Teori Jalur Sepusat Teori Teori Pusat Lipat Ganda

Bab II 9 2. Kemudian digambarkan lingkaran‐lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih seperti terlihat pada bagian B. 3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih, seperti terlihat pada bagian C. 4. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memilik heksagonal sendiri‐sendiri. Dengan menggunakan k=3, pelayanan orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagona yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih, seperti terlihat pada bagian D di atas.

2.1.8. Teori Jalur Sepusat

Untuk penggunaan lahan, dalam pola tata guna tanah perkotaan yang berhubungan dengan nilai ekonomi, terdapat Teori Jalur Sepusat atau Teori Konsentrik Consentric Zone Theory E.W. Burgess, yang mengemukakan bahwa kota terbagi sebagai berikut: 1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota central business district atau CBD yang terdiri atas: bangunan ‐bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan toko pusat perbelanjaan; 2. Pada lingkaran tengah pertama terdapat jalur alih: rumah‐rumah sewaan, kawasan industri, perumahan buruh; 3. Pada lingkaran tengah kedua terletak jalur wisma buruh, yakni kawasan perumahaan untuk tenaga kerja pabrik; 4. Pada lingkaran luar terdapat jalur madyawisma, yakni kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja halus dan kaum madya middle class; 5. Di luar lingkaran terdapat jalur ulang‐alik; 6. Sepanjang jalan besar terdapat perumahan masyarakat golongan madya dan golongan atas atau masyarakat perkotaan. Jayadinata, 1999

2.1.9. Teori

Sector Selain itu dikenal juga teori sektor Sector Theory menurut Humer Hoyt yang mengatakan bahwa kota tersusun sebagai berikut: 1. Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota; 2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan perdagangan; 3. Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada bagian sebelah menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh; 4. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor madyawisma; 5. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat tinggal golongan atas. Jayadinata, 1999:130

2.1.10. Teori Pusat Lipat Ganda

Teori pusat lipatganda Multiple Nuclei Concept menurut R. D. Mc Kenie menerangkan bahwa kota meliputi : pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian, dan pusat lainnya. Teori ini umumnya berlaku untuk kota‐kota yang agak besar. Menurut teori ini kota terdiri atas: 10 Bab II 1. Pusat kota; 2. Kawasan niaga dan industri; 3. Kawasan murbawisma atau tempat tinggal berkualitas rendah; 4. Kawasan madyawisma atau tempat tinggal berkualitas menengah; 5. Kawasan adiwisma atau tempat tinggal berkualitas tinggi; 6. Pusat industri berat; 7. Pusat niagaperbelanjaan lain di pinggiran; 8. Upakota, untuk kawasan madyawisma dan adiwisma; 9. Upakota suburb untuk kawasan industri. Gambar 2.3 Teori Pola Penggunaan Tanah di Kota