42
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
pada tiga lokasi diatas baku mutu dengan nilai tertinggi 1,704 mgL. Pada periode Oktober nilai nitrit pada semua lokasi pengambilan sampel diatas baku mutu
dengan nilai terbesar 0,283 mgL. Artinya pada bulan September dan bulan Oktober mengalami kenaikan pencemaran limbah.
7. Klorin Bebas
Berdasarkan hasil uji, unsur klorin bebas pada air sungai masih tergolong aman, karena masih dibawah baku mutu. Artinya kandungan klorin bebas masih
dalam batas normal. 8.
Fenol Sama halnya dengan klorin bebas, kandungan fenol pada semua periode
masih tergolong aman atau masih dibawah baku mutu. 9.
Detergen Detergen merupakan salah satu limbah domestik terbesar. Pada hasil uji
bulan Juli kandungan detergen pada air sungai masih dibawah baku mutu. Namun pada hasil uji bulan September dan Oktober kandungan detergen diatas baku mutu
air. 10.
Sianida Kandungan sianida pada hasil uji bulan Juli, September dan Oktober masih
tergolong aman atau masih dibawah baku mutu air yaitu dibawah 0,02 mgL. 11.
H
2
S Kandungan H
2
S pada hasil uji semua periode menunjukkan diatas baku mutu air yaitu diatas 0,002 mgL.
3.2.1.3 Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi Bakteri Koli Tinja Fecal Coli dan Total Coli. Kandungan Fecal Coli pada semua periode memiliki nilai diatas baku mutu yaitu
diatas 1000 ml. Kandungan Total Coli pada pengambilan sampel bulan Juli dan Oktober menunjukkan lebih tinggi dari baku mutu, sedangkan pada bulan
September menunjukkan kandungan total coli di bawah baku mutu. Secara garis besar dapat disimpulkan kualitas air Sungai Serang di
Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan kualitas. Penyebab terbesarnya adanya pencemaran limbah baik limbah industri maupun limbah domestik. Hal ini
43
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
ditunjukkan oleh hasil uji dari beberapa parameter yang memiliki nilai diatas baku mutu air sungai.
3.2.2 Kualitas Air Tanah
Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih dari
97 persen terdiri atas air tanah. Oleh karena itu, peranan air tanah untuk kehidupan manusia sangatlah penting Chay Asdak, 2014:244. Permasalahan air tanah dibagi
menjadi permasalahan kualitas dan kuantitas atau pasokan air tanah. Permasalahan pencemaran air tanah pertama dirasakan dari sumur-sumur penduduk, khususnya
yang tinggal dekat dengan kawasan industri atau dekat dengan limbah industri. Permasalahan kuantitas air tanah sering terjadi pada musim kemarau, baik daerah
karst maupun daerah pesisir. Pada pengamatan kualitas air tanah dilakukan pengambilan sampel pada 25
titik. Pada pengukuran kualitas air tanah yang tidak memenuhi baku mutu yaitu timbal, mangan, seng, fluorida, nitrit, fecal coliform, dan total coliform. Pengukuran
parameter didasarkan pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Unsur timbal dalam air tanah dianggap aman jika kadarnya masih dibawah
baku mutu. Sebaliknya jika kandungan timbal diatas baku mutu maka dianggap berbahaya, khususnya bagi tubuh manusia. Sumber pencemaran timbal sangat
beragam, seperti kaca, keramik, baterai, plastik, bahkan pipa air minum. Berdasarkan hasil pengambilan sampel, 53 persen mengandung timbal diatas baku
mutu, sedangkan 47 persen dibawah baku mutu.
Gambar 3.7 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun 2016
47 53
Timbal
Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu
44
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Persentase sampel pada hasil uji parameter timbal menunjukkan kandungan timbal yang tidak sesuai dengan baku mutu sebesar 53 persen. Adapun lokasi
pengambilan sampel berada pada sentra tahu, Tempat Pemrosesan Akhir TPA, dan industri Sungchang. Hal ini menunjukkan bahwa sumur penduduk yang dekat
dengan industri dan tempat pembuangan sampah akhir berpotensi besar tercemar oleh timbal.
Mangan dapat ditemukan secara alami dalam air tanah dan air permukaan. Pada umumnya mangan terbentuk bersamaan dengan zat besi. Namun aktivitas
manusia juga menjadi penyebab kontaminasi mangan di suatu daerah. Konsentrasi mangan yang tinggi dapat mengubah warna air menjadi hitam. Konsentrasi mangan
yang tinggi tentu berbahaya bagi kesehatan penduduk yang tendampak. Berikut disajikan persentase sampel pada hasil uji parameter mangan:
Gambar 3.8 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun 2016 Gambar diatas menunjukkan bahwa 93 persen sampel mengandung mangan
yang tidak sesuai dengan baku mutu. Hanya 7 persen yang sesuai dengan baku mutu. Angka tersebut tentu menjadi perhatian khusus, karena 93 persen sampel
mengandung mangan yang tidak sesuai dengan baku mutu yang akan memberikan efek terhadap kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air sumur tersebut.
Seng Zn dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk proses metabolisme. Kebutuhan seng sangat bervariasi, namun kecukupan seng yang dianjurkan adalah
15 mghari. Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kandungan seng dalam sumber
air minum tidak lebih dari 0,05 mgL.
7
93
Mangan
Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu
45
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun 2016 Gambar di atas menunjukkan bahwa 7 persen sumur mengandung seng di
atas baku mutu, sedangkan 93 persen masih sesuai dengan baku mutu. Fluorida adalah salah satu mineral yang dapat mencegah kerusakan gigi, namun efek negatif
kelebihan fluorida jika kandungan fluorida tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh akan merusak organ tubuh manusia.
Gambar 3.10 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji sampel dihasilkan 28 persen mengandung fluorida yang idak
sesuai dengan baku mutu, sedangkan 72 persen masih sesuai dengan baku mutu. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Selain itu nitrit juga dapat bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin
dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen.
93 7
Seng
Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu
72 28
Fluorida
Sesuai Baku Mutu Tidak sesuai Baku Mutu
46
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 3.11 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun 2016 Hasil uji sampel menunjukkan 16 persen mengandung nitrit yang tidak
sesuai dengan baku mutu, sedangkan sampel yang sesuai dengan baku mutu sebesar 84 persen. Hal ini menunjukkan 84 persen pada uji sampel masih tergolong baik.
Fecal coliform umumnya digunakan sebagai indikator untuk pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga Chay Asdak, 2014:506. Contoh dari fecal
coliform yaitu kotoran manusia dan hewan. Berdasarkan hasil uji 52 persen mengandung fecal coliform melebihi baku mutu.
Gambar 3.12 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Tahun 2016
Total coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air dikonsumsi. Hasil uji sampel menunjukkan 56
persen terkandung total coliform yang tidak sesuai dengan baku mutu.
84 16
Nitrit
Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu
48 52
Fecal Coliform
Sesuai Baku Mutu Tidak sesuai Baku Mutu
47
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 3.13 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun 2016
3.2.3 Kualitas Air Laut
Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Kulon Progo adalah 15.872 hektar 158,72 km
2
dan mempunyai panjang pantaipesisir yang membujur dari barat muara Sungai Bogowonto ke timur muara Sungai Progo
sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi Jalan Daendels. Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo telah dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata
alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di Kulon Progo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh
kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem akibat
penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan pestisida serta
pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi lingkungan pesisir. Pengukuran kualitas air laut dilakukan di tiga pantai yaitu Pantai Glagah,
Pantai Trisik, dan Pantai Congot. Untuk Pantai Glagah dilakukan dua kali pengambilan sampel, sehingga ada empat titik pengambilan sampel. Pengukuran
kualitas air laut menggunakan tiga parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Namun demikian pada pengukuran kualitas air laut tahun 2016 hanya
menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan kimia. Parameter fisika
44 56
Total Coliform
Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu