Fungsi Kewibawaan Kepala Sekolah dalam Pendidikan

bawahannya. Ada beberapa aspek dalam pencapaian mutu kepemimpinan sehingga dapat dikatakan kepala sekolah tersebut dinyatakan bermutu. Salah satunya, seorang pemimpin dan atau kepala sekolah harus memiliki wibawa seperti yang dikemukakan oleh Manning dan Curtis yang dikutip oleh Husaini Usman, ia menyebutkan terdapat sepuluh mutu dalam kepemimpinan yaitu sebagai berikut: 1 memiliki visi, 2 mampu, 3 bersemangat, 4 stabil, 5 perhatian pada orang lain, 6 percaya diri, 7 kokoh, 8 daya tahan tubuh, 9 berwibawa, dan 10 integritas. 70 Telah dinyatakan dimuka bahwa wibawa tersebut merupakan salah satu indikator kepemimpinan bermutu, maka kewibawaan termasuk memiliki peran penting dalam mencapai kualitas kepala sekolah. Artinya, kepala sekolah mampu menggerakkan bawahannya untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dengan adanya kewibawaan. Jadi, kewibawaan kepala sekolah menjadi peran penting bagi keberhasilan sekolah untuk itu dapat ditinjau dari kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah tersebut. Untuk itu, agar dapat dilakukan penelitian Penulis merumuskan indikator kewibawaan kepala sekolah dengan beberapa pendapat para ahli yaitu: Menurut Kartini Kartono kewibawaan berasal dari kata- kata “kawi” dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih kuat, kelebihan. Sedangkan bhawa berarti kekuasaan, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Jadi, kewibawaan berarti kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu “ambawani” ; yaitu mampu mengatur, membawa, memimpin, memerintah, dan mendidik pribadi lain. 71 Kewibawaan dapat timbul karena adanya keistimewaan yang dimiliki seseorang. Seperti pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yaitu: Kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau keunggulan di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat menimbulkan kewibawaan seseorang ialah: 70 Husaini Usman, loc.cit., hal 377 71 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2009, Cet. Ke-19, hal 48 a. Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama. b. Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pekerjaan. c. Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak maupun sosial. d. Kelebihan di bidang harta baik harta tetap maupun harta berpindah-pindah. e. Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma leluhurnya. 72 Menurut Karl D. Jackson memberikan definisi mengenai kewibawaan, adalah suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan secara perilaku sebagai interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok di mana pada saat tertentu pelaku mengubah dan memengaruhi perilaku orang lain. 73 Sedangkan pengertian kepala sekolah menurut Wahjosumijdo adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. 74 Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu: a. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang. b. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat Dinas Pendidikan dan lembaga lain. c. Pengembangan anggaran dan pengawasannya. d. Administrasi personil. e. Disiplin pelajar. f. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan. g. Mengembangkan administrasi. h. Administrasi penyediaan sumberdaya. i. Data murid. j. Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur oleh kantor pusat Dinas Pendidikan. 72 Kartini Kartono. Op.cit., hal 183 73 Karl D. Jackson. Op.Cit., hal 201. 74 Wahjosumijdo. Op.Cit., hal 20 k. Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai juru bicara bagi kantor pusat Dinas Pendidikan. 75 Dari ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa kawibawaan kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi guru berdasarkan kelebihan dan keistimewaan yang dimilikinya, sehingga guru menerima, tunduk, dan patuh terhadap perintahnya tanpa ketidakpaksaan untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya. Berdasarkan beberapa penggabungan dari teori-teori di atas dapat diambil indikator kewibawaan kepala sekolah ada lima kriteria yaitu melakukan pengawasan terhadap kinerja guru, memberi alasan dan teguran ketika terdapat penyimpangan, memiliki daya memengaruhi kepada orang lain, bersikap jujur, tegas dan disegani, memiliki pembawaan komunikasi yang baik dengan orang lain.

B. KERANGKA BERPIKIR

Sekolah unggulan menuntut disiplin yang sangat tinggi, ini disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain: Pertama, tingkat kompensasi yang tinggi memacu kesadaran diri warga sekolah untuk berdisiplin tinggi. Kedua, pribadi masing-masing warga sekolah yang telah terbiasa berperilaku disiplin. Ketiga, peraturan dan hukuman sanksi yang ekstrim diterapkan di sekolah tersebut. Keempat, adanya kepemimpinan yang kuat dalam mengelola staf sekolah tersebut. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan kepala sekolah yang mampu memobilisasi segala tugas dan peran sebagai pemimpin bagi guru, staf, dan peserta didik. Kemampuan memobilisasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi kerjasama antar guru dan kepala sekolah, sehingga setiap tugas yang diberikan oleh kepala sekolah kepada guru dapat dilaksanakan dengan baik. Kepemimipinan kepala sekolah ini dapat ditunjang dengan kewibawaan atau yang dikenal sebagai karismatik terhadap bawahan yang memberikan kerjasama yang kuat, karena dalam pendekatan kewibawaan seorang pemimpin memiliki 75 Syafaruddin. Op.Cit., hal 103 kepribadian yang kuat, sehingga setiap ucapan-ucapan kepala sekolah akan mudah diperhatikan oleh guru-guru dan disiplin guru akan mudah pula dapat dilaksanakan di sekolah. Kewibawaan kepala sekolah adalah daya memengaruhi kepala sekolah kepada guru-guru untuk melaksanakan tugas tanpa keterpaksaan dan rasa takut dalam arti guru tersebut menerima, tunduk, patuh, dan menghormati terhadap kehendak kepala sekolah secara sukarela. C. HIPOTESIS PENELITIAN Peneliti memandang perlu adanya untuk memberikan gambaran tentang dugaan serta jawaban sementara dan cara-cara memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Dugaan sementara ini berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Nihil Ho, tidak adanya hubungan yang signifikan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru. b. Hipotesis Alternatif Ha, adanya hubungan yang signifikan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama yang beralamat di Jl. Ir. H Juanda Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Oktober 2012. Berikut jadwal kegiatan penelitian di sekolah tersebut: Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian di SMK Triguna Utama Tanggal Kegiatan 16 April 2012 Izin penelitian di SMK Triguna Utama Mengumpulkan data-data sekolah yang terkait dengan penelitian 3 Oktober 2012 Uji coba instrumen penelitian angket 24 Oktober 2012 Menyebarkan angket yang sudah diuji ke populasi penelitian

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Artinya, penelitian ini dilakukan untuk menentukan atau memperjelas hubungan antara dua variabel yaitu; kewibawaan kepala sekolah variabel X, dan disiplin guru sebagai variabel Y.

C. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Triguna Utama, baik laki-laki maupun perempuan yang tercatat secara administrasif dan pendidikan tahun ajaran 20112012 yang berjumlah 36 orang. Dengan demikian, menurut Suharsimi Arikunto apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. 1 Maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian populasi sensus atau disebut juga sebagai sampel jenuh.

D. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam pengumpulan data, Penulis menggunakan pedoman angket untuk guru dalam bentuk skala likert dan pedoman wawancara untuk kepala sekolah. Adapun untuk mendapatkan data-data tersebut Penulis menempuh dengan dua, yaitu: 1. Angket yaitu penyebaran daftar pernyataan kepada guru untuk mengukur tingkat kewibawaan kepala sekolah dan disiplin guru. Pernyataan tersebut diisi secara tertutup, artinya guru mengisi 70 daftar pernyataan dengan rentang nilai yang telah disediakan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. 1 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. 2006 cet Ke-13, hal 134 2. Dokumen yaitu proses pengumpulan data atau informasi mengenai kedisiplinan di SMK Triguna Utama. Data ini untuk melengkapi angket yang berisi tentang gambaran tata tertib yang jalankan sebagai disiplin kerja guru di sekolah tersebut. Untuk mempermudah penjelasan di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data untuk setiap Variabel No. Variabel Teknik Pengumpulan Data Model Skala Rentang Skor Sumber Data 1. X Angket Likert 1-4 Guru 2. Y Angket Likert 1-4 Guru

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. 2 Berdasarkan definisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Untuk membuat instrumen penelitian ini terlebih dahulu membuat matriks variabel agar diketahui indikator-indikator apa saja yang menjadi instrumen yang sesuai dengan variabel pada penelitian ini. Matriks variabel ini didapat melalui studi penulis mengenai uraian teori-teori yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, sehingga penulis dapat menentukan dimensi variabel dan indikator-indikator variabel yang dijadikan sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu, kewibawaan kepala sekolah X dan disiplin guru Y, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel Kewibawaan Kepala Sekolah X.