Uji Hipotesis Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

HA ditolak apabila f hitung f tabel d Menentukan f dengan rumus = 1 − − − Dimana: R 2 : koefisien determinan berganda n : jumlah sampel k : jumlah variabel bebas Kesimpulan : Apabila f hitung f tabel maka H0 diterima dan HA ditolak, artinya tidak ada pengaruh secara simultan artinya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linear. Apabila f hitung f tabel maka H0 ditolak dan HA diterima, artinya ada pengaruh secara simultan artinya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat non-linear. Pada tabel ANOVA diketahui nilai signifikansi Deviation from Linearity pada variabel metode mengajar dosen sebesar 0,206. Apabila dibandingkan dengan signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa dinyatakan linier. Pada variabel intensitas belajar diketahui nilai signifikansi Deviation from Linearity sebesar 0,290. Apabila dibandingkan dengan signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel intensitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa dinyatakan linier. Pada variabel fasilitas belajar diketahui nilai signifikansi Deviation from Linearity sebesar 0,841. Apabila dibandingkan dengan signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel fasilitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa dinyatakan linier. Begitu juga pada variabel lingkungan sosial, diketahui nilai signifikansi Deviation from Linearity sebesar 0,642. Apabila dibandingkan dengan signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel lingkungan sosial dengan prestasi belajar mahasiswa dinyatakan linier. b. Uji Hipotesis 1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran dalam regresi berganda. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut: a Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu perselingkuhan atau hubungan antara variabel bebas yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini variabel tersebut disebut variabel yang bersifat tidak ortogonal. Variabel yang bersifat tidak ortogonal tersebut merupakan variabel bebas yang korelasinya tidak sama dengan nol. Untuk mendeteksi masalah multikolinieritas dapat menggunakan rumus korelasi. Adapun rumus korelasi sebagai berikut Sugiyono, 2010: = n ∑ x y − ∑ x ∑ y n ∑ x − x n ∑ y − y Selanjutnya dengan program SPSS diadakan analisa collinerity statistics . Dari analisis collinerity statistics akan memperoleh VIF Variance Inflation Factor. Dasar analisis yang digunakan yaitu jika tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 5 maka tidak terjadi masalah multikolinieritas. Berdasarkan output diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari keempat variabel yaitu: metode mengajar dosen 0,856, intensitas belajar 0,925, fasilitas belajar 0,899, dan lingkugan sosial 0,908 lebih besar dari 0,1. Sedangkan VIF dari keempat variabel yaitu: metode mengajar dosen 1,168, intensitas belajar 1,081, fasilitas belajar 1.113, dan lingkungan sosial 1,102. Maka dapat dikatakan nilai VIF 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas. b Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk suatu variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas digunakan uji Glejser dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika signifikansi antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas. c Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana keselahan pengganggu dari satu observasi terhadap observasi selanjutnya yang berurutan tidak berpengaruh atau tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson dengan rumus sebagai berikut: = ∑ − ∑ Dimana: DW : nilai Durbin Watson e t : gangguan estimasi t : observasi terakhir t - 1 : observasi sebelumnya Untuk memperoleh kesimpulan apakah ada masalah autokorelasi atau tidak, hasil hitungan statistik DW harus dibandingkan dengan tabel statistik. Namun secara umum dapat diberi patokan sebagai berikut: 1 dU DW 4 – dU maka H diterima tidak ada autokorelasi 2 DW dL atau DW 4 – dL maka H ditolak terjadi autokorelasi 3 dL DW dU atau 4 – dU DW 4 – dL maka tidak ada keputusan yang pasti Apabila tidak ada penyimpangan satu atau lebih asumsi klasik, maka analisis regresi linier berganda dapat dilanjutkan. Namun apabila terjadi penyimpangan satu atau lebih asumsi klasik, maka analisis regresi linier berganda tidak dapat dilanjutkan. 2 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kontribusi antara persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Untuk mencari persamaan regresi adalah sebagai berikut Sugiyono, 2010: = + + + + Keterangan: Y : prestasi belajar mahasiswa b 1 ,b 2 ,b 3 : koefisien garis regresi X 1 : metode mengajar dosen X 2 : intensitas belajar X 3 : sarana belajar X 4 : lingkungan belajar a : konstanta 3 Uji F Pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda dapat menggunakan uji F dengan rumus Sudjana, 2005: = ⁄ 1 − − − 1 ⁄ Keterangan: F = koefisien korelasi ganda k = jumlah variabel independen n = banyaknya anggota sampel a Pembuktian hipotesis ini dengan menggunakan teknik regresi dengan bantuan program SPSS versi 16. 1 Kontribusi persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa H o = Tidak ada kontribusi dan signifikansi persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa. H a = Ada kontribusi dan signifikansi persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2 Kontribusi intensitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa H o = Tidak ada kontribusi dan signifikansi intensitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. H a = Ada kontribusi dan signifikansi intensitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. 3 Kontribusi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa H o = Tidak ada kontribusi dan signifikansi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. H a = Ada kontribusi dan signifikansi fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. 4 Kontribusi lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa H o = Tidak ada kontribusi dan signifikan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa. H a = Ada kontribusi dan signifikan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa. 5 Kontribusi persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, fasilitas belajar dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa. H o = Tidak ada kontribusi dan signifikan persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, fasilitas belajar dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa. H a = Ada kontribusi dan signifikan persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, fasilitas belajar dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa. b Menentukan level of significant a = 5 dengan level of confidance sebesar 95 dengan degree of freedom df = n-k c Menentukan daerah penerimaan dan penolakan hipotesis dengan kriteria sebagai berikut: H0 ditolak jika = F hitung F tabel a, n-k Ha diterima jika = F hitung F tabel a, n-k d Menarik kesimpulan dengan membandingkan hasil dari, kemudian tentukan daerah penerimaan dan penolakannya. Apabila H ditolak dan H a diterima maka persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, fasilitas belajar dan lingkungan sosial berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa. 77

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Universitas

1. Arti Logo Sanata Dharma 2. 4. Teratai warna coklat melambangkan sikap dewasa yang matang 5. “ Ad Maimorem dei Gloriam” berarti kemuliaan Allah yang lebih besar 2. Sejarah Universitas Sanata Dharma a. PTPG Sanata Dharma 1955 - 1958 Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru PTPG oleh Prof. Moh. Yamin, S.H. Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.. 1. Bingkai adalah teratai bersudut lima. Teratai = kemuliaan, sedangkan sudut lima = Pancasila 2. Obor melambangkan hidup dengan semangat yang menyala-nyala 3. Buku yang terbuka melambangkan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang Waktu itu Ordo ini telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik Yayasan De Britto di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris Yayasan Loyola di Semarang yang dikelola oleh pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. Dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955. Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan Nama Sanata Dharma diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. Sanata Dharma sebenarnya dibaca Sanyata Dharma, yang berarti kebaktian yang sebenarnya atau pelayanan yang nyata. Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja Pro Patria et Eclessia. sumber data: www.usd.ac.id b. FKIP Sanata Dharma 1958-1965 Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status disamakan dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.11961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 771962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri. sumber data: www.usd.ac.id . c. IKIP Sanata Dharma 1965 - 1993 Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Santa Dharma berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No. 237B- SwtU1965. Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965. Selain melaksanakan Program S1 sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana, IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada

Dokumen yang terkait

PENGARUH POLA BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN TERHADAP PRESTASI Pengaruh Pola Belajar Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dasar Akuntansi Keuangan 2 Pada Mahasiswa Pendid

0 3 20

PENGARUH POLA BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN TERHADAP PRESTASI Pengaruh Pola Belajar Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dasar Akuntansi Keuangan 2 Pada Mahasiswa Pendid

0 3 13

PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI INTENSITAS BELAJAR MAHASISWA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG Prestasi Belajar Ditinjau Dari Intensitas Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Kompetensi Mengajar Dosen Pada Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Tahun A

0 1 18

PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI INTENSITAS BELAJAR MAHASISWA TENTANG KOMPETENSI MENGAJAR DOSEN PADA Prestasi Belajar Ditinjau Dari Intensitas Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Kompetensi Mengajar Dosen Pada Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan

0 1 13

KONTRIBUSI SIKAP BELAJAR MAHASISWA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN DOSEN Kontribusi Sikap Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Metode Pembelajaran Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dalam Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjut

0 0 18

PENDAHULUAN Kontribusi Sikap Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Metode Pembelajaran Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dalam Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjut I Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009/2010.

0 0 11

METODE PENELITIAN Kontribusi Sikap Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Metode Pembelajaran Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dalam Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjut I Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009/2010.

0 0 17

KONTRIBUSI SIKAP BELAJAR MAHASISWA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN DOSEN Kontribusi Sikap Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Metode Pembelajaran Dosen Terhadap Prestasi Belajar Dalam Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjut

0 1 15

Hubungan antara persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, sarana belajar, dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma.

0 0 229

Kontribusi persepsi mahasiswa tentang metode mengajar dosen, intensitas belajar, fasilitas belajar dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar mata kuliah dasar-dasar akuntansi II mahasiswa Pendidikan Ekonomi angkatan 2009-2010 - USD Repository

0 0 172