6 Bab
II
berbagai industri. Kritik terhadap teori pembangunan seimbang yang lain adalah kemungkinan
terjadinya disekonomi ekstern yaitu pembangunan yang menghancukan cara‐cara tradisional dalam
kegiatan produksi yang kurangmenguntungkan masyarakat sehingga terjadi menimbulkan
pengangguran atau pengorbanan sosial.
Selain Hirschman, menurut Fleming apabila faktor‐faktor produksi jumlahnya terbatas maka
pengembangan industri besar‐besaran dan secara serentak akan menurunkan efisiensi dan tingkat
keuntungan bagi industri. Pembangunan seimbang hanya akan terjadi apabila tambahan modal yang
diperlukan mudah diperoleh, upah rendah, tenaga kerja sektor pertanian dapat ditarik ke sektor
perindustrian Sukirno S, 2007.
Singer juga melakukan kritik terhadap teori pembangunan seimbang dimana menurutnya teori
pembangunan seimbang tidak memperhatikan negara yang sedang berkembang mengalami
kekurangan sumberdaya, sehingga negara berkembang tidak mungkin dapat melaksanakan
pembangunan seimbang tersebut secara serempak di berbagai sektor industri dan sektor lainnya.
2.1.3. Teori
Pembangunan Tidak Seimbang
Berbeda dengan teori Neo‐Klasik yang menganut faham bahwa perkembangan wilayah selalu berada
dalam keseimbangan yang dinamis, teori tentang ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah
mengatakan bahwa wilayah akan berkembang hanya jika didukung oleh pertumbuhan yang tidak
seimbang. Para tokoh yang berperan dalam pengembangan teori ini berpendapat bahwa dalam
strategi pembangunan, investasi harus dipusatkan pada beberapa sektor saja, tidak didistribusikan
pada banyak sector. Teori ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah unbalanced growth oleh
Hirschman, 1958 dan Mydal, 1957 dimana :
1. Hirschman
beragumentasi bahwa dalam strategi pembangunan, investasi harus dipusatkan
pada beberapa sektor saja ketimbang didistribusikan pada banyak sektor. Pertumbuhan akan
dijalarkan dari sektor‐sektor utama leading sectors ke sektor‐sektor lainnya, dan dari suatu
industri ke industri lainnya.
2. Didukung
oleh pendapat Myrdal bahwa keterbelakangan negara‐negara yang sedang
berkembang dapat dijelaskan dengan model “circular causation with cumulative effects”
ketimbang oleh model‐model static equilibrium. Selanjutkan ia mengenalkan konsep
“backwash dan spread effects” yang serupa dengan tricling down dan polarization effectsnya
Hirschman, yang oleh tokoh lain juga dijelaskan bahwa dalam pengembangan industry,
pertumbuhan tidak akan terjadi disemua tempat dalam seketika. Pertumbuhan mulai muncul
pada titik atau kutub pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda, dan menyebar melalui
saluran ‐saluran yang luas dan mempunyai pengaruh yang berbeda‐beda pada keseluruhan
aspek ekonomi. Disini muncul masalah ketimpangan pendapatan wilayah makin meningkat
sampai suatu titik dimana ketimpangan ini mulai menurun kembali. Disimpulkan bahwa
ketimpangan pendapatan wilayah merupakan suatu tahap dan keadaan yang tidak dapat
dihindari dalam proses national development. Tokoh‐tokoh yang berperan dalam teori ini
antara lain : Hirschman, Myrdal, Francois Perroux, Williamson, Alonso, Kaldor, Dixon dan
Thirwall.
2.1.4. Teori
Tahapan Perkembangan Ekonomi
Pembangunan
ekonomi dilihat dari teori‐teori pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh Rostow
terdiri dari lima tahap yaitu masyarakat tradisional, prasyarat untuk lepas landas, lepas landas,
gerakan ke arah pemantapan, dan masa konsumsi tinggi. Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi
tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental bukan saja dalam corak kegiatan
ekonomi namun juga dalam politik dan hubungan sosial. Pembangunan ekonomi atau transformasi
Bab II
7
masyarakat tradisonal menjadi suatu masyarakat modern merupakan suatu proses yang berdimensi
banyak. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan leh adanya kenanikan produktifitas sektor
pertanian dan pertambangan sehingga akan terjadi perkembangan pertumbuhan ekonomi. Menurut
Rostow, masa lepas landas suatu negara menjadi negara maju berkisar antara 20‐30 tahun. Hal itu
terjadi seperti di Inggris, Perancis, Belgia, Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Jepang, Rusia, Kanada,
Argentina, Turki, India dan China. Untuk menentukan apakah suatu negara sudah mencapai tinggal
landas, dapat dianalisis dari :
Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 menjadi 10 dari
Produk Nasional Netto.
Terjadinya peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju
perkembangan yang tinggi.
Adanya suatu platfom politik, sosial dan institusional baru yang menjamin berlangsungnya :
segala tuntutan perluasan di sektor modern, potensi ekonomi eksternal yang ditemukan oleh
kegiatan ekonomi lepas landas, sehingga pertumbuhan dapat terus berjalan Sukirno S,
2007.
2.1.5. Teori