Bahasa Jawa Dialek Deli Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasangan kerabat mencapai 86,5, yang termasuk ke dalam kriteria hubungan antardialek dalam satu bahasa. Dengan demikian, status hubungan kedua isolek adalah hubungan antardialek. Hal itu diperkuat oleh hasil analisis sinkronis melalui kosakata 600 medan makna, tataran frase, dan kalimat. Bukti-bukti linguistis tersebut berimplikasi pada penetapan dialek Jawa Standar. Sesuai dengan statusnya sebagai dialek, dalam dialek Yogyakarta dan Surakarta ada unsur yang sama, selain ada yang khas. Unsur-unsur yang sama pada kedua dialek, merupakan dialek Jawa Standar.

2.4.5 Bahasa Jawa Dialek Deli Medan

Menurut data sejarah, eksodus ethnis Jawa secara besar-besaran diawali pada masa Hindia Belanda, orang Jawa didatangkan dari pulau Jawa untuk direkrut menjadi pekerja kuli perkebunan di wilayah Deli sekarang wilayah Medan dan sekitarnya. Pada masa inilah terjadi eksodus besar-besaran suku bangsa Jawa ke Deli Medan atas propaganda pemerintah Hindia Belanda. Suku bangsa Jawa yang memiliki latar belakang tersebut di atas sekarang disebut orang Jawa-Deli Jadel, lalu keturunannya sekarang disebut Pujakesuma Putra Jawa Kelahiran Sumatera. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010 , penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa.Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Komposisi penduduk kota Medan dilihat dari sisi ethnis seperti pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2 Perbandingan Ethnis di Kota Medan pada tahun 1930,1980, dan 2000 Perbandingan etnis di Kota Medan pada tahun 1930, 1980, dan 2000 Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000 Jawa 24,89 29,41 33,03 Batak 2,93 14,11 20,93 Tionghoa 35,63 12,8 10,65 Mandailing 6,12 11,91 9,36 Minangkabau 7,29 10,93 8,6 Melayu 7,06 8,57 6,59 Karo 0,19 3,99 4,10 Aceh -- 2,19 2,78 Sunda 1,58 1,90 -- Lain-lain 14,31 4,13 3,95 Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983 ; 2000: BPS Sumut Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan Batak sebagai suku bangsa, total Simalungun 0,69, TapanuliToba 19,21, Pakpak 0,34, dan Nias 0,69 adalah 20,93 Populasi ethnis Jawa di Medan cukup besar. Berdasarkan data statistik tahun 2000, kira-kira 33,3 penduduk Medan adalah ethnis Jawa. Besarnya populasi tersebut turut memberi nuansa terhadap perkembangan bahasa Jawa di Medan. Bahasa Jawa berbaur dengan kebudayaan lokal dan membentuk varian sendiri, yaitu dialek bahasa Jawa-Medan atau Jawa-Deli. Memang belum ada kajian yang secara spesifik mengkaji bahasa Jawa dialek Deli Medan. Dialektologi dengan metode dialektometri--salah satu cara untuk melakukan pemilahan bahasa dan dialek dengan melakukan penghitungan perbedaan kosakata pada satu titik pengamatan dengan titik pengamatan yang lain--belum pernah dilakukan, sehingga secara ilmiah bahasa Jawa di Deli Medan belum dapat dikategorikan sebagai negligeable, parler, sousdialecte, dialecte, atau langue. Menurut Guiter 1973:96 dalam Lauder 2002, jika perhitungan perbedaan kosakata pada titik pengamatan menghasilkan persentase di bawah 20, dianggap tak berbeda Universitas Sumatera Utara negligeable; antara 21–30 dianggap ada perbedaan wicara parler; antara 31–50 dianggap ada perbedaan subdialek sousdialecte; antara 51–80 dianggap ada perbedaan dialek dialecte; dan persentase di atas 80 dianggap sudah mewakili dua bahasa langue yang berbeda. Konsep bahasa Jawa dialek Deli Medan didapat dari pengertian sederhana tentang istilah dialek geogafis—penentuan ragam bahasa didasarkan pada posisi geografis atau areal penutur. Jadi, berhubung bahasa Jawa-Deli terletak di kerajaan Deli sekarang Medan dan sekitarnya maka disebut saja sebagai bahasa Jawa dialek Deli Medan. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa bahasa Jawa dialek Deli Medan adalah bahasa Jawa yang tumbuh dan berkembang di wilayah Deli Medan digunakan oleh penutur suku bangsa Jawa-Deli untuk berkomunikasi dan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Jawa wong Jowo.

2.5 Kerangka Teoretis