Luas FTZ di Korea

Bab IV 11 merupakan salah satu FTZ di sepanjang aliran sungai luas 4.1 km2. FTZ Guangzhou luas 2 km2. FTZ Shenzhen. FTZ Shenzhen terdiri dari 3 buah FTZ FTZ Futian, FTZ Shatoujiao, FTZ Pelabuhan Yantian luas 2,47 km2, pembangunannya dilakukan bersamaan dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus SEZ Shenzen. FTZ Futian luas 1.35 km2 dimana 0.33 km2 dialokasikan untuk keperluan permukiman. FTZ Shatoujiao merupakan FTZ yang pertama kali didirikan di Cina luas 0.27 km2. FTZ pelabuhan Yantian luas 0.85 km. FTZ Tianjin luas 5 km2. Disamping FTZ, di China juga terdapat kawasan pengolahan ekspor atau Export Processing Zones EPZ luas 2.54 km 2 di dalam kawasan Tianjin Economic and Technological Development Zone ETDZ, Chengdu Export Processing Zone luas 0.5 km 2 . 3. Luas FTZ di Korea Sebelum mengenal FTZ, di Korea terlebih dahulu berkembang FPZ Kawasan pengolahan ekspor dan FEZ Kawasan Ekonomi Bebas. Tabel 4.4 FEZ di Korea FEZ Waktu Pendirian Ukuran 1,000 m 3 FEZ Incheon Agustus 2003 209.455 FEZ Busan‐Jinhae Oktober 2003 104.265 FEZ Gwangyang Oktober 2003 88.960 Sumber : FTZ and Port Hinterland Development, Korea Maritime Institute and United Nations ESCAP Economic and Social Comission for Asia and The Pasific New York, 2005 Contoh FEZ adalah Kawasan Ekonomi Bebas Incheon meliputi Kota Songdo, Kawasan Yeongjong termasuk bandar udara Incheon dan kawasan Cheogna luas total sekitar 209 km2 dan populasi 475.000 jiwa. FTZ berbasis logistik di Korea diketahui beroperasional Tahun 2002 dengan luas kawasan di dalam kisaran 2 ‐ 6 jutaan m 2 atau 200 ‐ 600 ha, seperti tertera dalam tabel berikut : Tabel 4.5 FTZ di Republik Korea Kawasan Tanggal didirikan Luas 1000 m 2 Keterangan Masan 1970 793 1 Iksan 1973 309 Daebul 2 2002 1158 Selesai tahun 2007 di dalam Komplek Industri Nasional Daebul Gunsan 2000 1254 Selesai tahun 2004 di dalam Kawasan Industri Nasional Gunsan Gunsan Port – ‐ Dibangun 2002‐2007. Berlokasi di dalam Kawasan Industri Nasional Gun‐Jang Busan Port 2002 5451 Termasuk kawasan Bandar Udara Busan, berada di dalam kawasan bebas ekonomi. Gwangyang Port 2002 6755 Berada di dalam kawasan bebas ekonomi Incheon Port 2003 2167 Incheon Airport 2005 2080 Mulai dioperasikan tahun 2006 Ketrangan : 1 FTZ Masan diperluas menjadi 1,095 ribu meter persegi pada tahun 2002. 2 Dibuka pada tahun 2003. 3 Meliputi kawasan pelabuhan Gunsasn 1,019 ribu meter persegi dan Kawasan pelabuhan baru Gun‐jang 1,725 ribu meter persegi. Sumber : FTZ and Port Hinterland Development, Korea Maritime Institute and United Nations ESCAP Economic and Social Comission for Asia and The Pasific New York, 2005 Perkembangan luas FTZ Tahun 1007 di Korea berkisar antara 248.000 m2 – 1.254.000 m2 atau sekitar 24,8 – 125 ha, seperti tertera dalam tabel berikut : Tabel

4.6 Luas FTZ di Korea

FTZ Masan Iksan Gunsan Daebul Donghae Yulchon Luas 1000 m2 954 310 1.254 1.156 248 343 Sumber : Departemen Perekonomian, Korea, 2007 12 Bab IV Jenis Aktifititas Bisnis dalam FTZ Jenis kegiatan ekonomi di kawasan FTZ berupa industri, perdaganganekspor, dan jasa kepelabuhanan. 1. Singapura FTZ untuk kargo udara di Bandara Changi dikenal dengan Kawasan Logistik Bandar Udara Airport Logitics Park of Singapore ALPS luas sekitar 24 hektar. 2. China Contoh FTZ Pelabuhan Tianjin berisi aktifitas bisnis seperti kawasan industri bandar udara Tianjin Tianjin Airport Industrial Park dan Kawasan Logistik Internasional Bandar Udara Tianjin Tianjin Airport International Logistics Zone merupakan perluasan dari FTZ Pelabuhan Tianjin. 3. Korea Pemerintah Republik Korea menerapkan FTZ fokus pada industri manufaktur dan logistik yang disebut FPZ. Dari FPZ dikembangkan lagi menjadi Kawasan Pengembangan Ekonomi Bebas FEZ yaitu pemberian insentif fiskal hanya bagi industri logistik. Kemudian Tahun 2003 dikembangkan UU FTZ yang memberikan fasilitas insentif fiskal tidak hanya untuk industri logistik namun juga untuk industri manufaktur. Tabel 4.7 Waktu Pendirian dan Ukuran FEZ di Korea FEZ Waktu Pendirian Ukuran 1.000 m 2 FEZ Incheon Agustus 2003 209.455 FEZ Busan‐Jinhae Oktober 2003 104.265 FEZ Gwangyang Oktober 2003 88.960 Sumber : FTZ and Port Hinterland Development, Korea Maritime Institute and United Nations ESCAP Economic and Social Comission for Asia and The Pasific New York, 2005 Free Economic Zone Incheon ditujukan untuk membangun kota‐kota mandiri dengan kualifikasi logistik dan pusat bisnis yang berstandard internasional, berteknologi tinggi, berbasis IPTEK, serta merupakan kawasan pariwisata dan hiburan. Kota Songdo yang berada didekat bandar udara internasional Incheon akan dikembangkan sebagai pusat bisnis dari perusahaan multinasional serta kompleks bisnis bernilai tambah tinggi berbasis pengembangan IPTEK. Kota Songdo akan dibangun selama periode 8 tahun. FTZ Tahun 2004 terdapat 10 FTZ fokus pada industri manufaktur untuk 6 FTZ, dan industri logistik pelayanan pelabuhan udara dan pelabuhan laut untuk 4 FTZ. Fasilitas Bisnis 1. Singapura Fasilitas lain yang diberikan oleh pemerintah atau pengelola di FTZ umumnya terminal peti kemas atau kargo konvensional dan dermaga pelabuhan. Tabel 4.8 Fasilitas FTZ di Singapura FTZ Fasilitas utama Keppel FTZ 3 terminal peti kemas container Pasir Panjang FTZ Terminal peti kemas Pasir panjang terminal konvensional Jurong FTZ Pelabuhan Jurong untuk kargo konvensional Sembawang FTZ Sembawang dermaga untuk motor dan kargo terbesar ALPS Pelabuhan udara Changi Sumber : Free Trade Zone and Port Hinterland Development, ESCAP Secretariat, 2005 2. China FTZ di China disebut juga dengan kawasan berikat dengan berbagai fasilitasi bisnis seperti Bab IV 13 gudang berikat, tempat transaksi voluta asing, perdagangan, industri manufaktur berorientasi ekspor. 3. Korea FTZ yang meliputi FPZ dan FEZ memuat fasilitas kota‐kota kota mandiri berkualifikasi logistik dan pusat bisnis standar internasional, berteknologi tinggi, berbasis IPTEK, dan kawasan pariwisatahiburan. Kota Songdo didekat bandar udara internasional Incheon sebagai pusat bisnis dari perusahaan multinasional, kompleks bisnis bernilai tambah tinggi berbasis pengembangan IPTEK. Pendirian dan Kebijakan Pengelolaan FTZ 1. Singapura a. Pendirian dan Pengelolaan FTZ FTZ pertama kali didirikan di Singapura Tahun 1969. Terdapat 7 FTZ , yaitu enam FTZ untuk kargo laut dan 1 FTZ untuk kargo udara. FTZ kargo laut berlokasi di : a Pelabuhan Singapura, b Pelabuhan Jurong, c Pelabuhan Sembawang, d Pelabuhan Pasir Panjang, dan e Pelabuhan Changi. FTZ Tianjin, Kawasan industri bandar udara Tianjin, dan Kawasan logistik Internasional Tianjin berada dibawah satu badan pengelola administrative committee. b. Kebijakan dan Regulasi Insentif fiskal dan Non‐fiskal Seluruh produk yang memasuki wilayah FTZ di Singapura mendapat fasilitasi bebas bea dan pajak. Konsep FTZ di Singapura sangat terkait dengan keseluruhan sistem pemerintah. FTZ umumnya dibangun untuk cargo transhipment. Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai infrastruktur. Lokasi strategis di dalam airport, memiliki keterkaitan dan efisiensi, industri berbasis logistik, jasa perdagangan. Strategi Strategi kebijakan bisnis yang dikembangkan di FTZ adalah : ƒ Menyediakan infrastruktur yang berstandar internasional dan menciptakan iklim bisnis yang pro‐bisnis, dimana Pemerintah membangun Singapura sebagai pusat bisnis dunia, pusat logistik, pusat jasa keuangan dunia, pusat penelitian dan pengembangan, pusat jasa pendidikan, pusat penelitian dan pengembangan, serta pusat ilmu biomedis dan industri petrokimia. ƒ Menyediakan ruang penyimpanan storage gratis untuk kargo‐kargo imporekspor selama 72 jam, ruang penyimpanan gratis untuk kargo‐kargo yang akan diekspor kembali kargo transhipment selama 14 jam, dan tersedianya fasilitas dan jasa untuk penyimpanan dan re‐ekspor barang‐barang yang terkena kewajiban bea masuk dan pajak. ƒ Barang ‐barang yang disimpan di dalam FTZ tanpa dokumentasi bea dan cukai hingga keluar, dan barang‐barang tersebut dapat diproses dan diekspor kembali dengan kewajiban bea dan cukai yang minimum. ƒ Barang ‐barang impor yang terkena kewajiban bea masuk dan pajak konsumsi GST sebesar 5 adalah minuman alkohol, produk tembakau, sepeda motor, dan produk minyak, yang dikenakan ketika konsumen membeli barang di dalam wilayah Singapura. ƒ Singapura meluncurkan program kantor pusat headquarters programme yang memberikan insentif bagi perusahaan‐perusahaan multinasional untuk bermarkas di Singapura. Hal ini dilakukan pemerintah Singapura untuk menciptakan Singapura sebagai pusat aktivitas manajemen operasi bisnis regional dan global. 2. China a. Pendirian dan Pengelolaan FTZ Selama dekade 1990‐an, Cina mendirikan 15 FTZ di 13 yaitu kota Dalian, Tianjin, Qingdao, Zhangjiagang, Shanghai Waigaoqiao, Ningbo, Fuzhou, Xiamen, Shantou, Shenzen Shatoujia, Futian, Yantian, Guangzhou, Haikou, dan Zhuhai. Shanghai Waigaoqiao dimulai tahun 1990, Tianjin tahun 1991, Dalian, Qiangdao Guangzhou, dan sebagainya tahun 1992. FTZ‐FTZ ini disupervisi oleh pemerintah kota dan masing‐masing dikelola oleh suatu komite 14 Bab IV administratif. Bentuk kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan FTZ : ƒ Regulasi pemerintah pusat berupa Monitoring Kepabeanan dan Manajemen FTZ yang dikeluarkan oleh Kantor Kepabeanan pada tahun 1997, pengaturan mata uang asing di FTZ yang dikeluarkan pada tahun 2002 oleh Badan Pengendali Mata Uang Asing. ƒ Regulasi pemerintah lokal mengacu regulasi nasional, seperti regulasi mengenai FTZ Shenzen dikeluarkan oleh pemerintah kota Shenzen, dan regulasi FTZ Zhuhai dikeluarkan oleh pemerintah Kota Zhuhai. Perusahaan‐perusahaan di dalam FTZ di Cina menikmati kebijakan ‐kebijakan khusus sebagai kawasan yang berada diluar pengawasan kepabeanan, dan FTZ memberikan insentif lebih banyak dibandingkan kawasan‐kawasan khusus lainnya di Cina. b. Kebijakan dan Regulasi Insentif fiskal dan Non‐fiskal Perusahaan ‐perusahaan di FTZ menikmati kebijakan khusus yaitu berada diluar kepabeanan, dan diberi insentif lebih banyak dibandingkan kawasan‐kawasan lainnya diantaranya : 1 Insentif fiskal bagi investor berorientasi PMA ƒ Insentif bea masuk di FTZ di dalamnya terdapat kawasan berikat : ‐ Pengolahan produk di FTZ dibebaskan dari bea cukai dan PPN hanya untuk tujuan ekspor atau dijual ke sesama FTZ. ‐ Pembebasan bea masuk bagi seluruh konstruksi dan infarstruktur yang diimpor untuk keperluan produksi maupun perlengkapan, suku cadang, maupun komponen impor yang dipergunakan untuk keperluan sendiri ‐ Barang ‐barang impor yang memasuki FTZ dari luar Cina dibebaskan dari kewajiban bea dan cukai serta pajak pertambahan nilai. Kewajiban bea dan cukai serta pajak pertamabahan nilau hanya dikenakan setelah produk akhir meninggalkan FTZ untuk wilayah ‐wilayah diluar kawasan berikat. ‐ Seluruh produk jadi yang berasal dari FTZ dikenakan kewajiban bea masuk dan pajak pertambahan nilai berdasarkan tasio All finished goods ‘imported’ from the FTZ into China proper will have custom s duty and VAT assessed based on a ratio kandungan lokalnya. ƒ Pemberian kebebasan keleluasaan bagi PMA dalam hal : ‐ Impor bahan baku tanpa menggunakan badan pengelola ekspor‐impor ‐ Pengajuan untuk pembebasan bea impor dan PPN terkait dengan impor barang untuk keperluan industri dalam rangka peningkatan ekspor. ‐ Pengembangan jaringan ekspor 2 Insentif pajak : Standar pajak penghasilan untuk PMA adalah 30 , namun pemerintah akan mengurangi pajak menjadi 15 bagi PMA yang berproduksi di : ƒ Lokasi FTZ atau SEZ, atau di zona kawasan pesisir, atau perkotaan dimana FTZ atau SEZ berada. ƒ Kawasan pengembangan industri berteknologi tinggi tingkat nasional ƒ Pusat regional dan kawasan terpadu untuk industri PMA ƒ Pemerintah pusat berwenang melakukan standarisasi kebijakan khusus untuk FTZ termasuk paket insentif pajak. ƒ Pada dua tahun pertama operasi, perusahaan tidak dipungut pajak pendapatan. Pada tiga tahun berikutnya, perusahaan dikenakan pajak 50 persen dari pajak pendapatan normal 15 persen. Setelah lima tahun, perusahaan dikenai pajak pendapatan secara penuh. ƒ Jika lebih dari 70 persen produk akhir di re‐ekspor keluar wilayah Cina, setiap produk dikenakan pajak berdasarkan komponen impornya. ƒ Pembebasan dan pengurangan pajak bagi : ‐ PMA yang terdaftar berperasi selama minimal 10 tahun berproduksi diberi hak untuk bebas pajak pendapatan selama 2 tahun mulai tahun pertama memperoleh Bab IV 15 keuntungan, setelah itu 50 pengurangan pajak pendapatan 30,24,25 selama 3 tahun berikutnya. ‐ PMA dengan jumlah di atas US 5 juta, yang didirikan di dalam SEZ ‐ PMA yang ekspornya minimal 70 dari total output dibolehkan pengurangan pajak pendapatan antara 10 sampai 50 . ‐ PMA di bidang pengembangan teknologi dijamin oleh Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Ekonomi MOFTEC diberi pengurangan pajak pendapatan 50 dalam 3 tahun. ‐ Untuk kawasan industri, tingkat pajak pendapatan ditetapkan berbeda‐beda menurut lokasi dan status dari masing‐masing kawasan industri. Standarnya 30 ditambah dengan pajak pendapatan 3 sehingga totalnya 33 . Sementara untuk kawasan pesisir diberi pengurangan pajak pendapatn menjadi 24 , dan industri pengolahan berteknologi tinggi dan SEZ diberi pengurangan pajak pendapatan menjadi 15 . 3 Insentif non‐fiskal ƒ Birokrasi yang sederhana dan efisien ƒ Pelayanan satu atap untuk prosedur perizinan ƒ Infrastruktur kelas dunia ƒ Sistem pelayanan profesional dengan standar internasioal ƒ Pelayanan aktif bagi setiap investor dan pemenuhan permintaan investor yang beragam. ƒ Pelayanan khusus dan kesiapan setiap saat untuk memfasilitasi kesulitan investor. ƒ Lokasi strategis 4 Fasilitas lainnya : ƒ Tidak ada batas partisipasi FTZ merupakan satu‐satunya lokasi dimana perusahaan asing dapat mendirikan usaha perdagangan yang dimiliki sendiri. Tahun 2003, memperbolehkan perusahaan‐ perusahaan asing di FTZ Futian‐Shattoujiao, Tianjin, Waigaoqiaom dan Xiamen Xiangyu untuk memiliki hak melaksanakan perdagangan domestik dengan wilayah tanpa menggunakan agen‐agen intermediasi dari pemerintah. ƒ Bonded Commodities Exchange Market atau Pusat Eksibisi FTZ menyediakan fasilitas berupa Bonded Commodities Exchange Market atau pusat eksibisi dimana perusahaan‐perusahaan di dalam FTZ dapat menjual produk‐produk mereka kepada pembeli‐pembeli dan distributior di luar wilayah FTZ. 5 Insentif dari pemerintah daerah ƒ Setiap kawasan dapat menawarkan insentif‐insentif khusus di luar ƒ insentif yang diberikan pemerintah pusat. ƒ Pemerintah lokal dapat memberikan insentif lahan maupun jasa utilitas serta menetapkan pembebasan pajak pendapatan lokal terhadap perusahaan‐perusahaan yang ada di dalam FTZ. 3. Korea a. Pendirian dan Pengelolaan FTZ di Korea ƒ Perkembangan FTZ di Korea diawali oleh pembangunan kawasan‐kawasan industri Tahun 1960 ‐an. ƒ Tahun 1970‐an, kawasan industri dititik‐beratkan pada industri berat dan kimia, yang membentuk sabuk‐sabuk industri di Ulsan, Changwon dan Yeochun, yang berorientasi ekspor Kawasan Pengolahan EksporEPZ. ƒ Tahun 2000, Kawasan Industri Ulsan, Changwon dan Yeochun berubah menjadi kawasan ekonomi bebas FEZ yang ditetapkan dengan UU Desember 2002 terdiri dari FEZ Incheon, FEZ Busan‐Jinhae, serta FEZ Gwangyang pada bulan Oktober 2003. Ketiga FEZ ini mulai beroperasi pada tahun 2006. Kawasan ekonomi bebas FEZ karakteristiknya dibandingkan dengan FTZ : 16 Bab IV ‐ Luas kawasan lebih besar dari FTZ. ‐ FEZ menyediakan fasilitas untuk aktivitas manufaktur, fasilitas pendukung seperti jasa pendidikan, permukiman, rekreasi, hotel, dan obyek pariwisata. FEZ meliputi fasilitas transportasi berskala internasional seperti bandar udara dan pelabuhan udara. ‐ FEZ bisa meliputi FTZ ‐ Pengembangan FEZ membutuhkan lebih banyak investasi dibandingkan FTZ ƒ Tahun 2002, Pelabuhan Busan dan Gwangyang, Pelabuhan Incheon sebagai FTZ. FTZ merupakan kawasan khusus berbasis aktivitas industri manufaktur, sementara kawasan bebas bea masuk merupakan kawasan berbasis aktivita logistik, dimana aktivitas manufaktur tidak diperkenankan. ƒ Tahun 2003, konsep kawasan khusus FTZ dan kawasan bebas kepabeanan diintegrasikan melalui Undang‐Undang FTZ, sehingga aktivitas manufaktur maupun logistik di dalam FTZ sama ‐sama mendapat bebas bea masuk. ƒ Tahun 2003, Bandar Udara Internasional Incheon ditetapkan sebagai kawasan bebas bea masuk. Kawasan khusus non tarif pertama yang dibangun di Korea adalah FTZ Masan dan Iksan. Hingga sekarang terdapat 10 FTZ yang fokus pada industri manufaktur 6 FTZ, dan industri logistik pelayanan pelabuhan udara dan pelabuhan laut untuk 4 FTZ. Empat dari FTZ berbasis industri manufaktur sudah berkembang sedangkan 2 lagi sedang dalam tahap pembangunan, kemudian untuk FTZ yang berbasis logistik 3 pelabuhan laut sudah berkembang dan 1 FTZ sedang dalam tahap pembangunan. ƒ Mengacu kepada UU FTZ, kawasan industri, hinterland bandar udara dan pelabuhan laut, kawasan distribusi, kawasan terminal pengangkutan freight dikembangkan sebagai FTZ. ƒ Pengelolaan FTZ berbasis industri manufaktur diawasi oleh Menteri Bidang Ekonomi, sementara itu Menteri Pertanian, Pertanahan dan Perikanan melakukan pengawasan di FTZ yang berbasis logistik. b. Kebijakan dan Regulasi Insentif fiskal dan Non‐fiskal 1 Insentif fiskal : ƒ Bebas bea masuk bagi barang impor ke FTZ. ƒ Bebas pajak pertambahan nilai PPN terhadap barang lokal yang masuk ke FTZ atau transaski bisnis antar perusahaan di FTZ. ƒ Pajak pendapatan dan pajak akuisisipendaftaranpropertitanah dibebaskan tiga tahun pertama. Untuk 2 tahun berikutnya dikenakan 50 pajak untuk nilai investasi perusahaan manufaktur PMA dan PMDN minimal USD 10 juta atau + USD 5 juta untuk perusahaan logistik PMA dan PMDN. ƒ Bebas dari pajak tambahan impor temporer, bebas pajak minuman keras, bebas pajak pembelian, bebas pajak transportasi, bebas pajak khusus untuk produk pertanian dan perikanan, serta pajak pendidikan. 2 Insentif non fiskal : ƒ Mendorong lingkungan bisnis internasional yang kondusif diantaranya prosedur kepabeanan yang sederhana, regulasi dan pelayanan administrasi yang baik dan sederhana, pelayanan satu atap. ƒ Kebijakan yang fleksible untuk efisiensi tenaga kerja sebagaimana juga diterapkan di China, Taiwan, Singapore, AS. ƒ Insentif lahan seperti sewa tanah lebih murah, jangka waktu sewa tanah selama 50 tahun. ƒ Penyediaan infrastruktur yang lengkap dengan kualitas tinggi, seperti fasilitas manufaktur, pelabuhan laut, bandar udara, logistik internasional, kompleks industri, rumah sakit dan sekolah bertaraf internasional, serta perumahan bagi pebisnis asing. ƒ Mengizinkan investor untuk untuk pengembangan aktifitas bisnis, pendirian rumah sakit, lembaga medis dan pendidikan dan mengizinkan stasiun penyiaran asing namun tidak diperbolehkan didirikan di luar FEZ. Bab IV 17 4. Belgia FTZ dalam pengertian originalnya sebenarnya tidak lagi eksis di Uni Eropa, namun lebih ke Kawasan Bebas Free Zone dengan pengertian sempit, yaitu kawasan khusus di dalam kawasan kepabeanan dimana barang‐barang bebas dari kewajiban bea masuk, pajak pertambahan nilai, dan kewajiban impor lainnya. Konsep FTZ kurang umum digunakan, karena lebih banyak menerapkan konsep kawasan berikat customs warehouse, yaitu kawasan pergudangan yang disetujui oleh otoritas kepabeanan, dimana negara‐negara di luar Uni‐Eropa dapat menyimpan barang ‐barang tanpa membayar kewajiban kepabeanan dan pajak pertambahan nilai. Individu dan perusahaan yang ingin beroperasi dan mendapat fasilitas di dalam kawasan berikat harus memperoleh ijin dari otoritas kepabeanan setempat. Pemerintah Belgia banyak memberikan insentif investasi dan subsidi dalam mengembangkan Brussels, Flanders, dan Wallonia sejak tahun 1980, yang dikelola pemerintah federal yang diberikan oleh Komisi Eropa. Ukuran kinerja dari pengembangan wilayah di Belgia adalah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Pemerintah berhak untuk menghapuskan insentif jika investor gagal menciptakan lapangan kerja. 5. Belanda ƒ FTZ di Belanda tidak enclave dan tidak dikenai pajak, hanya pembedaan pemberlakuan biaya gudang di lokasi tertentu terutama di bandara internasional, barang‐barang yang transit dapat disimpan sementara, dikemas ulang, disortir, atau dilabel ulang dibawah pengawasan bea cukai. ƒ Di Uni Eropa, FTZ mengacu kepada sejumlah kawasan industri seperti de Zona Franca de Barcelona atau the Shannon Free Zone. Kawasan‐kawasan ini telah didirikan sejak beberapa dekade lalu serta telah berhasil mendatangkan banyak investasi dan memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan ekonomi lokal. ƒ Regulasi insentif investasi juga diterapkan untuk PMA dan PMDN sebagai instrumen kebijakan perekonomian Belanda, terutama untuk memfasilitasi restrukturisasi ekonomi dan konservasi energi, pengembangan wilayah, perlindungan lingkungan, penelitian dan pengembangan, dan tujuan‐tujuan sosial ekonomi lainnya. ƒ Keunggulan belanda adalah 60 persen perusahaan‐perusahaan Amerika di Eropa menempatkan pusat distribusinya di Belanda. Kondisi ini disebabkan karena kebijakan fiskal Belanda yang menarik : Advanced Tax Rulings ATR bersama‐sama dengan Advanced Pricing Agreements APA, yang diberikan oleh inspektor pajak setempat. Kebijakan pajak yang khusus ini mengatur kewajiban pajak perusahaan dengan model cost‐plus. Pada model ini, keuntungan perusahaan dihitung sebagai persentase dari biaya operasional, yaitu sekitar 5‐ 25 persen. Persentase keuntungan masing‐masing perusahaan dihitung oleh berbagai pihak yang berbeda yang terlibat dalam bisnisindustri yang sama. Keuntungan ini kemudian dikenakan pajak sebesar 35 persen. Tawar menawar dalam penetapan persentase ini dapat dilakukan setelah jangka waktu empat tahun, dan dalam beberapa kasus dapat lebih lama lagi. ƒ Pelayanan dengan nilai tambah tinggi lebih merupakan faktor utama penarik investasi dibandingkan dengan insentif pajak maupun insentif fiskal lainnya pada kawasan bebas di Eropa. Hal ini disebabkan beberapa alasan : ‐ Pelayanan yang baik sangat dibutuhkan agar produk dapat bersaing di dalam perekonomian global, ‐ Adanya kebijakan dari Komisi Eropa yang mendorong adanya insentif negara terhadap perusahaan ‐perusahaan swasta. 18 Bab IV

G. Output

KPBPB di Beberapa Negara Singapura Terdapat sekitar 7.000 perusahaan multinasional di Singapura. Perusahaan‐perusahaan yang memiliki kantor pusat di Singapura diantaranya Seagate, NEC, Matsuhita Electonics, Pall Filtration, Bax Global, dan Siemens Medical. Salah satu kawasan FTZ di Singapura adalah FTZ Masan . Tabel

4.9 Kinerja FTZ Masan