Berdasarkan Status Hutan Usaha Pemanfaatan Lahan

36 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 sebesar 4.908,69 hektar. Luas lahan kritis tahun 2016 menurun dibanding tahun 2015 sebesar 5.107,52 hektar. Kecamatan yang memiliki lahan kritis terbesar yaitu Kecamatan Temon sebesar 15 persen, disusul Kecamatan Galur sebesar 14 persen dan Kecamatan Panjatan sebesar 13 persen. Lahan kritis di wilayah Kecamatan Temon, Kecamatan Galur dan Kecamatan Panjatan sebagian besar berlokasi di lahan pantai di mana kekritisan lahannya terutama dilihat dari parameter kondisi tutupan vegetasi yang ada. Gambar 3.4 Persentase Luas Lahan Kritis di dalam dan Luar Kawasan Hutan Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Lahan kritis terjadi karena beberapa faktor. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain: 1. Kekeringan, 2. Genangan air yang terus menerus seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa menyebabkan tanahnya bersifat asam, 3. Erosi tanah atau longsor , 4. Pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan, 5. Masuknya material yang bertahan lama ke lahan pertanian karena tidak dapat diuraikan oleh bakteri, seperti plastic, 6. Pencemaran zat pencemar, seperti pestisida dan limbah pabrik. Temon 15 Wates 6 Panjatan 13 Galur 14 Lendah 3 Sentolo 9 Pengasih 5 Kokap 3 Girimulyo 9 Nanggulan 2 Samigaluh 9 Kalibawang 12 LAHAN KRITIS 37 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah berupaya dalam pengelolaan lahan kritis yang ditandai dengan menurunnya luas lahan kritis. Upaya tersebut adalah melalui kegiatan penanaman vegetatif dan pembuatan bangunan sipil teknis untuk konservasi lahan dan air. Namun demikian upaya-upaya konservasi dan rehabilitasi lahan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Jika lahan kritis tetap dibiarkan atau tidak ada perlakuan perbaikan maka akan mengancam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Rehabilitasi hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan, Pemeliharaan Pengayaan Tanaman atau Penerapan Teknik Konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis. Kegiatan penghijauan yang telah dilakukan oleh Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.8 Realisasi Kegiatan Penghijauan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Kecamatan Penghijauan Realisasi Reboisasi Target Ha Luas Realisasi Ha Jumlah Pohon batang Target Ha Luas Realisasi Ha Realisasi Jumlah Pohon Batang 1. Wates 0,96 0,96 144 2. Panjatan 1,11 1,11 166 3. Galur 3,14 3,14 471 4. Sentolo 2,21 2,21 331 5. Pengasih 22,54 22,54 3.381 6. Kokap 60,95 60,95 9.142 7. Nanggulan 0,05 0,05 7 8. Girimulyo 48,26 48,26 7.239 9. Samigaluh 25,41 25,41 3.811 10. Kalibawang 26,78 26,78 4.017 Total 191,41 191,41 28.709 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Pada tahun 2016 dilakukan penghijauan dengan menanam pohon yang berlokasi di sepuluh kecamatan. Beberapa manfaat kegiatan penghijauan di daerah dataran tinggi antara lain memulihkan produktivitas tanah pada lahan kritis, memperluas lahan serapan air hujan, dan meminimalisir terjadinya longsor. 38 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Gambar 3.5 Penanaman Bibit Pohon di Sekitar Waduk Sermo oleh Instansi, Masyarakat, dan TNI AD

3.2 Kualitas Air

Kualitas air menjadi bagian bagian yang penting dalam isu pengembangan sumberdaya air. Kualitas air mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya Chay Asdak, 2014:497. Wilayah Kabupaten Kulon Progo menjadi bagian dari beberapa wilayah Daerah Aliran Sungai DAS. DAS yang melewati wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi 31.163,774 hektar atau 53,16 persen dari luas Kabupaten Kulon Progo yang sekaligus mengindikasikan sebagai DAS yang paling banyak mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulon Progo sangat penting, karena luasannya mencakup 24.152,86 hektar atau 41,20 persen dari total luas Kabupaten Kulon Progo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 hektar atau 5,65 persen saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada diluar wilayah Kabupaten Kulon Progo.

3.2.1 Kualitas Air Sungai

Kabupaten Kulon Progo memiliki 19 sungai yang mengalir di wilayah perkotaan dan perdesaan. Sumber utama air irigasi persawahan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo adalah Sungai Progo dan Sungai Serang. Sungai terpanjang yaitu Sungai Progo dengan panjang 56,70 km. Pemanfaatan lain dari 39 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Sungai Progo yaitu aktivitas penambangan pasir. Sungai Serang juga merupakan sungai besar yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Sebagai salah satu upaya pengendalian pencemaran air sungai, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo melakukan pemantauan kualitas air sungai terutama Sungai Serang, karena sungai tersebut melintas di wilayah perkotaan Wates dan rawan terkena pencemaran lingkungan. Daerah Aliran Sungai DAS Serang yang berada di Kabupaten Kulon Progo mulai dari hulu sampai hilirnya dan memiliki panjang sungai utama 23,16 km. Pola Alirannya bersifat dendritik. Ketinggian tempat di DAS Serang bervariasi dengan rentang antara 0 m – 811 m dpal. Kerapatan aliran di DAS Serang sebesar 0,002, hal ini menunjukkan bahwa DAS Serang rawan terhadap penggenangan. Pengukuran kualitas air Sungai Serang pada tahun 2016 dilakukan tiga kali pemantauan yaitu pada bulan Juli, September dan Oktober. Adapun titik sungai ada dilima titik yaitu lokasi 1 Sungai Serang Pekik Jamal Bojong IX Panjatan, lokasi 2 Sungai Serang Jembatan Durungan Wates, lokasi 3 Sungai Serang Pendem Sidomulyo Pengasih, lokasi 4 Sungai Serang Kamal Karangsari Pengasih,lokasi 5 Sungai Serang Kedung Galih Pengasih. Pengukuran kualitas air sungai didasarkan pada Peraturan Gubernur DIY No 20 Tau Mutu Air di Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 3.6 Pengambilan Sampel di Aliran Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016