pindah kerja pada tenaga kesehatan. Dilihat dari status perkawinan, tenaga kesehatan yang tidak kawin mempunyai peluang 2,4 kali lebih besar ingin pindah
kerja dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berstatus kawin. Menurut Mobley 1982, determinan turnover karyawan, termasuk perawat, dipengaruhi
oleh karakteristik individu, seperti status perkawinan. Hal ini juga dikaitkan dengan lama kerja, dimana mayoritas partisipan bekerja 1tahun – 3 tahun.
Abelson 1986, menyatakan organisasi yang memiliki karyawan tua dengan masa kerja yang lama akan menurunkan tingkat turnover turnover kecil. Hal itu
didukung oleh Robbins 2003 masa kerja berhubungan negatif dengan turnover karyawan. Jadi lama kerja ikut mempengaruhi kejadian turnover perawat dimana
semakin lama perawat berada dalam pekerjaannya maka kecenderungan turnover semakin kecil, hal ini dikaitkan dengan motivasi dan komitmen mereka.
Finansial baik berupa gaji atau uang insentif lainnya sangat besar artinya bagi perawat dalam bekerja. Bagi perawat, finansial atau pun gaji dipandang
sebagai suatu outcome atau reward yang penting. Ketidakpuasan finansial yang dirasakan perawat akan menjadi salah satu alasan ataupun motif mereka pindah
atau keluar dari pekerjaannya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih memuaskan terutama dari segi finansial. Hal ini di dukung oleh status pernikahan
yang belum menikah sehingga tingkat idealismenya masih tinggi dan masa kerja yang dikaitkan dengan motivasi dan komitmen dalam bekerja.
5.1.3 Beban kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang dirasakan perawat dalam bekerja di rumah sakit merupakan alasan perawat keluar dari rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Beban kerja dirasakan perawat karena kekurangan staf; tutntutan, keluhan, dan tekanan dari pasien, keluarga, maupun dokter; melakukan pekerjaan non
keperawatan; serta proses adaptasi dengan lingkungan baru yang menyebabkan perawat merasa kelelahan baik dalam bentuk kelelahan fisik maupun mental.
Beban kerja adalah keseluruhan waktu yang di gunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja Groenewegen
Hutten, 1991. Beban kerja perawat merupakan keseluruhan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit
pelayanan keperawatan Marquis Huston, 2009. Beban kerja berlebih secara kuantitatif timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak diberikan
kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih secara kualitatif timbul jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan
suatu tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan danatau potensi dari tenaga kerja McCarthy, et al., 2002.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340MenkesperIII2010 menyebutkan bahwa perbandingan tenaga keperawatan
dan tempat tidur untuk rumah sakit tipe B adalah 1:1. Sedangkan Douglas 1984 dalam Swansburg Swansburg, 1999 menetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing katagori mempunyai nilai standarnya per shif.
Bila dibandingkan antara standar jumlah perawat yang harus ada dengan jumlah perawat yang ada di rumah sakit, terlihat sangat jauh berbeda. Hal ini
menyebabkan beban kerja perawat bertambah, dimana dengan jumlah perawat 3
Universitas Sumatera Utara
sampai 4 orang pada shif pagi dan 2 orang pada shif sore dan malam harus melayani 30 orang pasien.
Hayajneh, et al. 2009 yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan tingkat turnover tinggi di rumah sakit swasta antara lain adalah gaji
rendah, kurangnya keamanan kerja dan kelebihan beban kerja. Ini juga di dukung oleh Sellgren, et al. 2009 dan Hunt 2009 dimana beban kerja merupakan salah
satu penyebab dari turnover perawat. Beban kerja berlebih secara kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan
kelelahan dan stress yang bisa mempengaruhi turnover McCarthy, et al., 2002. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik
maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah Manuaba, 2000, dalam Prihatini, 2007.
Hal ini di alami oleh sebagian besar perawat dalam penelitian ini, baik beban kerja secara fisik maupun beban kerja secara mental. Beban kerja secara
fisik diungkapkan perawat, dimana mereka harus melakukan berbagai macam tugas baik tugas keperawatan maupun non keperawatan, mulai dari memandikan
pasien, memberi makan, memobilisasi pasien, melakukan tindakan invasif, memberi obat pasien, mengantar pasien, menemani dokter visite, melakukan tugas
administrasi, bahkan untuk istirahat saja terkadang tidak sempat. Hal ini ditambah dengan jumlah tenaga perawat yang terbatas bahkan sangat kurang bila
dibandingkan dengan beban kerja dan jumlah pasien yang menyebabkan stres bagi perawat. Hal ini di dukung oleh penelitian Yin dan Yang 2002 dimana faktor
lingkungan internal seperti stres akibat kekurangan staf terkait dengan turnover.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan beban mental di alami perawat karena tuntutan atau tekanan dari pasien, keluarga, maupun dokter. Bila ada dokter yang terlambat melakukan
visite, perawat yang akan di marahi atau disalahkan oleh pasiennya, padahal itu bukan kesalahan perawat. Bahkan waktu perawat menghubungi dokter untuk
menyampaikan bahwa pasien sedang menunggu visit dokter, perawat juga yang akan disalahkan dokter karena tidak sabar menunggu. Selain itu, bila ada alat-alat
kesehatan atau medis yang rusak, maka perawat yang akan disalahkan, padahal itu bukan tugas dari perawat. Hal ini menyebabkan tekanan bagi perawat dan
tekanan-tekanan tersebut akan menyebabkan beban mental bagi perawat. Beban kerja secara terus menerus baik secara fisik maupun mental akan menimbulkan
ketegangan dan ketidakpuasan kerja yang pada akhirnya akan menyebabkan perawat keluar dari rumah sakit tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gillies 1989, dimana pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan yang
subyektif, beban kerja semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan
turunnya kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot Gillies, 1989. Beban kerja berlebihan secara konsisten meningkatkan ketegangan kerja
dan mengurangi kepuasan kerja, yang pada gilirannya, meningkatkan kemungkinan turnover Davidson et al., 1997; Tai et al., 1998; Hemingway dan
Smith, 1999; Strachota et al., 2003 dalam Hayes, et al.., 2006. Hal ini di dukung oleh penelitian Siagian 2009; Hayajneh, et al. 2009; O Brien-Pallas, et al.
Universitas Sumatera Utara
2010; dan Cho, et al. 2012 dimana salah satu faktor yang mempengaruhi turnover
yaitu ketidakpuasan kerja. Jadi beban kerja secara berlebihan akan menyebabkan kelelahan bagi
perawat, baik kelelahan fisik maupun mental, dan juga dapat menyebabkan stres kerja yang berdampak terhadap peningkatan kejadian turnover. Sebagian besar
perawat dalam penelitian ini pernah mengalami beban kerja dan hal ini merupakan salah satu faktor ataupun motif perawat untuk pindah ataupun keluar dari rumah
sakit tempat dia bekerja sebelumnya.
5.1.4 Lingkungan kerja