Hasil Belajar KAJIAN PUSTAKA

dicapainyapun rendah. Mesikipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa “taraf prestasu belajar di sekolah kurang, pastilah taraf intelegensinya kurang, karena banyak faktor lain yang memengaruhinya. Minat interest, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu, minat dapat memengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. umpamanya, seseorang peserta didik yang menaruh minat besar terhadap kesenian akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada yang lain.pemusatan perhatian yang intensif tersebut memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon respon tendency dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Selain faktor-faktor diatas, prestasi juga dipengaruhi oleh waktutime dan kesempatan engagement. waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit watu dan kesempatan belajar. Para ahli mengungkapkan bahwa kepandaian seseorang itu sangat ditentukan oleh waktu dan kesempatan. setiap orang akan mampu mengerjakan sesuatu asal di beri waktu dan kesempatan yang cukup untuk mengerjakannya. dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa orang pandai dapat mengerjakan banyak hal dalam waktu dan kesempatan yang relatif singkat, sementara orang bodoh membutuhkan waktu dan kesempatan yanga relatif lebih banyak. sehubungan dengan itu, guru hendaknya dapat memberikan pelayanan individual yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik, sehingga dapat mengembangkan dirinya secara optimal. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. faktor sosial menyangkkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam bebagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. sedangkan faktor non- sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisis, misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor eksternal yang memengaruhi proses dan prestasi belajar adalah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pembelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini, efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir seluruhnya bergantung pada guru. Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah one way system melainkan terjadi secara timbal balikinteractive, two way trafic system. Kedua pihak berperan secara aktifdalam kerangka berpikir frame work, serta dengan menggunakan cara dan kerangka berpikirframe of reference yang seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi pembelajaran merupakan titik temu yang bersifat mengikat dan mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian, kriteria keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut. Proses pembelajaran, khususnyayangberlangsung di kelas sebagian besar ditentukan oleh peranan guru. Peranan guru yang paling dominan adalah sebagai designer, implementator, fasilitator, pengelola kelas, demonstator, mediator, dan evaluator.  guru sebagai designer, yang bertugas merancang dan merencanakan pembelajaran, serta mempersiapkan berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran. Persiapan pembelajaran RPP, yang pengembangannya dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan, karakteristik peserta didik, karakteristik kelas serta faktor penunjang lainnya.  guru sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan secara optimal. Peran guru sebagai fasilitator erat kaitannya dengan peran sebagai pengelola kelas, agar mendukung pembelajaran.  guru sebagai pengelola kelas, yang bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya, agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan serta membimbing proses-proses intelektual, sosial, emosional, moral, dan spiritual di dalam kelas, serta mengembangkan kompetensi dan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan peserta didik.  guru sebagai demonstrator, yang senantiasa dituntut untuk menguasai materi pembelajaran dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.  guru sebagai mediator, yang bertugas tidak hanyasebagi penyampai informasi dalam pembelajara, tetapi sebagai perantara dalam hubungan antar manusia,dengan peserta didik.  guru sebagai evaluator, yang harus menilai proses dan hasil belajar yang telah dicapai, serta memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan. keterlibatan guru dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi belajar perserta didik. hal ini telah dibuktikan oleh Soedijarto1981: 79 dalam penelitiannya antara lain menunjukan hasil sebagai berikut. “...1perbedaan peran guru dalam proses pembelajaran memengaruhi perbedaan kualitas proses belajar, 2 kualitas proses belajar merupakan variabel kehidupan sekolah yang memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar. Ditemukan juga bahwa cara guru berperan dalam pembelajaran seperti yang sekarang berjalan ternyata tidak mempengaruhi secara langsung, baik kualitas pembelajaran maupun mutu hasil belajar, peranan guru disini yaitu peranan yang mengurangi aktivitas belajar peserta didik ”.

K. Penilaian Kompetensi Sikap

Sebelum menjelaskan pengertian tentang penilaian sikap perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian sikap. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diingkan. Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual KI 1 maupun sikap Sosial KI 2 tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PBM, artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki Kompetesi Dasar KD, tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui PBM yang terdiri dari kegiatan pendahuan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Namun meskipun kompetensi sikap spiritual dan sosial harus terimplementasikan dalam PBM melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian melalui dampak pengiring dari pembelajaran. Hal ini disebabkan sikap, baik sikap spiritual KI 1 maupun sikap sosial KI 2 tidak dalam konteks untuk diajarkan, tetapi untuk diimplementasikan atau diwujudkan dalam tindakan nyata oleh peserta didik. Oleh karena itu, jika sikap itu diajarkan, sesungguhnya guru sedang mengajarkan pengetahuan tentang sikap, seperti pengertian kejujuran dan kedisiplinan, tetapi bukan membentuk dan merealisasikan sikap jujur dan disiplin dalam tindakan nyata sehari-hari peserta didik. Oleh karena itu sikap spiritual dan sikap sosial harus muncul dalam tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir yakni: 1. Kemampuan menerima. Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerja sama, kesenangan ini akan menjadi kebiasaan dan hal lain yang diharapkan, yaitu kebiasaan positif. 2. Kemampuan merespon. Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Dalam kegiatan belajar hal itu dapat ditunjukan antara lain melalui: tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, menaati aturan, menggungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, memint maaf atas suatu kesalahan. 3. Kemampuan menilai. Kemampuan menilai valuing adalah kemampuan memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui : mengapresiasi, menghargai peran, menunjukan keprihatinan, mengoleksi sesuatu, menunjukkan rasa simpati dan empati kepada orang lain. 4. Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan organization artinya kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan mengorganisasikan adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin 1. Kemampuan Menerima Kemampuan berkarakter characterization atau menghayati adalah kemampuan memadukan semua sistem nilai yang telah dimiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI seseorang yang mempengaruhi emosinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah peserta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir dalam bertindak di sekolah, rumah dan masyarakat Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. a. Sikap Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka. Sikap daat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. b. Minat Menurut Getzel 1996:98, minat adalah “Suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia1990:583, minat atau keinginan adalah Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. c. Konsep Diri Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karier peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat, d. Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang baik dan yang dianggap buruk. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat. e. Moral Moral berkaitan dengan perasaan salah satu atau benar terhadap kebahagian orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut: 1. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat