kerja yang tidak memuaskan seperti beban kerja tinggi, kelelahan kerja, yang pada akhirnya dapat menimbulkan stres kerja. Hal ini akan membuat perawat tidak
mampu beradaptasi terhadap lingkungan tersebut yang menyebabkan perawat keluar dan mencari pekerjan lain yang bisa memenuhi kebutuhannya.
2.4 Konsep Studi Fenomenologi
Fenomenologi adalah metode penyelidikan kualitatif di mana para peneliti berusaha menemukan makna pengalaman hidup manusia karena mereka ada di
dunia Morse Field, 1995 dalam Chamberlain, 2009. Fenomenologi berakar pada tradisi filsafat yang dikembangkan oleh Husserl
1859-1938 dan Heidegger 1889-1976 yang merupakan sebuah pendekatan untuk menemukan makna pengalaman hidup masyarakat Husserl 1965, Giorgi
1985, Sadala Adorno 2001 dalam Koivisto, et al., 2002; Polit Beck, 2008. Fenomenologi seperti yang dibahas oleh Husserl 2000 berarti kembali ke dunia
hidup, dunia pengalaman, dimana ia melihat itu merupakan langkah awal untuk semua ilmu pengetahuan. Fenomenologi mengemukakan bahwa fenomena
digambarkan bukannya dijelaskan atau memiliki hubungan sebab akibat yang dicari, dan berfokus pada sesuatu yang mereka perlihatkan sendiri Sadala
Adorno, 2002. Metode fenomenologis menurut Giorgi 1985, dimulai dengan menggambarkan situasi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Ada dua jenis fenomenologi yaitu fenomenologi deskriptif dan interpretatif fenomenologi. Fenomenologi deskriptif dikembangkan pertama kali oleh Husserl
1965. Filosofinya menekankan deskripsi tentang makna pengalaman manusia Husserl 1965, Giorgi 1985, Sadala Adorno, 2001. Husserl 1965
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan metode filosofis sistematis menyelidiki struktur kesadaran esensi. Inti dari fenomenologi adalah intensionalitas kesadaran, dipahami
sebagai arah kesadaran menuju pemahaman dunia. Niat ini diaktifkan terhadap dunia yang tidak termasuk atau memiliki, tapi ke arah yang selalu berubah. Oleh
karena itu, tidak ada kesadaran tanpa dunia, juga tidak ada dunia tanpa kesadaran. Melalui intensionalitas kesadaran semua tindakan, gerak tubuh, kebiasaan dan
tindakan manusia memiliki arti. Kesadaran melalui intensionalitas tersebut, dipahami sebagai agen yang berkontribusi memberi makna terhadap objek. Tanpa
makna ini mustahil untuk berbicara baik tentang suatu objek atau esensi objek Sadala Adorno, 2002.
Berbeda dengan pendapat Husserl 1965, Heidegger 1962 menekankan fenomenologi interpretatif yang terletak pada penafsiran dan pemahaman, bukan
hanya menggambarkan pengalaman manusia. Fokus penyelidikan fenomenologis kemudian pada makna dari pengalaman orang-orang dalam hal fenomena
fenomenologi deskriptif dan bagaimana pengalaman-pengalaman ditafsirkan hermeneutika Polit Beck, 2012.
Fenomenologis percaya bahwa pengalaman hidup memberi makna pada persepsi masing-masing orang dari suatu fenomena tertentu. Tujuan penyelidikan
fenomenologis adalah untuk sepenuhnya menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang memberikan kenaikan. Dalam sebuah studi fenomenologis, sumber
data utama adalah percakapan mendalam dengan para peneliti dan informan sebagai
coparticipants penuh. Peneliti membantu informan untuk
menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. Melalui percakapan
Universitas Sumatera Utara
mendalam, peneliti berusaha untuk bisa masuk kedalam dunia informan, untuk memiliki akses penuh ke pengalaman hidup mereka. Kadang-kadang dua
wawancara atau percakapan terpisah mungkin diperlukan. Untuk beberapa peneliti fenomenologis, penyelidikan tidak hanya mencakup mengumpulkan informasi
dari informan, tetapi juga upaya untuk mengalami fenomena dengan cara yang sama, biasanya melalui partisipasi, observasi, dan refleksi introspektif Polit
Beck, 2012. Meskipun ada sejumlah interpretasi metodologi fenomenologi, penelitian
deskriptif fenomenologis sering melibatkan empat langkah berikut: bracketing, intuisi, menganalisis, dan menjelaskan. Bracketing mengacu pada proses
mengidentifikasi dan menahan terhadap penundaan keyakinan yang terbentuk sebelumnya dan opini yang objektif tentang fenomena yang diteliti. Meskipun
bracketing tidak pernah dapat dicapai sepenuhnya, peneliti menahan keluar dunia dan prasangka sejauh mungkin, sehingga untuk menghadapi data dalam bentuk
murni. Bracketing adalah proses berulang-ulang yang melibatkan mempersiapkan, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik sistematis yang sedang berlangsung
tentang efektivitas bracketing tersebut. Porter 1993 percaya bahwa bracketing dapat mengakibatkan penggunaan yang lebih produktif waktu peneliti jika mereka
mencoba untuk memahami dampak dari pengalaman mereka daripada mengeluarkan energi mencoba untuk menghilangkannya Polit Beck, 2012.
Intuisi, langkah kedua dalam fenomenologi deskriptif, terjadi ketika para peneliti tetap terbuka untuk mengaitkan makna dengan fenomena yang telah
dialami oleh orang-orang tersebut. Peneliti fenomenologis kemudian dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
ke tahap analisis yaitu, mengeluarkan pernyataan yang signifikan, mengkategorikan, dan membuat tema penting dari fenomena tersebut. Akhirnya,
fase deskriptif terjadi ketika peneliti datang untuk memahami dan mendefinisikan fenomena tersebut. Perhatikan bahwa perbedaan penting antara fenomenologi
deskriptif dan interpretatif adalah dalam studi fenomenologis interpretatif, bracketing tidak terjadi Polit Beck, 2012.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah fenomenologi deskriptif. Dalam desain penelitian kualitatif peneliti tertarik pada arti dari bagaimana orang
memaknai hidup mereka, pengalaman yang mereka miliki dan bagaimana mereka melihat struktur dunia mereka Creswell, 1994. Tujuan dari desain deskriptif
adalah untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat mengenai fenomena yang sedang dikaji Payton, 1994. Penelitian ini berusaha untuk
mengeksplorasi dan menjelaskan bagaimana fenomena turnover yang dialami oleh perawat pelaksana di rumah sakit swasta. Pendekatan ini berusaha masuk
kedalam pengalaman seseorang secara menyeluruh, memaparkan struktur pengalamannya, dan berusaha menangkap tema-tema utama dan pemaknaan orang
tersebut tentang pengalamannya sehingga diperoleh informasi secara mendalam terhadap fenomena turnover dirumah sakit tersebut Hallet, 1995 dalam Koivisto,
et al., 2002. Peneliti memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengungkapkan perasaan tentang pengalaman-pengalaman perawat selama
bekerja di rumah sakit swasta dan alasan perawat membuat keputusan untuk meninggalkan rumah sakit tersebut atau bertahan di situ.
Universitas Sumatera Utara