77
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Pada bencana tanah longsor, pemerintah khususnya BPBD bersama Dinas Kesehatan berkoordinasi melakukan bantuan dan pelayanan kesehatan bagi korban
dan masyarakat yang mengungsi. Bantuan berupa logistik, makanan dan obat- obatan.
Gambar 3.27 Bantuan Pihak BPBD Kepada Korban Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kulon Progo terjadi hampir setiap tahun. Oleh karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyusun
peta kawasan bencana banjir dan tanah longsor. Pemetaan tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat maupun pemerintah setempat. Selain
pembuatan peta rawan bencana, BPBD melakukan mitigasi bencana dengan penyuluhan dan simulasi kepada masyarakat yang bertujuan untuk bersiapsiaga
terhadap bencana alam.
78
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 3.28 Peta Rawan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo
79
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 3.29 Peta Rawan Bencana Banjir di Kabupaten Kulon Progo
3.4.2 Bencana Sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Berikut beberapa
konflik sosial terkait lingkungan hidup yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo. 1.
Permasalahan adanya penolakan warga Banaran Galur terhadap rencana usahakegiatan penambangan pasir sungai progo oleh PT. Pasir Alam
Sejahtera. Permasalahan tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukan pengawasan
terhadap PT Pasir Alam Sejahtera kemudian diakukan pembinaan. Setelahnya dilakukan mediasi untuk mendapatkan kesepakatan antara warga dengan PT.
Alam Sejahtera. Untuk menghindari konfik terjadi kembali dan agar pihak PT. Pasir Alam Sejahtera patuh terhadap kesepakatan dalam memperbaiki usaha
penambangan, maka dilakukan pengawasan setiap satu tahun sebanyak 2 kali dengan bekerja sama dengan BLH DIY.
80
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
2. Aduan warga desa Tuksono Sentolo Kulon Progo terkait adanya kebisingan
yang bersumber dari usahakegiatan pabrik alat pertanian atas nama CV. Karya Hidup Sentosa.
Aduan dari masyarakat yang melapor ke Kantor Lingkungan Hidup tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukan pengawasan terhadap pada pabrik
alat pertanian yang kemudian diakukan pembinaan pembinaan. Setelahnya dilakukan mediasi untuk mendapatkan kesepakatan antara warga dengan CV.
Karya Hidup Sentosa. Dari pihak CV Karya Hidup Sentosa berjanji untuk meakukan perbaikan sistem pabrik untuk mengurangi dampak pencemaran
udara yang berupa kebisingan, pihak CV. Karya Hidup Sentosa juga berjanji untuk memberikan CSR kepada masyakarat sekitar yang terkena dampak dari
pabrik yang didirikan oleh CV. Karya Hidup Sentosa . Untuk menghindari konfik dan aduan masyarakat serta agar pihak CV. Karya Hidup Sentosa patuh
terhadap kesepakatan dalam memperbaiki usahanya, maka dilakukan pengawasan setiap satu tahun sebanyak 2 kali dengan bekerja sama dengan
BLH DIY. 3.
Aduan warga Pleret Panjatan terkait adanya pencemaran udara berupa asap hasil dari operasional pabrik arang briket PT Kurnia Bumi Pertiwi.
Aduan dari warga tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan cara dilakukan pengawasan ke pabrik arang briket milik PT. Kurnia Bumi Pertiwi
dan dilakukan pembinaan terhadap pabrik arang briket. Setelahnya dilakukan mediasi untuk mendapatkan kesepakatan antara PT Kurnia Bumi Pertiwi
dengan warga sekitar yang terkena dampak. Untuk menghindari konfik kembali dan adanya aduan dari warga kembali serta agar pihak PT. Kurnia
Bumi Pertiwi patuh terhadap kesepakatan dalam memperbaiki usahakegiatan pabrik arang briket, maka dilakukan pengawasan setiap satu tahun sebanyak 2
kali dengan bekerja sama dengan BLH DIY.
3.5 Perkotaan
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo disebutkan bahwa definisi kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
81
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
kegiatan ekonomi. Sedangkan Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kecamatan yang diperuntukkan untuk permukiman perkotaan yaitu Perkotaan Temon, Perkotaan Panjatan, Perkotaan Brosot, Perkotaan Lendah,
Perkotaan Sentolo, Perkotaan Kokap, Perkotaan Nanggulan, Perkotaan Girimulyo, Perkotaan Kalibawang, Perkotaan Dekso, dan Perkotaan Samigaluh.
Sedangkan desa yang diperuntukkan untuk permukiman pedesaan yaitu: 1.
Desa Glagah Kecamatan Temon; 2.
Desa Panjatan Kecamatan Panjatan; 3.
Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada di Kecamatan Galur; 4.
Desa Sentolo Kecamatan Sentolo; 5.
Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap; 6.
Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan; 7.
Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo; 8.
Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang; dan 9.
Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh. Perkembangan perkotaan tidak pernah lepas dari permasalahan
kependudukan yaitu permasalahan ekonomi dan sosial, kemudian nantinya berimplikasi kepada permasalahan lingkungan fisik, seperti pencemaran air, udara,
kerusakan lahan, dan timbunan sampah. Permasalahan terkait perkembangan perkotaan di Kabupaten Kulon Progo
antara lain : 1.
Sektor Permukiman a.
Makin pesatnya pertumbuhan permukiman baru dengan kelengkapan sarana prasarana pemukiman yang kurang memadai dan dapat menyebabkan
kekumuhan baru. b.
Makin maraknya RTLH dan semakin meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan pemukiman yang layak hini.
82
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
2. Sektor Sarana Prasarana Jalan Lingkungan, Drainase, Sanitasi, Sampah,
Proteksi kebakaran a.
Permukiman kumuh muncul disebabkan oleh terjadinya bencana banjir dan rob.
b. Kurangnya pengembangan perumahan yang memadai.
c. Kurangnya infrastruktur permukiman yang memadai.
Adanya permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Kulon Progo juga merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian. Luas
permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Kulon Progo adalah 293,79 Ha. Berdasarkan SK Bupati No 224A2016 luasan tersebut tersebar di 14 titik lokasi
yang meliputi 10 DesaKelurahan di 5 Kecamatan. Untuk menangani hal tersebut maka disusun
Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh Perkotaan RP2KPKP yang difokuskan pada penanganan
permukiman kumuh di perkotaan. RP2KPKP di Kabupaten Kulon Progo memfokuskan pada penanganan limbah, pembangunan septik tank, dan
pembangunan rumah layak huni, dengan harapan dapat menciptakan permukiman perkotaan yang bersih, indah, dan sehat.
3.5.1 Kependudukan
Kependudukan merupakan subjek pembangunan yang perlu diperhatikan. Data-data kependudukan dapat dijadikan dasar sebagai pedoman penentu kebijakan
suatu daerah. Data kependudukan tidak dapat terlepas dari laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, dan rasio jenis kelamin.
Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam proses pembangunan suatu wilayah. Jumlah penduduk yang tinggi akan menjadi
beban berat bagi pertumbuhan wilayah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tentu harus disertai kualitas penduduk yang baik pula. Namun jika jumlah penduduk
tinggi dengan kualitas penduduk yang rendah, maka beban pemerintah akan semakin berat dalam menjalankan pembangunannya.
Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan registrasi pada tahun 2016 sebesar
445.293 jiwa meningkat dibanding tahun 2015 sebesar 436.123 jiwa. Keadaan
83
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
kependudukan di Kabupaten Kulon Progo selama empat tahun terakhir berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.30 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013-2016 di Kabupten Kulon Progo
Perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2013 sampai 2016 terus meningkat, dilihat dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Kulon Progo harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia dan lapangan pekerjaan.
Pertumbuhan penduduk tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.31 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan
Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Kecamatan Luas
km
2
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Penduduk jiwakm
2
1 Temon
36,3 29.033
1,83 799,81
2 Wates
32 49.184
3,28 1.537,00
3 Panjatan
44,59 39.003
2,34 874,70
4 Galur
32,91 32.930
1,46 1.000,61
5 Lendah
35,59 41.180
1,78 1.157,07
6 Sentolo
52,65 50.224
2,8 953,92
7 Pengasih
61,66 51.460
2,4 834,58
8 Kokap
73,8 36.539
1,73 495,11
9 Girimulyo
54,9 25.216
1,98 459,31
10 Nanggulan
39,61 30.706
1,71 775,21
11 Samigaluh
52,96 28.741
1,03 542,69
12 Kalibawang
69,29 31.077
1,64 448,51
Jumlah 586,28
445.293 2,1
759,52
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2016
195000 200000
205000 210000
215000 220000
225000
2013 2014
2015 2016
Laki-laki Perempuan