14
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
taat terhadap dokumen lingkungan, maka ada sanksi administratif yang tertuang dalam Pasal 72 ayat 2, sanksi administratif terdiri atas:
1. teguran tertulis;
2. paksaan pemerintah;
3. pembekuan izin lingkungan; atau
4. pencabutan izin lingkungan.
Pengembangan Kawasan Industri Sentolo, selanjutnya akan dibangun rusunawa. Rusunawa tersebut sebagai salah satu pengembangan infrastruktur yang
dikembangkan oleh pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal bagi pekerja. Tidak hanya pemerintah yang menyediakan tempat tinggal untuk pekerja,
masyarakat sekitar KIS juga menyediakan tempat tinggal untuk disewakan. Kemudian masalah yang muncul yaitu adanya kepadatan penduduk dan daya
dukung lingkungan semakin menurun. Oleh karena itu, sebelum kepadatan penduduk terlalu tinggi perlu ada perencanaan pengelolaan lingkungan di kawasan
tersebut. Tidak hanya mengacu pada perusahaan yang berdiri, namun mengacu pula pada kawasan tempat tinggal pekerja dan penduduk setempat. Karena saat ini
Amdal diberlakukan pada masing-masing perusahaan, tidak ada Amdal yang mengatur pada keseluruhan kawasan industri.
2.4 Kondisi topografis dan geografis Kulon Progo yang rawan bencana
longsor di daerah utara dan banjir di daerah selatan.
Kabupaten Kulon Progo memiliki kondisi topografis dan kondisi geografis yang rawan terhadap bencana longsor. Kondisi bagian utara Kabupaten Kulon
Progo merupakan dataran tinggiperbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 sampai dengan 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan
Girimulyo
, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah bagian utara Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kondisi perbukitan merupakan kawasan yang rentan
terhadap bencana tanah longsor. Kondisi bagian selatan Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter
di atas permukaan air laut yang meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah dengan kemiringan lereng 0 sampai dengan 2.
Bagian selatan Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, dan apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir.
15
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Menurut
Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Kulon Progo, tahun 2016 telah terjadi bencana tanah longsor di enam kecamatan
yaitu Kecamatan Lendah, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan dan Kecamatan Samigaluh. Bencana banjir di
Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tercatat seluas 520 hektar ditiga kecamatan, yaitu Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Lendah. Penyebab
terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah intensitas curah hujan yang tinggi. Pada tahun 2016 rata-rata curah hujan
Kabupaten Kulon Progo mencapai angka lebih dari 200 mm, dimana pada bulan November mencapai kisaran tertinggi yaitu 552 mm.
Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Geologi Tanah Longsor Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
16
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Gambar 2.3 Peta Rawan Bencana Banjir Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam mengatasi bencana tanah longsor dan banjir. Pada bencana tanah longsor, BPBD bekerja sama dengan TNI
dan polisi untuk memantau lokasi bencana dan memberikan penanganan darurat dalam mengatasi lokasi tanah longsor seperti mengevakuasi, membersihkan area
bencana, dan mendirikan posko untuk masyarakatkorban bencana. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir di area persawahan adalah
dengan
memfasilitasi pompa air kepada petani agar dapat mengurangi tinggi genangan air dengan cara menyedot dan membuang ke aliran sungai. Banjir yang melanda
perumahan warga di atasi dengan melakukan evakuasi menggunakan perahu karet, mendirikan posko pengungsian, memberikan logistik serta pelayanan kesehatan
untuk korban banjir. Untuk mencegah terjadinya banjir pihak pemerintah melakukan perbaikan drainase saat air sudah surut.
17
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
3.1 Tataguna Lahan
Tataguna lahan atau land use merupakan pengaturansuatu upaya perencanaan penggunaan lahan yang memerlukan sumberdaya manusia dan
sumberdaya lainnya untuk pembagian wilayah terhadap fungsi-fungsi tertentu. Perencanaan tataguna lahan pada suatu wilayah diatur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah, kemudian dalam cakupan kabupaten disebut sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau RTRWK.
3.1.1 Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten RTRWK
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWK tutupan lahan dibedakan menjadi empat yaitu tutupan lahan vegetasi, tutupan lahan area
terbangun, tutupan lahan tanah terbuka, dan tutupan lahan badan air. Sedangkan berdasarkan nama kawasan dibedakan menjadi dua yaitu kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
BAB III
ANALISIS PRESSURRE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
18
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
1. Kawasan Lindung
Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012-2032
Kawasan lindung yaitu wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan. Kawasan lindung dibagi menjadi lima kawasan yaitu kawasan lindung terhadap kawasan dibawahnya; kawasan perlindungan
setempat; kawasan suaka margasatwa; kawasan rawan bencana; dan kawasan lindung geologi.
a. Kawasan Lindung Terhadap Kawasan Bawahnya
Kawasan lindung terhadap kawasan bawahnya dibagi menjadi dua yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Berdasarkan RTRW
Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 – 2032, dilihat dari tutupan lahannya, luas
kawasan lindung Kabupaten Kulon Progo terhadap kawasan dibawahnya sebesar 16.834,710 hektar, dengan luas hutan lindung 278,577 hektar dan
kawasan resapan air 16.556,133 hektar.