menangani masalah dikumpulkan dari bawahan Krause, 2009. Atribut ini dapat dilihat dengan wawancara mendalam langsung ke pimpinan maupun pekerja yang menjadi bawahannya untuk mendapatkan pandangan pekerja terhadap karakteristik atasannya. Manajer selaku orang yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan SMK3LH di perusahaan harus terbuka terhadap ide-ide baru dan kritikan baik dari supervisornya maupun pekerja langsung. Hal ini diperlukan agar manajer dapat melihat peluang-peluang untuk peningkatan SMK3LH di perusahaan. Begitupun supervisor terhadap pekerjanya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen terhadap informan, dapat digambarkan bahwa supervisor dan manajer di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero memiliki sikap keterbukaan terhadap setiap ide-ide baru dan kritikan dari bawahan. Diantara wujud penerimaan pimpinan terhadap ide-ide baru dan kritikan di Direktorat Produksi tersebut adalah keterbukaan pimpinan terhadap ide-ide baru dan kritikan pelaksanaan K3LH yang disampaikan oleh pekerja. Pemimpin di Direktorat Produksi menganggap bahwa ide-ide baru dan kritikan yang disampaikan oleh pekerja tersebut merupakan bagian yang harus diterima sebagai konsekuensi logis dalam proses perbaikan kinerja K3LH di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero. Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan telah mau dan meluangkan waktu untuk mendengarkan dengan penuh perhatian setiap masukan dari pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin di Direktorat Produksi telah memiliki atribut dari karakteristik stimulasi intelektual Seltzer dan Bass, 1990. Ide-ide baru perlu digali dari pekerja terhadap setiap permasalahan agar solusi yang diberikan bisa menjadi representasi dari pekerja sehingga bisa meningkatkan partisipasi pekerja dalam menerapkan solusi tersebut Lekka dan Healey, 2012. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, manajer di Direktorat Produksi PT Dirgantara Indonesia telah menunjukkan sikap keterbukaan terhadap ide-ide perbaikan yang disampaikan oleh bawahannya. Manajer senantiasa mengedepankan diskusi dengan pekerja untuk meminta masukan-masukan yang terkait dengan K3LH. Supervisor sebagai bawahan langsung dari manajer pun menyatakan bahwa setiap ide yang disampaikan diterima oleh manajer langsung dan direspon dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa manajer memiliki penerimaan dan keterbukaan terhadap ide-ide baru dari bawahannya. Untuk mendorong keinginan bawahan dalam penyampaian ide dan kritik maka perlu dibangun mekanisme penyerapan yang tepat agar pekerja dapat secara nyaman menyampaikan ide-ide serta kritikannya. Dalam hal penyampaian ide-ide baru dan kritikan pekerja terhadap penyelenggaraan fasilitas K3LH di Direktorat Produksi, menurut informan utama, seringkali penyampaian ide-ide dan kritikan tersebut dilakukan melalui mekanisme diskusi dengan pekerja. Ketika pekerja menyampaikan ide-ide dan kritikan, pimpinan akan mengedepankan rasionalitas dengan meminta alasan logis dari munculnya ide-ide dan kritikan tersebut. Apabila alasan tersebut dirasa sudah cukup dan dapat dipertanggungjawabkan, pemimpin di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero tidak segan- segan untuk menyampaikannya ke atasan atau fungsi lain yang terkait. Menurut Rumanti 2005, dalam proses diskusi, setiap orang akan menangkap masalah yang dihadapi dengan lebih baik dan menciptakan suasana terbuka terhadap penerimaan hal-hal baru. Sehingga, organisasi dapat mengkristalisasi buah pikiran bersama menjadi tindakan bersama Sumaryo et al, 2005. Hal di atas menunjukkan bahwa pemimpin telah berupaya untuk merangsang pekerja terus berpikir secara kreatif dalam menyampaikan ide-idenya agar mendapatkan perhatian dari pimpinan untuk disampaikan ke atasan atau fungsi lain yang terkait. Untuk meningkatkan partisipasi pekerja dalam penyampaian ide maupun kritik, manajer juga terbiasa berkomunikasi langsung dengan pekerja di lapangan pada saat kegiatan pemantauan dan inspeksi. Penerimaan langsung dari pekerja di lapangan dapat memberikan gambaran secara nyata terkait dengan kondisi-kondisi yang masih perlu mengalami perbaikan. Hal ini didasari bahwa penyampaian berasal dari orang pertama tanpa adanya kemungkinan perubahan pesan ketika disampaikan melalui mekanisme perantara orang lain supervisor. Sedangkan untuk membahas secara seksama setiap kritik dan masukan dari pekerja, supervisor dan manajer di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Persero akan melaksanakan rapat struktural berupa rapat bulanan dan pertemuan harian SQCDP. Menurut informan utama, dalam setiap rapat bulanan dan SQCDP, selalu dibahas tindak lanjut dari setiap permasalahan K3LH yang dihadapi. Bentuk diskusi dalam rapat bulanan dan SQCDP tersebut mirip dengan bentuk diskusi brainstorming karena pemimpin akan meminta masukan-masukan untuk menanggapi setiap kritik dan ide yang ada. Karakteristik stimulasi intelektual ini perlu dimiliki oleh pemimpin karena akan meningkatkan kepercayaan dan hubungan interpersonal antara manajer dan bawahannya Clarke, 2013. Menurut Lekka dan Healey 2012, dukungan pemimpin dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja serta keterbukaan pimpinan terhadap saran keselamatan dari pekerja mempunyai kaitan dengan kesediaan pekerja dalam menyampaikan informasi-informasi safety, tingkat kepuasan terhadap organisasi dan dalam jangka panjang dapat membentuk praktik kerja yang aman dari setiap pekerja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses diskusi yang selama ini dilakukan oleh pimpinan di Direktorat Produksi telah mampu mendorong bawahan untuk menyampaikan informasi- informasi safety dan munculnya ide-ide baru dan solusi kreatif dari bawahan dalam proses menangani masalah di Direktorat Produksi. Pertemuan SQCDP merupakan mekanisme yang cukup baik untuk melakukan diskusi permasalah K3LH yang dihadapi di Direktorat Produksi karena pertemuan SQCDP dibuat secara berjenjang dan dapat mengumpulkan ide-ide dari setiap jenjang struktural di Direktorat Produksi. Selain itu, proses diskusi langsung yang dilakukan oleh supervisor dan manajer secara langsung dengan pekerja juga merupakan cara yang baik untuk mencari setiap ide-ide perbaikan bagi pelaksanaan K3LH di Direktorat Produksi. Komunikasi yang dibangun oleh manajemen terhadap tenaga kerja tersebut dapat mengurangi jarak kekuasaan power distance dengan pekerja sehingga membuat pekerja dapat lebih nyaman untuk menyampaikan setiap ide-ide yang mereka miliki.

2. Pertimbangan Individual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emotional Terhadap Keberhasilan Usaha pada Studi Foto

3 84 112

Perbedaan Employee Engagement Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Transaksional Pada Perusahaan Pembangkit Jaringan Transmisi PLN Di Kota Berastagi

0 62 79

Gaya Kepemimpinan Bj Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999

1 23 91

Analisis Kesesuaian Keberadaan Safety Sign Berdasarkan Identifikasi Bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014

11 100 284

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

3 23 235

Sistem Informasi Database Training Karyawan dan Prakerin di Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

0 11 1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MANAJER TERHADAP KREATIVITAS KERJA PEGAWAI PADA DIVISI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PT. DIRGANTARA INDONESIA BANDUNG.

0 1 59

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT ASKES (PERSERO) CABANG UTAMA BANDUNG.

0 1 60

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Pt. Taspen (Persero) Cabang Serang

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan Transformasional 2.1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Transformasional - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT PLN(Persero) Area Medan

0 8 32