Pengujian Asumsi Klasik 1 Uji Multikolinieritas
lingkugan sosial 0,908 lebih besar dari 0,1. Sedangkan VIF dari keempat variabel yaitu: metode mengajar dosen 1,168, intensitas
belajar 1,081, sarana belajar 1.113, dan lingkungan belajar 1,102. Maka dapat dikatakan nilai VIF 5 sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
2 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk suatu variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas
digunakan uji Glejser dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika signifikansi
antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika 0,05
maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
Tabel IV.9. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
Metode mengajar
dosen Intensitas
belajar Sarana
belajar Lingkungan
belajar AbsResidual
Spearmans rho
Metode mengajar dosen
Correlation Coefficient
1.000 .245
.263 .146
-.040 Sig. 2-
tailed .
.117 .092
.355 .803
N 42
42 42
42 42
Berdasarkan tabel diatas, signifikansi p-value dari keempat variabel yaitu: metode mengajar dosen 0,803, intensitas belajar
0,929, fasilitas belajar 0,426, dan lingkungan sosial 0.496. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nilai signifikansi p-value
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisidas.
3 Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana keselahan
pengganggu dari satu observasi terhadap observasi selanjutnya yang berurutan tidak berpengaruh atau tidak terjadi korelasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson dengan rumus sebagai berikut:
Intensitas belajar Correlation Coefficient
.245 1.000
.233 .171
.014 Sig. 2-
tailed .117
. .137
.278 .929
N 42
42 42
42 42
Fasilitas belajar Correlation
Coefficient .263
.233 1.000
.142 .126
Sig. 2- tailed
.092 .137
. .370
.426 N
42 42
42 42
42 Lingkungan
sosial Correlation
Coefficient .146
.171 .142
1.000 .108
Sig. 2- tailed
.355 .278
.370 .
.496 N
42 42
42 42
42 AbsResidual
Correlation Coefficient
-.040 .014
.126 .108
1.000 Sig. 2-
tailed .803
.929 .426
.496 .
N 42
42 42
42 42
= ∑
− ∑
Dimana: DW : nilai Durbin Watson
e
t
: gangguan estimasi
t : observasi terakhir
t - 1 : observasi sebelumnya
Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi atau tidak, hasil hitungan statistik DW harus
dibandingkan dengan tabel statistik. Namun secara umum dapat diberi patokan sebagai berikut:
1 dU DW 4 – dU maka H diterima tidak ada autokorelasi
2 DW dL atau DW 4 – dL maka H ditolak terjadi
autokorelasi 3 dL DW dU atau 4 – dU DW 4 – dL maka tidak ada
keputusan yang pasti Apabila tidak ada penyimpangan satu atau lebih asumsi
klasik, maka analisis regresi linier berganda dapat dilanjutkan. Namun apabila terjadi penyimpangan satu atau lebih asumsi
klasik, maka analisis regresi linier berganda tidak dapat dilanjutkan.
Tabel IV.10 Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: data diolah, 2013 Berdasarkan output diatas dapat diketahui bahwa nilai
Durbin Watson DW sebesar 1.951. Dengan melihat tabel Durbin Watson pada signifikansi 0,05; jumlah responden n = 42 dan
jumlah variabel independen k = 4 didapat dL = 1,3064 dU = 1,7202. Maka didapat hasil dU DW 4-dU 1,7202 1.951
2,2798. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah autokorelasi.
4 Rangkuman dari Hasil Uji Asumsi Klasik Tabel IV.11.
Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik
Kesimpulan
Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi Tidak Terjadi
Tidak Terjadi Tidak Terjadi
Sumber: data diolah, 2013
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .671
a
.450 .390
9.71293 1.951
a. Predictors: Constant, Lingkungan belajar, Intensitas belajar, Sarana belajar, Metode mengajar dosen
b. Dependent Variable: Prestasi belajar