9
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 2.1 Kawasan Bekas Penambangan Mangan di Kabupaten Kulon Progo Sumber: www.navigasi-budaya.jogjaprov.go.id, www.rri.co.id, www.kotawates.com
Beberapa penambangan yang dilakukan di Perbukitan Menoreh saat ini seperti penambangan marmer merah, mangan dan andesit. Penambangan tersebut
dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Maraknya penambangan membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan tersebut berawal dari
penebangan-penebangan vegetasi
penutup untuk
mendukung aktivitas
penambangan. Akibat dari aktivitas penebangan-penebangan vegetasi tersebut bukit menjadi gundul. Permasalahan timbul jika tidak ada reklamasi bukit setelah
aktivitas penambangan selesai. Penggundulan yang terjadi di bukit tersebut mengakibatkan tidak mampunya wilayah tersebut untuk menangkap air hujan.
Masalah lain yang ditimbulkan yaitu menurunnya produktivitas tanah, terjadinya
10
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
erosi atau memicu terjadinya tanah longsor dan terganggunya habitat flora dan fauna.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara sudah diatur mengenai
perizinan usaha pertambangan, pelaksanaan penambangan, hingga pemantauan penambangan. Maksud disusunnya Peraturan Daerah ini adalah untuk menjamin
agar pemanfaatan potensi mineral dan batubara dapat dilaksanakan berdasarkan pada azas manfaat, keadilan dan keseimbangan, partisipatif, transparan,
berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan melalui kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, penertiban, dan pengendalian.
Bagi perusahaan yang wajib melakukan reklamasi, hal tersebut diatur dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 42 Tahun 2011 tentang Reklamasi Tambang.
Dalam pasal 10 disebutkan bahwa: Perusahaan wajib mengangkat seorang petugas untuk memimpin langsung masing-masing pelaksanaan reklamasi. Selanjutnya
dalam pasal 11 disebutkan: Pelaksanaan Reklamasi wajib dilakukan sesuai rencana reklamasi yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9.
Adanya Peraturan Bupati membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten Kulon Progo memperhatikan kelestarian sumber daya alam, khususnya kegiatan
pertambangan. Dalam hal ini kegiatan pertambangan berpotensi rnengubah bentang alam, sehingga diperlukan upaya untuk menjamin pemanfaatan lahan di wilayah
bekas kegiatan pertambangan agar berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
2.3 Pembangunan Mega Proyek Bandara, Penambangan Pasir Besi, Jalur
Jalan Lintas SelatanJJLS, dan Pelabuhan dan Pengembangan Kawasan Industri Sentolo KIS yang mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan
keberlanjutan fungsi ekologi-sosial daerah terdampak.
Pembangunan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk mengelola potensi sumberdaya
– sumberdaya yang ada dan bersama-sama
membangun serta
meningkatkan perekonomian
daerah. Pembangunan daerah harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan potensi
sumberdaya yang tersedia. Pembangunan daerah meliputi aspek kehidupan masyarakat dengan pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya
11
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
manusia, dan pemanfaatan potensi sumberdaya yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Pembangunan daerah dengan mendirikan infrastruktur fisik dan
pembangunan gedung-gedung baru membutuhkan tempatlahan yang disesuaikan dengan perencanaan daerah. Adanya pembangunan infrastruktur fisik
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun. Pembangunan Mega Proyek yang telah berjalan di Kabupaten Kulon Progo
dipastikan berpengaruh pada laju alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun yang semakin tinggi dan akan berdampak pada kelanjutan fungsi ekologi-sosial
daerah setempat. Terdapat empat mega proyek yang sedang berlangsung di Kabupaten Kulon Progo meliputi pembangunan Bandara Internasional di
Kecamatan Temon, penambangan pasir besi berada di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Galur, JJLS Jalur Jalan
Lintas Selatan sepanjang 122,9 kilometer, serta Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kecamatan Temon. Alih fungsi lahan atau konversi lahan yang terjadi karena
pembangunan mega proyek di Kabupaten Kulon Progo memiliki luas area masing- masing proyek berkisar seluas 45,34 hektar dari pembangunan Bandara
Internasional
, 16,5 hektar dari
Pelabuhan Tanjung Adikarto, dan Jalur Jalan Lintas Selatan dengan panjang 122,9 kilometer. Sedangkan penambangan pasir besi setiap
pelaksana projek melakukan upaya dalam pelestarian lingkungan pada area bekas tambang.
Pelaksanaan Reklamasi Pilot Project Tambang Pasir Besi PT. Jogja Magaza Iron JMI di Desa Karangwuni Kabupaten Kulon Progo dilakukan dengan
penutupan kembali lahan bekas tambang Back Filling, melakukan pertemuan sosialisasi dan musyawarah kegiatan reklamasi, pembangunan infrastruktur
pertanian antara lain gubuk, sumur pantek, perpipaan dan paranet untuk penahan angin dan sekaligus sebagai pembatas lahan, pengolahan lahan dan penyuburan
tanah, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pengelolaan lingkungan fisik, biologi dan sosial termasuk program pengembangan masyarakat telah berjalan
sesuai dengan arahan yang tertuang dalam Dokumen Amdal. Selain pembangunan mega proyek, Pengembangan Kawasan Industri
Sentolo juga mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan mempengaruhi fungsi ekologi-sosial daerah terdampak. Kecamatan Sentolo terdiri dari 8 desa, 84
Pedukuhan, 116 RW dan 360 RT. Luas wilayah Kecamatan Sentolo adalah
12
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
5.252,0907 hektar. Berdasarkan kondisi fisik wilayahnya, wilayah Kecamatan Sentolo merupakan kawasan dengan keadaan kontur tanah datar sampai dengan
berombak 45 persen. Berdasarkan peta pola ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun
2012-2032, Kecamatan
Sentolo termasuk
dalam kawasan
pertanianperkebunan, kawasan
pariwisata, kawasan
industri, kawasan
perdagangan, kawasan pertambangan pasir batu dan batu gamping www.sentolo.kulonprogokab.go.id. Salah satunya ditetapkan sebagai Kawasan
Industri Sentolo atau KIS yang diperuntukkan sebagai kawasan industri besar. Ditetapkannya Kecamatan Sentolo sebagai kawasan industri merupakan
peluang yang sangat besar bagi perkembangan Sentolo dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan dengan berdirinya perusahaan-perusahaan
akan banyak menyerap tenaga kerja lokal yang pada akhirnya terjadi peningkatan perekonomian masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.
Selain Kecamatan Sentolo, ada satu kecamatan yang masuk dalam KIS yaitu Kecamatan Lendah. Selain itu kawasan industri lain yang tertuang dalam RTRW
yaitu Kawasan Industri Temon. Hal tersebut dijelaskan dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut:
1. Kawasan strategis dalam bidang pertumbuhan ekonomi :
a. Kawasan Industri Sentolo dengan luas kurang lebih 4.796 empat ribu
tujuh ratus sembilan puluh enam hektar, meliputi Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah.
b. Kawasan Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih
500 lima ratus hektar; dan c.
Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan Nanggulan. 2. Kawasan Industri Sentolo, meliputi :
a. Desa Banguncipto, Desa Sentolo, Desa Sukoreno, Desa Salamrejo, dan
Desa Tuksono berada di Kecamatan Sentolo; dan b.
Desa Ngentakrejo dan Desa Gulurejo berada di Kecamatan Lendah. Pengembangan kawasan industri akan menguntungkan dari sisi ekonomi,
namun berdampak negatif bagi lingkungan hidup, seperti terjadi pencemaran air, udara dan tanah. Industri pada umumnya membuang limbah cair langsung ke badan
air, seperti: laut, sungai, atau danau tanpa melalui tahap pengolahan terlebih dahulu.