69
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
lanjut dengan banyak oksigen membentuk NO
2
Nitrogen dioksida. Dampak polusi NO
2
terhadap manusia yaitu pada konsentrasi 50 – 100 ugm3 bila
terpapar pada manusia beberapa menit saja dapat menyebabkan peradangan paru-paru. Pada konsentrasi 150
– 200 ugm3 dapat menyebabkan gangguan bronchili cabang broonchus. Pada konsentrasi lebih dari 500 ugm3 dapat
membunuh orang yang terpapar dalam waktu 2 – 10 hari.
Tempat-tempat yang padat lalu lintas kendaraan bermotor, diperkirakan kandungan polutan NO
2
lebih tinggi dibandingkan tempat yang sepi lalu lintas kendaraan bermotor.
Dari hasil pemantauan di 5 lokasi dengan waktu pengukuran 1 jam menunjukan hasil Kosentrasi NO
2
masih berada di bawah baku mutu.
Gambar 3.20 Konsentrasi NO
2
Tahun 2016 4.
Parameter Ozon O
3
O
3
nama simbol dari Ozon adalah komponen atmosfer yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar, yang
akan mengoksidasi komponen-komponen yang tidak segera dapat dioksidasi oleh gas oksigen. Pengaruh oksidan fotokimia antara lain dapat mengakibatkan
kerusakan pada tenunan tanaman. Komponen fotokimia yang paling merusak tanaman adalah Ozon. Pengaruh ozon yang dapat terlihat langsung pada
tanaman adalah terjadinya pemucatan karena kematian sel-sel pada permukaan daun, dimana daun yang lebih tua lebih sensitif terhadap kerusakan tersebut.
10 20
30 40
50 60
1 2
3 4
5
µ g
N m
3
Konsentrasi NO2 : Baku Mutu 400
Maret Oktober
70
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Sedangkan pengaruh oksidan fotokimia terhadap manusia antara lain apabila masuk ke dalam tubuh sebagian bagian dari udara dan pada konsentrasi
subletat dapat mengganggu proses pernafasan normal. Selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata.
Dari hasil pemantauan di 5 lokasi pemantauan titik 1-5 ternyata kandungan Ozon O
3
semua lokasi masih dibawah Baku Mutu yang dipersyaratkan 235 ugm
3
.
Gambar 3.21 Konsentrasi O
3
Tahun 2016 5.
Parameter Total Suspended Particulates TSP Total Suspended Particulates atau total partikel melayang
sedang adalah kosentrasi debu yang berada di udara. TSP tidak dapat terhirup ke dalam
paru, tetapi hanya sampai pada bagian saluran pernapasan atas. Dari hasil pemantauan di 5 lokasi pemantauan titik 1-5 ternyata kandungan TSP semua
lokasi masih dibawah Baku Mutu yang dipersyaratkan 230 ugm
3
.
2 4
6 8
10
1 2
3 4
5
µ g
N m
3
Konsentrasi O3 : Baku Mutu 235
Maret Oktober
71
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 3.22 Konsentrasi TSP Tahun 2016
3.3.2 Analisa Parameter Kebisingan di Sekitar Jalan yang Melebihi Baku
Mutu Udara Ambien
Tingkat kebisingan rata-rata di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.26 Tingkat Kebisingan Rata-rata dBA di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Konsentrasi dB A
Baku Mutu
dBA Maret
Oktober
1. Pro Liman Karangnongko Jl. Khudori, Wates,
Kulon Progo 66,3
67,2 70
2. Perempatan Pasar Wates Jl. Diponegoro, Wates,
Kulon Progo 68,5
68,9 70
3. Pertigaan Sindutan, Temon, Kulon Progo
63,1 68,4
70 4.
Depan Pasar Bendungan Jl. KH Wahid Hasyim, Wates, Kulon Progo
63,2 70,2
70 5.
Pertigaan Brosot, Galur Tugu Brosot, Brosot, Kulon Progo
72,6 70,8
70
Sumber : Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Keterangan : Baku Mutu Udara Ambient Daerah di Prop. DIY No. 153 tahun 2002
: Melebihi Baku Mutu Tingkat kebisingan tertinggi yaitu diatas baku mutu terletak di depan Pasar
Bendungan pada pengamatan bulan Oktober dan pertigaan Brosot, Galur Tugu Brosot di bulan Maret dan Oktober. Tingginya tingkat kebisingan karena
kepadatan jumlah kendaraan pada kedua lokasi tersebut. Sumber pencemaran udara salah satunya yaitu penggunaan bahan bakar.
Semakin tinggi tingkat penggunaan bahan bakar, maka semakin tinggi tingkat
50 100
150 200
250
1 2
3 4
5
µ g
N m
3
Konsentrasi TSP : Baku Mutu 230
Maret Oktober
72
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
pencemaran. Penggunaan bahan bakar berasal dari kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, dan kendaraan bermotor. Kegiatan industri harus memperhatikan
aspek lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran udara. Emisi gas dari kegiatan industri harus diolah terlebih dahulu supaya gas yang dibuang sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan. Penggunaan bahan bakar kedua yaitu kegiatan rumah tangga. Penggunaan bahan bakar seperti penggunaan kayu bakar menjadi
sumber penceran udara. Oleh karena itu, perlu adanya pengurangan penggunaan bahan bakar kayu untuk mengurangi pencemaran udara. Penggunaan bahan bakar
ketiga yaitu kendaraan. Kendaraan bermotor menjadi masalah utama terkait pencemaran udara, khususnya di daerah perkotaan. Pencemaran udara berdampak
buruk terhadap daya dukung lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Seiring bertambahnya kendaraan bermotor, maka pembangunan jalan terus
dilakukan. Baik pembangunan jalan baru maupun perbaikan kualitas jalan. Berikut data perubahan penambahan ruas jalan di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.27 Perubahan Penambahan Ruas Jalan di Kabupaten Kulon Progo
No. Jenis Jalan
Panjang Jalan km 2013
2014 2015
1. Jalan Tol
− −
− 2.
Jalan Kelas I −
− −
3. Jalan Kelas II
− −
− 4.
Jalan Kelas IIIA −
− −
5. Jalan Kelas IIIB
− −
− 6.
Jalan Kelas IIIC 667,75
667,75 647,8
Keterangan : Kabupaten Kulon Progo belum memiliki Jalan Tol Jalan yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progoa adalah Jalan
Kelas IIIC dan Jalan Non Kelas Sumber
: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Selain pencemaran udara, suhu udara merupakan salah satu parameter untuk
mengetahui kualitas udara di suatu wilayah, khususnya di perkotaan. Tabel 3.28 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan
C
No Nama dan Lokasi
Stasiun Suhu Udara Rata-Rata Bulanan
C Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
Okt Nop
Des
1. Stasiun Geofisika
Yogyakarta 27,5
26,6 26,8
27,3 27,2
26,4 26,5
26,2 26,8
26,7 26,3
26,5
Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Mlati, 2016
73
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Rata-rata suhu bulanan pada Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah berkisar antara 26 sampai 27 derajat celsius. Hal tersebut menunjukan bahwa
keadaan suhu di Kabupaten Kulon Progo dalam keadaan normal. Hal tersebut di dukung dengan hasil pengujian kualitas udara yang menunjukkan semua parameter
kualitas udara dibawah baku mutu. Sehingga dapat disimpulkan, kualitas udara di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tergolong baik. Sedangkan pada parameter
kebisingan terdapat dua titik yang menunjukkan diatas baku mutu karena padatnya jumlah kendaraan.
3.4 Risiko Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam danatau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007. Selanjutnya dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan
pengertian risiko bencana, yaitu potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Berdasarkan pengertian bencana dan
risiko bencana, maka bencana dapat dibedakan menjadi bencana alam, non alam, dan bencana sosial. Sedangkan yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo yaitu
bencana alam dan bencana sosial. Adapun data risiko bencana dapat dilihat pada uraian berikut ini:
3.4.1 Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor UURI Nomor 24 Tahun 2007. Berikut diuraikan bencana alam yang terjadi di Kabupaten
Kulon Progo tahun 2016: Pada tahun 2016 terjadi dua bencana alam di Kabupaten Kulon Progo yaitu
bencana banjir dan tanah longsor. Bencana banjir terjadi di tiga kecamatan, yaitu
74
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Lendah. Total area yang terendam seluas 520 ha, dengan kerugian mencapai Rp3.511.585.000,- . kecamatan
yang memiliki dampak terbesar yaitu Kecamatan Lendah. Berikut disajikan tabel
perkiraan luasan area terendam pada jenis bencana alam banjir. Tabel 3.29 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2016
No Kecamatan
Total Area Terendam
Ha Jumlah Korban
Perkiraan Kerugian Rp.
Mengungsi Meninggal
1. Temon
2. Wates
15 23.705.000
3. Panjatan
93 124.500.000
4. Galur
5. Lendah
412 3.363.380.000
6. Sentolo
7. Pengasih
8. Kokap
9. Girimulyo
10. Nanggulan 11. Samigaluh
12. Kalibawang
Total 520
3.511.585.000
Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Ketiga kecamatan yang terkena banjir merupakan kecamatan yang masuk
dalam zona rawan bencana banjir, tertuang dalam RTRWK meliputi Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur, dan Kecamatan
Lendah.
Gambar 3.23 Banjir di Dusun Girigondo Desa Kaligintung Tanggal 18 Juni 2016 Penanganan bencana banjir dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah BPBD bersama dengan Dinas Kesehatan dengan memberikan bantuan berupa perahu karet, pompa air, bantuan logistik, serta makanan. Dinas
75
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
kesehatan juga memperhatikan sanitasi air yang digunakan warga pasca banjir. Dinas kesehatan melakukan kaporisasi pada air yang tercemar. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya wabah penyakit.
Gambar 3.24 Tim dari BPBD Meninjau Lokasi Banjir
Gambar 3.25 Pohon Tumbang di Lokasi Bencana Banjir Selanjutnya bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulon progo yaitu
tanah longsor. Tanah longsor terjadi di enam kecamatan, yaitu Kecamatan Lendah, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan
Nanggulan dan Kecamatan Samigaluh. Perkiraan kerugian dari tanah longsor pada tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: