TUJUAN SASARAN KELUARAN MANFAAT
2 Bab
I
semua provinsi. Core business kawasan atau core commodity adalah penghela pertumbuhan ekonomi
yang diharapkan dapat memberikan efek berganda serta efek turunan pengembangan perekonomian
dalam kerangka pengembangan wilayah KAPET. Untuk pengembangannya, perlu kebijakan yang
tepat dan konsisten misalnya menyangkut penyediaan berbagai fasilitas insentif baik fiskal maupun
non fiskal, sehingga kebijakan tersebut dapat menarik investor untuk berperan aktif mengembangkan
usahanya atau investasinya di KAPET.
Jenis KSN Ekonomi lainnya adalah Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas atau Free Trade
Zone FTZ. Kesepakatan pembentukan organisasi perdagangan dunia Tahun 1992 telah membuka
pintu seluas‐luasnya bagi era perdagangan bebas, tanpa terkecuali di negara‐negara ASEAN seperti
Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang meratifikasi kesepakatan
pembentukan organisasi perdagangan dunia WTO, yang berimplikasi pada kebijakan Pemerintah
Indonesia untuk turut mengambil langkah membuka kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas di Indonesia yang disebut dengan FTZ KPBPB, yang saat ini telah diterapkan di Sabang dan
Batam. Tantangan yang muncul pada KPBPB di Sabang, Batam, Bintan dan Karimun menjadi Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas antara lain lalu lintas kegiatan perdagangan akan semakin
mudah masuk maupun keluar karena akan dibebaskan dari bea masuk dan cukai.
KSN Ekonomi yang saat ini tengah dibahas pembentukannya adalah Kawasan Ekonomi Khusus.
Kawasan ini diharapkan dapat menjadi katalisator reformasi ekonomi secara luas dan keseluruhan
pada periode jangka menengah dan panjang, dan merupakan model pembangunan yang terintegrasi
antara zona ekspor, zona industrial dengan kawasan permukiman, pariwisata, utilitas, komersial, dan
pelabuhan,, yang pengembangannya tidak hanya memerlukan insentif fiskal maupun non fiskal,
tetapi lebih kepada kepastian keamanan dan kepastian hukum.
Beragamnya KSN ekonomi di Indonesia sering menimbulkan pertanyaan mengenai keterkaitan antara
satu kawasan dengan kawasan lainnya. Di sisi lain, terdapat beberapa pengalaman sukses di negara
lain dalam pengembangan kawasan strategis ekonomi yang terintegrasi, misalnya di Singapura, India,
China, Korea, Taiwan, dan sebagainya. Pada kenyataannya, pendekatan pengembangan kawasan
ekonomi di berbagai negara sangat bervariasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam
mengenai tipologi pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi beserta aspek‐aspekindikator
pembedanya, yang didasarkan pada pengalaman pengembangan di negara lain yang telah sukses
menerapkan pendekatan ini, untuk menjadi masukan bagi penyusunan kebijakan pengembangan KSN
ekonomi di Indonesia.
Upaya pengembangan KSN Ekonomi juga perlu diiringi oleh suatu upaya evaluasi kinerja
pengembangan kawasan yang dapat melihat kinerja pengembangan kawasan secara komprehensif,
mulai dari sisi proses, output, outcome, hingga dampak. Selama ini evaluasi kinerja yang dilakukan
terhadap kawasan startegis ekonomi biasanya terlampau makro, misalnya dengan hanya
mempertimbangkan indikator PDB wilayah, tanpa melihat kinerja proses yang seringkali membuat
hasil evaluasi menjadi bias. Oleh karena itu perlu disusun indikator kinerja masing‐masing jenis KSN
Ekonomi yang mampu dijadikan instrumen untuk mengevaluasi kinerja kawasan secara menyeluruh
dari mulai proses hingga dampak dari pengembangan kawasan tersebut