Kajian Pustaka KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

dasarnya pada fonetik impresionistik. Penemuan dan terobosan baru ini setidaknya membawa fonetik kepada kajian yang lebih menarik dan bernuansa. Peranti-peranti yang diciptakan memiliki kemampuan deskripsi dan akurasi ukuran terhadap apa yang tidak dapat dijabarkan lewat panca indera pendengaran dan penglihatan maupun kesadaran mendeskripsikan ukuran suara hasil kinerja alat ucap secara artikulatoris.

2.6 Kajian Pustaka

2.6.1 Sarah Hawkins, dkk Sarah Hawkins University of Cambridge, Jill House University College London , Mark Huckvale University College London, John Local University of York , dan Richard Ogden University of York 2000 melakukan penelitian tentang An integrated prosodic approach to device-independent, natural-sounding speech synthesis . Penelitian ini merupakan sebuah proyek penelitian yang didanai oleh ESRC Speech and Language programme. Proyek ini merupakan kolaborasi antara Departemen Linguistik di Cambridge , London dan York dengan tujuan untuk membangun sebuah model fonologi komputasi yang mengintegrasikan dan memperluas pendekatan perangkat modern untuk interpretasi fonetik dan menerapkan model ini ke generasi berkualitas tinggi sintesis ujaran. Tiga bidang fokus penelitian adalah intonasi, struktur morfologi dan variasi segmental sistematis. Integrasi ini merupakan model temporal yang menyediakan struktur linguistik atau objek data, yang mana interpretasi fonetik dijalankan dengan memberikan informasi yang terkontrol dalam data sintesisnya. Universitas Sumatera Utara Awalnya, penelitian ini bertujuan untuk mencakup rentang yang terbatas dari fenomena dalam satu aksen bahasa Inggris, tetapi model yang lengkap harus sesuai bahasa dan aksen aslinya. Meskipun kompatibilitas dengan metode concatenative akan dipertahankan, untuk pembangkit sinyal, penelitian ini akan dimulai dengan modifikasi sinyal ucapan yang alami, dilengkapi dengan forman berbasis model sintesis. Kemajuan akan dievaluasi menggunakan tes persepsi untuk menguji kealamiannya dalam persepsi makna yang dimengerti dan komunikatif. Model komputasi untuk interpretasi fonetik dalam ujaran sintesis yang dilakukan Sarah Hawkins, dkk merupakan model yang relatif identik dengan model yang diterapkan dalam penelitian ini. 2.6.2 F.X. Rahyono F.X. Rahyono 2003 melakukan penelitian tentang Intonasi Ragam Bahasa Jawa Keraton Yogyakarta Kontras Deklaratif, Deklaratif, Interogatif, dan Imperatif. Tujuan penelitian ini adalah menemukan pola intonasi pada kalimat deklaratif, deklaratif dan interogatif, dan imperatif. Kemudian, menemukan ciri-ciri yang menandai kontras modus-modus pada kalimat itu. Berdasarkan penemuan ciri-ciri tersebut diharapkan dapat memberi gambaran yang menunjukan bahwa sebuah pola kontur tertentu merupakan pola dasar dan kontur yang lainnya merupakan varian pola kontur utama. F.X. Rahyono hanya melakukan bandingan prosodi terhadap satu dialek tuturan, yaitu dialek bahasa Jawa Kraton, sedangkan penelitian ini melakukan bandingan Universitas Sumatera Utara tuturan terhadap dua dialek geografis, yaitu ragam bahasa Jawa ngoko dialek Medan dan ragam bahasa Jawa ngoko dialek Solo. Hanya saja tuturan yang dibahas hanya modus deklaratif performatif, sedangkan F.X. Rahyono membahas tiga modus, yaitu deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kerangka konseptual yang diterapan dalam penelitian yang dilakukan oleh F.X. Rahyono adalah proses komunikasi terdapat tiga aspek, yaitu 1 produksi, 2 bunyi bahasa, dan 3 persepsi. Ketiga aspek ini merupakan kesatuan yang tidak terpisah dalam penelitian intonasi. Model penelitiannya adalah penelitian eksperimental, data yang dijaring, diolah dan diujipersepsikan melalui eksperimen-eksperimen. Rahyono mengkaji aspek produksi kontur nada intonasi sebagai penanda modus kalimat, lalu membandingkannya melalui uji persepsi untuk mendapatkan kontras tuturan. Berbeda dengan penelitian ini yang membahas aspek produksi ujaran dan bunyi bahasa dua kelompok penutur dengan mendeskripsikan signifikansi perbedaan parameter struktur melodik yang dijabarkan melalui frekuensi nada dasar, nada final, nada tinggi dan nada rendah, mendeskripsikan signifikansi perbedaan parameter intensitas yang dijabarkan melalui intensitas dasar, intensitas final, intensitas tinggi dan intensitas rendah, dan mendeskripsikan signifikansi perbedaan parameter bunyi silabis tuturan pada silabel masing-masing. Temuan penelitian Rahyono menyangkut identifikasi modus dan kontras pola intonasi modus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Modus deklaratif ditandai dengan dominasi garis dasar nada deklinasi, modus interogatif didominasi oleh garis dasar nada inklinasi. Modus imperatif ditandai dengan keseimbangan antara alir nada Universitas Sumatera Utara subyek dengan alir nada akhir, sedangkan modus deklaratif alir nada akhir lebih rendah jika dibanding dengan alir nada subyek. Penanda modus didominasi oleh pola alir nada final dan oleh keseimbangan rentang nada semua alir nada disepanjang kontur F.X. Rahyono, 2003: iv. Sedangkan temuan penelitian ini adalah signifikansi perbedaan parameter ukuran ciri akustik pada tuturan modus deklaratif performatif ragam bahasa Jawa ngoko antara kedua kelompok penutur berdasarkan dialek geografis, yaitu kelompok penutur di Medan dan Solo. 2.6.3 Sugiono Sugiono 2007 melakukan penelitian tentang Parameter Prosodi yang Menandai Kontras antara Ciri Akustik Tuturan Deklaratif dan Interogatif dalam Bahasa Melayu Kutai. Dalam model penelitian eksperimantalnya, Sugiono mencari toleransi modifikasi setiap ciri akustik yang signifikan dalam kedua modus deklaratif dan interogatif. Masalah yang diketengahkan dalam penelitian Sugiono adalah parameter akustik apa yang digunakan penutur untuk menandai modus sebuah tuturan. Untuk itu, dilakukan lima eksperimen, yaitu satu eksperimen produksi dan empat eksperimen persepsi Sugiono dalam T. Syarfina, 2009:14. Sugiono mengukur parameter akustik yang menjadi pembeda antara kalimat deklaratif, interogatif dan imperatif bahasa Melayu Kutai sedangkan penelitian ini Universitas Sumatera Utara mengukur parameter akustik kalimat deklaratif ragam bahasa Jawa ngoko yang menjadi pembeda antara dua kelompok penutur berdasarkan dialek geografis. 2.6.4 T. Syarfina T. Syarfina 2009 meneliti tentang Ciri-Ciri Akustik dalam Bahasa Melayu Deli. Kajiannya membuktikan apakah dalam strata tuturan pada masyarakat Melayu Deli tersebut juga berlaku pada aspek akustiknya. Artinya, ciri-ciri akustik yang ada pada bahasa Melayu Deli apakah bisa dijadikan pemarkah sosial penuturnya. Tujuan penelitian T. Syarfina difokuskan pada deskripsi kuantitas ukuran perbedaan ciri akustik kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain dalam tuturan modus kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif dalam bahasa Melayu Deli. T. Syarfina mengukur parameter akustik kalimat deklaratif, interogatif dan imperatif bahasa Melayu Deli yang menjadi pembeda berdasarkan kelompok sosial sedangkan penelitian ini mengukur parameter akustik kalimat deklaratif ragam bahasa Jawa ngoko yang menjadi pembeda antara dua kelompok penutur berdasarkan dialek geografis. 2.6.5 Veraci Silalahi Veraci Silalahi 2007 meneliti tentang Kontras Tuturan Deklaratif dan Interogatif Bahasa Batak Toba. Penelitian Veraci Silalahi mengukur frekuansi dan tempo pada tuturan deklaratif dan interogatif pada bahasa Batak Toba. Setelah diukur Universitas Sumatera Utara kedua tuturan ini dibandingkan untuk mendapatkan data kontinum yang mendeskripsikan signifikansi perbedaan antara tuturan deklaratif dan interogatif pada bahasa Batak Toba. Tujuan penelitian Veraci adalah menentukan struktur melodik dan tempo pada tuturan deklaratif dan interogatif bahasa Batak Toba. Setelah ditentukan struktur tersebut dijadikan parameter untuk membedakan tuturan. Veraci mencari kontras dua jenis kalimat dalam bahasa Batak Toba dengan cara membandingkannya. Dasarnyanya mirip dengan penelitian Rahyono dan Sugiono yang hanya mencari kontras tuturan. Aspek penuturnya tidak mendapat perhatian. 2.6.6 Asni Barus Asni Barus 2007 meneliti tentang Pemarkah Kedeklaratif dan Interogatifan Ciri-ciri Akustik dalam Bahasa Karo. Model penelitian Asni Barus adalah eksperimental yang membandingkan ciri akustik penutur laki-laki dan penutur perempuan pada masyarakat karo. Hal-hal yang dibandingkan adalah intensitas, frekuensi, dan durasi dalam tuturan deklaratif dan interogatif. Temuan penelitian Asni Barus berupa deskripsi rerata dan signifikansi perbedaan tuturan bahasa Karo yang dituturkan oleh kelompok laki-laki dan perempuan. Hasilnya, ciri-ciri akustik, khususnya frekuensi dan intensitas tuturan yang dituturkan oleh kelompok jenis kelamin dan kelompok umur mempunyai derajad perbedaan yang sangat signifikan. Namun, dalam ukuran durasi, Asni Barus tidak menemukan perbedaan ukuran. Dengan kata lain, ukuran durasi pada bahasa karo yang dituturkan oleh kelompok Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin dan umur tidak menunjukan signifikansi perbedaan. Jadi, durasi tidak dapat dijadikan acuan untuk membedakan tuturan pada bahasa karo. Asni Barus melakukan perbandingan ciri akustik kalimat deklaratif dan interogatif bahasa Karo berdasarkan klasifikasi gender. Padahal karakter ciri akustik laki-laki dan perempuan sudah jelas berbeda. Mengapa mesti dibandingkan hanya untuk mencari signifikansi perbedaannya. Berbeda dengan penelitian ini yang mencoba membandingkan tuturan berdasarkan kelompok gender yang berbeda dialek geografisnya. Kelompok gender laki-laki dibandingkan dengan laki-laki, demikian halnya dengan kelompok perempuan yang dibandingkan dengan kelompok perempuan yang berbeda dialek geografisnya. 2.6.7 Valerie Hazan dan Stuart Rosen Valerie Hazan dan Stuart Rosen 2008 melakukan penelitian tentang Clarifying the Speech Perception Deficits of Dyslexic Children . Valerie Hazan dan Stuart Rosen mengkaji bagaimana anak dengan kesulitan membaca spesifik disleksia dan mereka yang membaca biasanya merasakan suara berbicara. Untuk memecahkan kode ujaran, pendengar harus mampu untuk mengabaikan ketidakrelevanan variasi dalam sinyal suara yang dihubungkan dengan perbedaan penutur, gaya berbicara, aksen, dan lain- lain. Indikasinya bahwa anak-anak dengan SRD lebih sensitif terhadap variasi dari anak-anak lain . Valerie Hazan dan Stuart Rosen melakukan eksperimen tes dengan memanipulasi pola akustik tertentu dalam kata. Kemudian, dilakukan uji persepsi kepada anak-anak dari konsonan yang berbeda untuk mencoba dan memahami apa Universitas Sumatera Utara yang membuat beberapa indikasi yang dianggap lebih sulit dari yang lain. Selanjutnya, dilakukan uji kemampuan anak untuk beradaptasi dengan penutur yang berbeda dalam gaya berbicaranya. Tujuan utama dari penelitian Valerie Hazan dan Stuart Rosen antara lain: 1 mengevaluasi klaim bahwa anak-anak dengan SRD terlalu sensitif terhadap variasi fonetis dengan ketidakrelevanan; dan 2 mengevaluasi apakah kinerja anak-anak ini dalam kategorisasi analisis mereka berhubungan dengan persepsi mereka tentang suara ujaran dan kata-kata dalam kondisi mendengar secara alami. 2.6.8 Paul Iverson Paul Iverson 2008 melakukan penelitian tentang Second Language Vowel Perception . Paul Iverson melakukan kajian tentang persepsi vokal dan plastisitas selama belajar bahasa kedua L2 dengan orang dewasa. Studi ini mengevaluasi apakah individu belajar untuk perseptual beralih antara bahasa pertama L1 mereka dengan sistem vokal bahasa kedua L2, dan menilai peran deskripsi fonetik dalam proses pembelajaran. Studi 1 akan menggunakan metode baru untuk menghasilkan fonetis rinci bahasa pertama L1 dan peta persepsi vokal bahasa kedua L2 untuk penutur asli Norwegia, Jerman, Spanyol, dan Perancis. Studi 2 akan melatih kelompok yang dicocokkan peserta didik Jerman dan Spanyol untuk mengidentifikasi vokal Inggris dan meneliti bagaimana ruang vokal bahasa pertama L1 dan bahasa kedua L2 berubah seiring waktu. Studi 3 akan melatih berbahasa Perancis dengan berbagai pengalaman berbahasa Inggris. Penelitian ini akan memberikan kontribusi Universitas Sumatera Utara untuk pemahaman ilmiah kita tentang persepsi fonetik dan plastisitas, memperkenalkan inovasi metodologi, dan membantu mengarahkan pengembangan baru berbasis komputer metode pelatihan fonetik. 2.6.9 Jonas Lindh and Anders Eriksson Jonas Lindh and Anders Eriksson 2009 meneliti tentang The SweDat Project and Swedia Database for Phonetic and Acoustic Research . Penelitian ini merupakan pemetaan dialek dari sisi akustiknya yang bertujuan untuk mengubah basis data lama yang telah dikumpulkan menjadi basis data elektronik. Basis data terdiri atas rekaman dialek Swedia dari 107 lokasi di Swedia. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk membuat materi dengan cara yang fleksibel dan sederhana serta ketersediaan yang lebih luas dari sektor komunitas riset. Lebih khusus, penelitian Jonas, dkk juga dirancang untuk memfasilitasi penelitian fonetik akustik dengan orientasi basis data. Untuk tujuan penelitian fonetik akustik kadang-kadang lebih baik bekerja dengan basis data lokal yang berbasis lingkungan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengkaji ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa Penutur di Medan perbandingan dengan ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa Penutur di Solo. Jadi, penelitian ini dilakukan di kota Medan dan Solo. Waktu yang direncanakan untuk penelitian ini adalah empat bulan, yaitu antara bulan Februari—Mei 2012.

3.8 Pendekatan dan Metode yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimental, yakni penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen. Tiap-tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol dengan menggunakan alatinstrumen yang sama. Penelitian ini menggunakan dua variabel. Variabel yang digunakan adalah ciri- ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa dialek Deli Medan dan ciri-ciri akustik tuturan modus deklaratif bahasa Jawa dialek standar yang dituturkan oleh penutur laki-laki dan perempuan. 48 Universitas Sumatera Utara