Pengertian Kewibawaan Kepala Sekolah
takut dalam melaksanakan perintah dan larangan yang datang dari orang lain guna mencapai tujuan bersama.
Sedangkan pengertian kepala sekolah berasal dari dua kata adalah „kepala‟ dan „sekolah‟. Kata kepala dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang „sekolah‟ adalah
sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
40
Kepala sekolah adalah pemimpin resmi formal leader atau pemimpin sebagai kedudukan status leader. Dalam kedudukannya sebagai
pimpinan kedudukannya sebagai pemimpinan pendidikan yang resmi kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi sehingga dia
bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan, kesiswaan, gedung, dan halaman, keuangan, serta hubungan lembaga
pendidikan dan masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan pengajaran.
41
Sedangkan menurut Wahjosumijdo definisi kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.
42
Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru.
43
Seseorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria-
kriteria yang disyaratkan untuk jabatan dimaksud. Berdasarkan tersebut di atas, jabatan kepala sekolah memerlukan
orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang kependidikan. Salah satunya, kepala sekolah mampu memimpin
sekolah dengan kewibawaan. Namun kenyataan kadang kala tidak semua kepala sekolah memenuhi krtiteria yang ditentukan, tetapi lebih
40
Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal 420 dan 796.
41
Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.Ciputat: Quantum Teaching, 2010, Cet Ke- 1., hal 86
42
Wahjosumijdo, loc.cit., hal 83
43
Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfabeta, 2009, cet ke-1., hal 68.
mengutamakan pada golongan ataupun kepangkatan yang dilalui masa kerja.
Namun tentu seorang kepala sekolah harus mampu memenuhi tugas job menstimulasi dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara
berkelanjutan sehingga guru mampu melaksanakan tugas pengajaran dengan baik yang kemudian mereka menstimulusi dan membimbing
peserta didik untuk dapat berpartisipasi di masyarakat.
44
Selain itu tugas job kepala sekolah yang berkaitan dengan manajemen yaitu tanggung
jawab atas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional sekolah yang lancar. Kegiatannya menangani pengajaran dan sumberdaya
untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program supervisi, dan proses pengajaran memerlukan kantor lingkungan di sekolah.
Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu:
1. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang, 2. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat Dinas
Pendidikan dan lembaga lain, 3. Pengembangan anggaran dan pengawasannya,
4. Administrasi personil, 5. Disiplin pelajar,
6. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan, 7. Mengembangkan administrasi,
8. Administrasi penyediaan sumberdaya, 9. Data murid,
10. Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur
oleh kantor pusat Dinas Pendidikan, 11. Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai
juru bicara bagi kantor pusat Dinas Pendidikan.
45
Dari tugas utama di atas dapat diketahui bahwa keberhasilan kepala sekolah dalam organisasi pendidikan formal sangat bergantung dengan
keterampilan memimpin. Dalam menjalankan kepemimpinannya kepala sekolah menetapkan suatu tindakan melalui pengambilan keputusan
44
Hendiyat Soetopo. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara. 1988. Cet Ke-II., hal 19.
45
Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.Ciputat: Quantum Teaching, 2010, Cet Ke- 1., hal 103
pendidikan, berkomunikasi,
melakukan koordinasi,
memberikan keteladanan membagi tugas dan memberikan insentif bagi personilnya.
Dalam hal ini, kepala sekolah mengambil keputusan secara tepat pada permasalahan yang terjadi di sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam
mengambil keputusan didasari oleh ketegasan yang mampu menentukan arah mana permasalahan ini ditindaklanjuti.
Selain itu, kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan baik agar terciptanya kebersamaan sosial. Semua staf dan peserta didik bekerjasana
secara harmonis dan saling pengertian dalam membangun tujuan sekolah, mengembangkan kurikulum dan melaksanakan proses yang dapat
menciptakan dorongan lingkungan pembelajaran yang produktif bagi setiap peserta didik.
Adapun kewajiban kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu:
1. Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal, 2. Mengembangkan staf secara realistik dan bertujuan dari
akuntabilitas pengajaran memonitor program pengajaran dan proses pengajaran,
3. Mengembangkan kerjasama dalam menilai prosedur bagi kelangsungan program untuk mengidentifikasi dan mengajukan
alternatif untuk perbaikan kelemahan, 4. Bekerja dengan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan
evaluasi staf, 5. Bekerja dengan staf dalam menyususn rencana untuk evaluasi
dan pelaporan kemajuan pelajar, 6. Menyediakan jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam
operasional sekolah, 7. Mendorong kajian berkelanjutan terhadap kurikulum dan
inovasi pengajaran serta memberi pertolongan dan sumberdaya untuk memajukan sekolah,
8. Menyediakan kepemimpinan untuk pelajar dalam membantu mereka mengembangkan diri penuh tanggung jawab,
9. Membangun pusat sumber belajar dan menata penggunannya, 10. Mengembangkan kerjasama dengan staf dalam pengembangan
keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan pendidikan sendiri.
46
46
Ibid., h. 105
Kepala sekolah memiliki peranan sebagai pemimpin memengaruhi perilaku sumber daya personil sekolah dalam bekerja. Pengetahuan,
keterampilan, bakat, sifat dan pengalaman menjadi penunjang kefektifan dalam organisasi sekolah. Keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan kepemimpinan
seperti keterampilan
konseptual, keterampilan berhubungan dengan manusia, dan keterampilan teknik.
Dalam kamus manajemen terdapat tiga arti wibawa yaitu sebagai berikut:
1. Wibawa jabatan positional authority, yaitu pengaruh dan gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kedudukannya.
2. Wibawa karismatik charismatic authority, yaitu pengaruh atau gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kepribadiannya dan nama
baiknya. 3. Wibawa kearifan sapiential authority, yaitu pengaruh atau gengsi
seseorang yang
ditimbulkan oleh
pengetahuannya atau
kebijaksanaannya.
47
Untuk bahasa „authority’ di atas, penulis mencari pembenaran dalam kamus bahasa Inggris Jhom Echols dan ternyata „authority‟ memiliki tiga
arti pula. Pertama, berarti wibawa; kedua, berarti wewenang; ketiga, berarti kekuasaan.
48
Namun, biasanya istilah kekuasaan dalam bahasa inggris adalah „power‟.
Terdapat perbedaan antara kekuasaan dan wewenang adalah kekuasaan merupakan daya dan kemampuan, sedangkan wewenang
merupakan hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan authority
adalah suatu tipe khusus dari kekuasaan yang asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh pemimpin.
49
Antara kekuasaan, wewenang dan kewibawaan mempunyai keterkaitan. Kekuasaan akan mempunyai arti jika didukung oleh
47
Marbun. loc.cit., hal 393.
48
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, 2006 Cet Ke-XXVIII., hal 46.
49
Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Ed. III. Cet Ke-II., hal 365
wewenang yang berupa hak untuk mengambil tindakan tertentu dalam rangka kekuasaan yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai wewenang
bertindak sebagai orang yang memimpin dan membimbing orang banyak. Untuk memimpin dengan baik, orang harus berwibawa, bukan karena
kekuasaan atau ditakuti. Namun, menurut Ja‟cuba Karepesina bahwa
kekuasaan tidak perlu mengandung kekerasan jika dihubungkan dengan wibawa. Karena wibawa menimbulkan rasa segan, bukan takut, rasa
hormat bukan kecut. Wibawa mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan dari pihak lain.
50
Di antara kedua pendapat membedakan tiga istilah di atas. Namun, penulis mempunyai anggapan yang sama mengenai kekuasaan tidak dapat
digunakan tanpa adanya wewenang, begitupun sebaliknya. Kemudian, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan pula wibawa yang
menunjang keefektifan keberhasilan suatu organisasi. Karena, wibawa dapat menimbulkan rasa segan dan bawahan merasa sadar atas apa yang
diperintahkan pemimpin. Sehingga, memperoleh interaksi organisasi yang efektif dan saling bekerja sama antar keduanya.
Berbeda dengan pendapat Koentjaranningrat, ia membagi-bagi kekuasaan kepemimpinan dengan bagan berikut ini:
50
Ja‟cuba Karesipena. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya. Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988., hal 16.
Sumber: Miriam Budiardjo. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: 1984.
Menurutnya, kekuasaan
memiliki empat
komponen yaitu
kewibawaan, wewenang, kharisma dan kekuasaan fisik. Seorang guru yang berilmu agama yang terpelajar dan dianggap tokoh terkenal di dalam
komunitasnya. Seorang guru tersebut memiliki kewibawaan dan kharisma dan kekuatan fisik tetapi tidak memiliki wewenang untuk memerintah
orang yang dipengaruhi.
51
Kecuali, seseorang tersebut memiliki jabatan yang diangkat secara formal sehingga mendapatkan kekuasaan, diberi wewenang dalam
bertindak serta menggunakan kewibawaannya untuk dapat memerintah
51
Koentjaraningrat. Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Sinar Harapan, 1986. Cet Ke-II., hal 140 dan 142.
Kekuasaan dalam arti luas
Kewibawaan Popularitas, memiliki kapasitas
rasional untuk memecahkan masalah sosial ekonomi dan
politik dan kecendekiawanan. Memiliki sifat-sifat yang sesuai
dengan cita-cita dan keyakinan dari sebagian besar masyarakat.
Wewenang Memiliki legitimasi melalui
prosedur adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Kharisma Memiliki ciri-ciri rohaniah yang
disegani.
Kekuasaan dalam arti
khusus Kemampuan mengerahkan
kekuatan fisik dan mengorganisasi orang banyak
atas dasar suatu sistem sanksi.
bawahannya. Tentunya, hanya dalam lingkup jabatan apa yang diperoleh sehingga menentukan siapa saja yang diperintah.
Seseorang yang memiliki kewibawaan akan dipatuhi terhadap orang lain atas dasar seseorang tersebut memiliki keistimewaan, baik dalam
keahlian dalam bidang tertentu sehingga membuat ia di segani kepada orang lain, atau juga ia mempunyai jabatan yang mampu memengaruhi
orang lain untuk melakukan tujuan pribadi dan tujuan bersama. Seperti kepala sekolah yang memiliki jabatan atau posisi yang tinggi
di sekolah membuat dirinya memiliki kewenangan terhadap bawahannya untuk memerintah dan melarang mencakup tugas dan peraturan. Untuk
mencapai tugas dan peraturan yang baik maka diperlukan seorang kepala sekolah bukan hanya memiliki jabatan saja, namun juga memiliki
pengaruh kewibawaan. Karena dengan kewibawaan, bawahan akan merasa sukarela untuk melaksanakan tugas dan peraturan dengan baik, ini
disebabkan adanya ketidakpaksaan dan pembenaran atas apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah. Sehingga, segala tugas dan peraturan
berjalan dengan lancar. Maka, dengan kemauannya sendiri bawahan akan mengikuti sekedar
pengarahan dari atasannya. Bukan dengan ketakutan yang merangsang gerak jiwanya, melainkan rasa kasih, hormat dan ikatan batin dengan
atasannya.
52
Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yang menyebutkan bahwa kewibawaan ialah pengakuan dan penerimaan secara
sukarela terhadap pengaruh dan anjuran yang datang dari orang lain.
53
Selain itu, diperkuat oleh pendapat Wahjosumidjo yaitu kewibawaan mempunyai peranan menggerakkan dan mengubah perilaku bawahan ke
arah tercapainya tujuan organisasi di samping berbagai teknik
52
Nashir Ali. Dasar-dasar Ilmu Mendidik: 100 Soal Pokok Pendidikan. : Kalam
Mulia, 1993. Cet Ke-IV., hal 65.
53
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007. Cet Ke- 2., hal 159
kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang disebut kewibawaan.
54
Dalam studi kepemimpinan, dikenal adanya teori karismatik atau kewibawaan Theory of Charismatic Leadership. Teori ini dikemukakan
oleh R.J. House yang dikutip oleh Wahjosumidjo.
55
Teori ini menyebutkan bahwa para pengikut memiliki keyakinan yang kuat terhadap
pemimpinnya. Pengikut juga menerima pemimpin tersebut sehingga patuh kepada pemimpin dan senang hati serta merasa sayang terhadap pemimpin
tersebut.
56
Teori ini berhasil dalam memengaruhi rasa tanggung jawab bawahan, hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih dekat cara-
cara pemimpin karismatik ini menggunakan kewibawaan pribadinya. Artinya, dengan kewibawaan memengaruhi keberhasilan kepala
sekolah dalam hal saling bekerja sama, saling mengetahui dan memahami akan pentingnya pekerjaan yang dilakukan, sehingga antara pemimpin dan
bawahan menaruh kepercayaan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi apabila kata kewibawaan dan kata kepala sekolah dipadukan menjadi “kewibawaan kepala sekolah” dapat diambil kesimpulan bahwa
kewibawaan kepala sekolah berarti kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi dengan kelebihan dan keistimewaan serta kemampuan
berkomunikasi untuk dituruti dan patuhi oleh bawahan terhadap perintah dan larangan tanpa adanya keterpaksaan dan rasa takut terhadap apa yang
menjadi tujuan bersama.