Kualitas Air Laut Kualitas Air
51
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan temperatur sebesar
10 C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat.
6. Derajat Keasaman pH
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air dianggap asam jika nilai pH kurang dari 7 dan dianggap basa jika lebih dari 7. Baku Mutu pH
untuk laut bahari berkisar antara 7 – 8,5, di luar nilai itu berarti air laut mengalami
pencemaran. Berikut hasil uji pH kualitas air laut di Kabupaten Kulon Progo: Tabel 3.13 Hasil Uji Parameter pH Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
pH Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 7,99
7 – 8,5
2. Pantai Glagah
10.09 8,05
7 – 8,5
3. Pantai Glagah
11.40 8,01
7 – 8,5
4. Pantai Congot
11.15 7,95
7 – 8,5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Berdasarkan hasil uji Kadar pH, air laut di Pantai Trisik, Plantai Glagah, dan Pantai
Congot masih sesuai dengan baku mutu. Artinya kondisi air laut baik untuk kehidupan makhluk hidup.
7. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam air laut. Berikut hasil uji salinitas air laut yang ada di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.14 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
Salinitas ‰ Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 5,5
Alami 2.
Pantai Glagah 10.09
5,8 Alami
3. Pantai Glagah
11.40 35
Alami 4.
Pantai Congot 11.15
37 Alami
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulon Progo tahun 2015 adalah 44
‰, sedangkan pada tahun 2016 salinitas tertinggi 37‰. Tidak ada batas maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami perairan.
52
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut, seperti densitas, titik beku, temperatur, daya hantar listrik konduktivitas dan tekanan
osmosis.Semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi demikian juga tekanan osmosisnya.
Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat
penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Di daerah tropis seperti Indonesia, salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman
akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka salinitas semakin rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air
tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut. 8.
DO Dissolved Oxygen
DO dissolved oxygen atau Oksigen terlarut disebut dengan kebutuhan oksigen Oxygen demand merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO menunjukan jumlah oksigen O
2
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Tabel 3.15 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
DO mgL Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 7,07
5 2.
Pantai Glagah 10.09
5,97 5
3. Pantai Glagah
11.40 6,25
5 4.
Pantai Congot 11.15
7,15 5
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Kadar DO tahun 2015 di Pantai Glagah adalah 9,76 mgL, sedangkan pada
tahun 2016 di Pantai Glagah kadar DO tertinggi 6,25 mgL dengan baku mutu minimal 5 mgL melebihi baku mutu. Hal ini menandakan bahwa kandungan
oksigen pada air laut di Pantai Glagah cenderung menurun, salah satu faktor penyebabnya adalah adanya pencemaran air laut. Kandungan DO tertinggi ada di
Pantai Congot sebesar 7,15 mgL, namun angka tersebut masih jauh dibandingkan kandungan DO pada tahun 2015. Tingginya kadar DO dipengaruhi oleh beberapa
53
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
faktor, antara lain pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya.
9. BOD Biochemical Oxygen Demand
BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
biasanya bakteri untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. BOD dapat diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.
Tabel 3.16 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
BOD5 mgL Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 0,23
10 2.
Pantai Glagah 10.09
0,24 10
3. Pantai Glagah
11.40 0,43
10 4.
Pantai Congot 11.15
0,58 10
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Konsentrasi BOD air laut di Pantai Glagah Kulon Progo tahun 2015 adalah
2,04 mgL, berbeda dengan tahun 2016 konsentrasi BOD hanya 0,43 mgL. Hal ini menunjukkan bahwa BOD air laut masih berada di bawah ambang batas 10 mgL.
Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut masih dapat ditoleran, sehingga tidak
menimbulkan pencemaran. Kadar bahan pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran di perairan.
Konsentrasi BOD air laut di Pantai Glagah Kulon Progo tahun 2015 adalah 2,04 mgL, berbeda dengan tahun 2016 konsentrasi BOD hanya 0,43 mgL yang
menunjukkan bahwa BOD air laut masih berada di bawah ambang batas 10 mgL. Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah
membusuk yang terkandung dalam air laut masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan pencemar yang masih rendah secara alami
akan mengalami proses swapentahiran di perairan.
54
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
10. Amoniak
Berikut hasil uji kandungan amoniak pada kualitas air laut di Kabupaten Kulon Progo:
Tabel 3.17 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
Amoniak Total mgL
Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 ≤0,0094
2. Pantai Glagah
10.09 ≤0,0094
3. Pantai Glagah
11.40 ≤0,0094
4. Pantai Congot
11.15 ≤0,0094
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Hasil pengukuran kadar amoniak air laut
adalah ≤ 0,0094 mgL. Untuk laut wisata bahari tidak diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak
berasal limbah domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandiWC atau kegiatan pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan
untuk pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup
banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah. 11.
Nitrat Berikut kandungan nitrat yang ada pada air laut di Kabupaten Kulon
Progo: Tabel 3.18 Hasil Uji Parameter Nitrat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
NO3N mgL Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 ≤0,066
0,008 2.
Pantai Glagah 10.09
≤0,066 0,008
3. Pantai Glagah
11.40 ≤0,066
0,008 4.
Pantai Congot 11.15
≤0,066 0,008
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Berdasarkan data pengukuran kadar Nitrat air laut menunjukkan bahwa
kadar Nitrat telah melampaui baku mutu yang diperkenankan 0,008 mgL, yaitu ≤ 0,066 mgL. Tingginya kadar nitrat kemungkinan berasal dari kegiatan restoran
yang banyak terdapat di tepian pantai yang mengalirkan limbahnya ke laut atau
55
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
berasal dari kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida, dari limbah yang dibawa oleh air sungai. Nitrat dalam keadaan anaerob akan membentuk
Ammonia yang kemudian bereaksi dengan air membentuk ammonium yang bersifat racun terhadap ikan. Reaksi dalam pembentukan ammonium akan bertambah
intensitasnya pada pH tinggi. 12.
Fosfat Adanya fosfat di perairan laut wilayah pesisir sebagian besar berasal dari
sungai. Sungai membawa sampah yang terhanyut maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat di muara sungai lebih besar dari sekitarnya.
Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa terionisasi, antara lain dalam bentuk ion H
2
PO
4 -
, HPO
4 2-
, dan PO
4 3-
. Fosfat diabsorbsi oleh fitoplankton dan selanjutnya masuk dalam rantai makanan.
Tabel 3.19 Hasil Uji Parameter Fosfat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
PO4-P mgL Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 ≤0,02
0,015 2.
Pantai Glagah 10.09
≤0,02 0,015
3. Pantai Glagah
11.40 ≤0,02
0,015 4.
Pantai Congot 11.15
0,327 0,015
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kadar fosfat air laut adalah
≤ 0,02 mgL
, sedangkan tahun 2015 sebesar ≤ 0,03 mgL . Kadar tersebut telah melampaui baku mutu 0,015 mgL yang diperkenankan.
Kadar fosfat air laut yang tinggi akan menyebabkan ledakan fitoplankton dan berkurangnya oksigen, yang akhirnya menyebabkan kematian ikan secara
massal. Kondisi optimum untuk pertumbuhan plankton adalah pada kadar fosfat antara 0,27
– 5,51 mgL, sehingga air laut di Kulon Progo sangat kondusif untuk pertumbuhan fitoplankton. Kadar fosfat akan semakin tinggi pada perairan yang
lebih dalam dan sifatnya relatif konstan, kemudian akan mengendap di dasar laut. 13.
Sulfida Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan
kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mgL terhadap ikan salmon, dan 4 mgL terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika pH
56
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika pH turun dan suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah.
Tabel 3.20 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
Sulfida H2s mgL
Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 0,007
2. Pantai Glagah
10.09 0,011
3. Pantai Glagah
11.40 0,027
4. Pantai Congot
11.15 0,017
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Konsentrasi sulfida air laut di Pantai Glagah Kulon Progo tahun 2015 yang
dipantau adalah 0,016 mgL sedangkan tahun 2016 yaitu 0,11 mgL dan 0,027 mgL dimana ambang batas yang diperkenankan di dalam air laut ini adalah 0 mgL.
Sedangkan pada Pantai Trisik dan Pantai Congot yaitu 0,007 mgL dan 0,017 mgL. Banyaknya kandungan sulfida tersebut masih dianggap normal karena belum
mencapai 0,4 mgL yang mengakibatkan kematian ikan. Namun demikian kenaikan kandungan sulfida pada tahun 2016 perlu diwaspadai karena kenaikan kandungan
sulfida dapat mengancam kehidupan ikan laut. 14.
Fenol Senyawa Fenol tidak diperbolehkan dalam perairan wisata laut bahari atau
ambang batas 0 mgL. Kadar fenol air laut Pantai Glagah tahun 2015 sebesar 0,0316 mgL, artinya melebihi baku mutu. Sedangkan pada tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel berikut:
57
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
Tabel 3.21 Hasil Uji Parameter Fenol Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016
No. Nama Lokasi
Waktu Sampling tglthbulan
Fenol mgL Baku Mutu
1. Pantai Trisik
11.42 0,0001
2. Pantai Glagah
10.09 0,0001
3. Pantai Glagah
11.40 0,0001
4. Pantai Congot
11.15 0,0001
Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan fenol sebesar 0,0001
mgL artinya masih diatas baku mutu. Namun demikian ada penurunan kandungan fenol dari tahun 2015 ke tahun 2016. Di lautan senyawa fenol dalam kadar rendah
dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak bersifat toksik. Kehidupan bakteri biodegradasi ini tergantung pada kualitas lingkungan yang baik, maka faktor-faktor
fisik dan kimia perairan turut menentukan dapat tidaknya terjadi proses biodegradasi. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan
bakteri pendegradasi fenol adalah konsentrasi BOD, COD, DO, Salinitas, suhu dan pH air laut.