Tuturan Modus Deklaratif Konsep

Resonansi penting untuk bunyi bahasa berdasarkan struktur alat-alat bicara karena memang resonansi membahas getaran bunyi suara yang menjadi resonator. Dalam hal ini antara lain: rongga mulut, rongga hidung, rongga laring, beserta gumpalan-gumpalan udara di dalamnya.

2.4.3 Tuturan Modus Deklaratif

Hudson, 1980:110 dalam A. Chaedar Alwasilah, 1993:19, mengatakan bahwa petuturan speech act adalah bagian dari ujaran yang dipakai dalam interaksi sosial. A. Chaedar Alwasilah menyebut istilah speech act sebagai petuturan. Sedangkan para ahli-ahli bahasa yang lain biasa menyebut tindak ujar atau tindak tutur. Berarti konsep petuturan, tindak ujar, maupun tindak tutur merujuk pada konsep yang sama, yaitu speech act. Dalam penelitian ini digunakan istilah ”tindak tutur” sebagai representasi dari istilah ”speech act”. Tindak tutur adalah interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur petutur, dengan satu pokok tuturan atau lebih, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Tindak tutur dibatasi sebagai aksi yang dilakukan oleh penutur melalui ujaran atau dengan menggunakan bahasa. Dell Hymes 1972 dalam Abdul Chaer 1995 mengatakan bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yaitu: 1 Setting and scene , yaitu tempat dan situasi berlangsungnya tuturan, 2 Participant , yaitu pihak yang terlibat dalam tuturan, Universitas Sumatera Utara 3 Ends , yaitu maksud dan tujuan tuturan, 4 Act sequence , bentuk dan isi tuturan. Hal ini berkenaan dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topic penuturan. Bentuk tuturan dalam ruang sekolah atau penuturan biasa di kedai kopi. Begitu juga dengan isi yangh dibicarakan, 5 Key , penggunaaan nada intonasi, cara, dan semangat dimana sebuah tuturan disampaikan, 6 Instrumentalities , Jalur bahasa yang digunakan, lisan ataukah tulis. Kode tuturan yang digunakan, seperti bahasa, dialek ragam, atau register, 7 Norm of interaction and interpretation , yaitu norma dalam berinteraksi dan penafsirannya, dan 8 Genre , yaitu jenis bentuk penyampaiannya, seperti narasi, puisi, doa, dan sebagainya. Syarat utama berlangsungnya tindak tutur adalah penggunaan kalimat. Kalangan formalisme membedakan kalimat menjadi empat berdasarkan modusnya, yaitu: 1 deklaratif, yaitu kalimat yang isinya hanya meminta petutur untuk menaruh perhatian saja, tanpa melakukan tindakan atau aksi atas pernyataan penutur karena maksud penutur hanya memberitahukan saja; 2 interogatif, yaitu kalimat yang isinya meminta agar si petutur memberikan jawaban dari si penutur; Universitas Sumatera Utara 3 imperatif, yaitu kalimat yang isinya meminta agar si petutur memberikan aksi atau tindakan dari si penutur; dan 4 interjektif seruan, yaitu kalimat yang menyatakan seruan. Austin 1962 dalam Abdul Chaer, 1995:66 membedakan kalimat deklaratif berdasarkan maknanya menjadi kalimat konstantif dan kalimat performatif. Kalimat konstantif adalah kalimat yang berisi pernyataan belaka, seperti Siti adalah gadis yang manis. atau pagi tadi saya terlambat sekolah. Sedangkan kalimat performatif adalah kalimat yang berisi perlakuan. Artinya apa yang diucapkan si pengujar sesuai dengan apa yang dilakukan. Austin 1962:100-102 dalam Abdul Chaer 1995:68 merumuskan tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus dalam kalimat performatif, yaitu: 1 Tindak tutur lokusi locution, locutionary act, yakni makna linguistik suatu ujaran; 2 Tindak Tutur Ilokusi illocution, illocutionary act, yakni makna komunikatif ujaran oleh penutur penutur; dan 3 Tindak tutur Perlokusi perlocution, perlocutionary act , yakni dampak ujaran bagi pendengar, disebut juga perlocutionary effect . Austin 1962:150-163 dalam Abdul Chaer 1995:79, membagi kalimat performatif menjadi lima kategori, Yaitu: 6 Kalimat Verdiktif verdictives. Kalimat perlakuan yang menyatakan keputusan atau penilaian judgement. Contoh: Aku mutuske kowe sing salah. 7 kalimat Eksersitif exercitives. Kalimat perlakuan yang menyatakan nasihat, peringatan, dan sebagainya. Contoh: Aku pingin kowe dadi dokter Universitas Sumatera Utara 8 Kalimat Komisif commissives. Kalimat perlakuan yang mana penutur terikat commited dengan perjanjian. Contoh: Aku janji sesuk tak bayar. 9 Kalimat Behatitif behatitives. Kalimat perlakuan yang berhubungan dengan tingkah laku sosial, baik keberuntungan maupun kemalangan. Seperti permintaan maaf, ucapan selamat, pernyataan penyesalan, atau tantangan. Contoh: Aku sedih duitku ilang. 10 Kalimat ekspositif expositives. Kalimat perlakuan yang memberi penjelasan, keterangan, perincian kepada seseorang. Contoh: Aku nerangke Getuk iki digawe soko telo. Menurut J. Searle dalam Asin Gunarwan 2007 Tindak ujar tutur dapat digolongkan berdasarkan fungsinya ke dalam lima kategori sebagai berikut. 1 Deklarasi, yaitu tindak tutur yang pengungkapannya menimbulkan efek dalam bentuk perubahan status dan keadaan. Seperti, menyatakan, meresmikan, menobatkan, menetapkan, menghukum, memutuskan, menyebutkan, dan lain- lain. Rumusannya adalah Deklarasi membuat U mengubah dunia P menyebabkan X. Contoh: Aku mutuske kowe sing salah; 2 Representatif, yaitu tindak tutur yang kebenaran pengungkapannya dapat diverifikasi salah atau betul. Seperti menyatakan, mengakui, meyakini, menyadari, menerangkan, dan memastikan. Rumusannya adalah Representatif membuat U sesuai dengan dunia P yakin X. Contoh: Aku nerangke Gethuk iki digawe soko telo; Universitas Sumatera Utara 3 Ekspresif yaitu tindak tutur yang merupakan pengungkapan perasaan, sikap, dan pendapat si penutur. Seperti, berterima kasih, mohon maaf, bersedih, berdukacita, mengucapkan selamat, dan lain-lain. Rumusannya adalah Ekspresif membuat U sesuai dengan dunia P merasa X. Contohnya: Aku sedih duitku ilang; 4 Direktif, yaitu tindak tutur yang pengungkapannya bertujuan mempengaruhi petutur untuk melakukan sesuatu. Seperti, memerintahkan, memohon, mengingatkan, memperingatkan, menyarankan, dan lain-lain. Rumusannya adalah Direktif membuat U sesuai dgn dunia P mauingin X. Contoh: Aku pingin kowe dadi dokter; 5 Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya di dalam arti si penutur membuat komitmen untuk melakukan sesuatu bagi petutur. Seperti, menjanjikan, bersumpah, mengancam, dan lain-lain. Rumusannya adalah Komisif membuat U sesuai dgn dunia P bermaksud X. Contohnya: Aku janji sesuk tak bayar.

2.4.4 Bahasa Jawa Dialek Standar