Ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMAK Sanctissima

Tabel 4.24 Analisis SPSS pretest dan posttest kelas eksperimen Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 30.00 30 10.17163 1.85708 Posttest 63.9997 30 6.91512 1.26252 Hasil output SPSS dapat dilihat bahwa: - t = -17.642. p = .000 � = .05; maka signifikan. - Berarti posttest lebih baik dari pretest. Maka pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda linguistik, musikal, matematis- logis, kinestetik-badani, dan interpersonal meningkatkan hasil belajar siswa. Paired Samples Test Paired Differences T df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pretest - Posttest -33.99967 10.55577 1.92721 -37.94126 -30.05808 -17.642 29 .000 c. Kelas XB kelas kontrol dengan metode ceramah Hasil pretest dan posttest untuk kelas kontrol metode ceramah adalah sebagai berikut: Tabel 4.25 Skor siswa Kelas XB kelas kontrol dengan metode ceramah untuk pretest dan posttest Kode Siswa Pretest Posttest 1 46,67 73,33 2 33,33 66,67 3 46,67 73,33 4 33,33 60 5 20 66,67 6 46,67 53,33 7 13,33 53,33 8 26,67 53,33 9 33,33 73,33 10 13,33 60 11 26,67 60 12 40 66,67 13 20 60 14 26,67 53,33 15 46,67 60 16 26,67 66,67 17 20 73,33 18 46,67 66,67 19 33,33 53,33 20 40 66,67 21 33,33 60 22 33,33 53,33 23 20 66,67 24 46,67 60 25 13,33 53,33 26 26,67 60 27 20 60 28 46,67 73,33 29 33,33 60 30 46,67 73,33 Tabel 4.26 Analisis SPSS Pretest dan Posttest kelas kontrol Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 32.00 30 11.40146 2.08161 Posttest 62.67 30 7.13358 1.30241 Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pretest - Posttest -30.66567 11.01865 2.01172 -34.78010 -26.55124 -15.244 29 .000 Hasil output SPSS dapat dilihat bahwa: - t = -15.244. p = .000 � = .05; maka signifikan. - Berarti posttest lebih baik dari pretest. Maka pembelajaran dengan metode ceramah meningkatkan hasil belajar siswa d. Uji posttest kelas XA berdasarkan inteligensi ganda dan kelas XB metode ceramah. Uji posttest menggunakan analisis T untuk 2 kelompok independen. Tabel 4.27 Skor posttest siswa kelas XA kelas eksperimen dan kelas XB kelas kontrol No Posttest Kelas Eksperimen Posttest Kelas Kontrol 1 66,67 73,33 2 73,33 66,67 3 53,33 73,33 4 60 60 5 66,67 66,67 6 53,33 53,33 7 66,67 53,33 8 60 53,33 9 73,33 73,33 10 53,33 60 11 66,67 60 12 73,33 66,67 13 53,33 60 14 60 53,33 15 73,33 60 16 66,67 66,67 17 73,33 73,33 18 66,67 66,67 19 73,33 53,33 20 53,33 66,67 21 60 60 22 53,33 53,33 23 66,67 66,67 24 73,33 60 25 60 53,33 26 60 60 27 66,67 60 28 60 73,33 29 66,67 60 30 60 73,33 Tabel 4.28 Analisis SPSS posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Skor Posttest XA 30 63.78 7.15134 1.30565 Posttest XB 30 62.67 7.13358 1.30241 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed .005 .947 .603 58 .549 1.11133 1.84418 -2.58019 4.80285 Equal variances not assumed .603 58.000 .549 1.11133 1.84418 -2.58019 4.80285 Hasil output SPSS dapat dilihat bahwa: - t = -.603. p = .549 � = .05; maka tidak signifikan. - Berarti tidak ada perbedaan nilai posttest siswa antara kelas XA dan kelas XB. Pengetahuan akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setingkat. Kesimpulan: Peningkatan hasil belajar berdasarkan teori inteligensi ganda dan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah adalah sama. e. Hasil belajar berdasarkan inteligensi Tabel 4.29 Skor siswa kelompok linguistik kelas XA kelas eksperimen untuk pretest dan posttest Kode Siswa Pretest Posttest 1 33,33 66,67 2 46,67 73,33 3 20 53,33 4 33,33 60 5 40 66,67 6 33,33 53,33 Tabel 4.30 Analisis SPSS mean kelompok linguistik Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 pretest 34.44 6 8.86224 3.61799 posttest 62.22 6 8.07502 3.29661 Tabel 4.31 Skor siswa kelompok musikal kelas XA kelas eksperimen untuk pretest dan posttest Kode Siswa Pretest Posttest 7 46,67 66,67 8 26,67 60 9 20 73,33 Tabel 4.32 Analisis SPSS mean kelompok musikal Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 pretest 31.11 3 13.87911 8.01311 posttest 66.67 3 6.66500 3.84804 Tabel 4.33 Skor siswa kelompok matematis-logis kelas XA kelas eksperimen untuk pretest dan posttest Kode Siswa Pretest Posttest 10 13,33 53,33 11 40 66,67 12 26,67 73,33 13 40 53,33 14 26,67 60 Tabel 4.34 Analisis SPSS mean kelompok matematis-logis Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 pretest 29.33 5 11.15626 4.98923 posttest 61.33 5 8.69317 3.88770 Tabel 4.35 Skor siswa kelompok kinestetik-badani XA kelas eksperimen untuk pretest dan posttest Kode Siswa Pretest Posttest 15 13,33 73,33 16 20 66,67 17 40 73,33 18 20 66,67 19 40 73,33 Tabel 4.36 Analisis SPSS mean kelompok kinestetik-badani Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 pretest 26.67 5 12.47308 5.57813 posttest 70.67 5 3.64783 1.63136 Tabel 4.37 Skor siswa kelompok interpersonal kelas XA kelas eksperimen untuk pretest dan posttest Kode Siswa Pretest Posttest 20 20 53,33 21 26,67 60 22 33,33 53,33 23 40 66,67 24 46,67 73,33 25 26,67 60 26 33,33 60 27 13,33 66,67 28 26,67 60 29 33,33 66,67 30 20 60 Tabel 4.38 Analisis SPSS mean kelompok interpersonal Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 pretest 29.1 11 9.55626 2.88132 posttest 61.82 11 6.03133 1.81852 Tabel 4.39 Peningkatan mean masing-masing kelompok berdasarkan inteligensi Inteligensi Mean pretest Mean Pretest Mean posttest Mean posttest Peningkatan Linguistik 34,44 34,44 62,22 62,22 27,78 Musikal 31,11 31,11 66,67 66,67 35,56 Matematis-logis 29,33 29,33 61,33 61,33 32 Kinestetik- badani 26,67 26,67 70,67 70,67 44 Interpersonal 29,10 29,10 61,82 61,82 32,72 Kesimpulan: Dari tabel dapat disimpulkan bahwa peningkatan mean dari masing-masing inteligensi yang paling tinggi adalah inteligensi kinestetik-badani dengna peningkatan 44. Hal ini berarti inteligensi kinestetik-badani lebih baik pada pembelajaran fisika pada pokok bahasaan gerak lurus dan gerak parabola berdasarkan inteligensi ganda.

C. Pembahasan

Pada pembelajaran berdasrkan teori inteligensi ganda, siswa dibentuk dalam kelompok berdasarkan inteligensi siswa. Pada pelaksanaannya, proses pembelajaran sepenuhnya dijalankan oleh siswa berdasarkan inteligensinya masing-masing, dalam artian bahwa peneliti atau guru hanya bertinfak sebagai fasilitator atau pemonitoring proses belajar siswa. Guru setiap saat berjalan keliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melihat berlangsungnya proses belajar siswa.

1. Motivasi Belajar Siswa

Pada penelitian ini, data motivasi awal sebelum diberikan treatment dan motivasi belajar akhir setelah treatment diperoleh melalui kuesioner yang diberikan dan diminta untuk diisikan oleh masing-masing siswa. Dari hasil analisis motivasi awal siswa terlihat bahwa ada perbedaan motivasi awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana motivasi awal kelas kontrol lebih baik dari pada motivasi awal kelas eksperimen. Setelah dilakukan treatment pada kedua kelas, berdasarkan hasil analisis motivasi belajar siswa, kelas eksperimen mengalami peningkatan dimana perbandingan pretest dan posttest signifikan yang berarti ada perbedaan antara motivasi awal dan motivasi akhir dimana motivasi akhir lebih baik dari pada motivasi awal. Motivasi belajar siswa dapat meningkat karena penyajian materi dengan cara yang menarik dan bervariasi. Dalam penelitian ini, meningkatnya motivasi belajar siswa kelas X SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu dipengaruhi oleh cara penyampaian pelajaran yang menarik dan bervariasi yang sesuai dengan inteligensi siswa.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa setelah dilakukan treatment mengalami peningkatan berdasarkan perbandingan nilai pretest dan posttest, tetapi tidak lebih baik dari pembelajaran berdasarkan metode ceramah pada kelas kontrol. Namun, jika dibandingkan dengan nilai standar ketuntasan minimum SKM di sekolah yang besarnya 75, maka peningkatan belum memenuhi standar kelulusan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor antara lain motivasi siswa. Faktor yang mungkin dapat mempengaruhi adalah siswa belum terbiasa dengan pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda. Berdasarkan penuturan siswa dan guru fisika SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu, bahwa pembelajaran dengan teori inteligensi ganda ada sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dan belum pernah dipraktikan sebelumnya di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu. Berdasarkan hasil analisis data pretest siswa didapat bahwa tidak ada perbedaan nilai pretest antara kelas eksperiman dan kelas kontrol yang berarti pengetahuan awal siswa baik kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Namun, setelah dilakukan analisis hasil posttes didapat hasil tidak signifikan yang berarti pengetahuan akhir siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sama. Pengetahuan akhir dari kedua kelas ada sama menurut hasil statistik, namun dilihat dari peningkatan mean kedua kelas sebelum dan setelah proses pembelajaran didapat bahwa mean kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, dimana pada kelas eksperimen mean sebelum proses pembelajaran adalah 30,00 dan setelah proses pembelajaran adalah 63,9997, sedangkan pada kelas kontrol peningkatan meannya dari 32,00 sebelum proses pembelajaran menjadi 62,67 setelah proses pembelajaran. Hasil berarti bahwa pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda lebih baik meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran dengan metode ceramah. Faktor yang mungkin mempengaruhi hal ini adalah alokasi waktu pembelajaran untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Waktu yang digunakan untuk proses pembelajaran tiap pertemuan adalah 3 jam, namun perbedaannya adalah pada kelas ekperimen, waktu 3 jam digunakan dalam proses pembelajaran yang memuat semua teori inteligensi ganda yang dipilih untuk proses pembelajaran sedangkan pada kelas kontrol, 3 jam digunakan dalam proses pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah. Selain alokasi waktu pembelajaran, faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah tidak tersedianya alat pelajaran atau tidak adanya alat praktikum yang dapat memudahkan siswa menyerap informasi. Alat pelajaran yang lengkap dapat membantu siswa memperoleh informasi atau pengetahuan.

D. Keterbatasan Penelitian

Kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Keterbatasan waktu Pada penelitian ini, peneliti merasa waktu yang digunakan dalam penelitian untuk melibatkan siswa pada pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda dengan pembelajaran satu kelas mencakup semua inteligensi yang dipilih terlalu singkat, sehingga siswa kurang terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran. 2. Kesulitan yang dihadapi siswa Pada penelitian ini, kesulitan yang dihadapi siswa antara lain: a Kemauan siswa untuk bertanya baik kepada guru maupun kepada siswa lain ketika mengalami kesulitan masih rendah. b Siswa masih kurang berani mengungkapkan gagasan atau pendapatnya. c Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda. 3. Rencana awal pembelajaran berdasarkan teori inteligensi ganda Pada awalnya peneliti merencanakan proses pembelajaran masing-masing untuk setiap inteligensi. Pembelajaran direncanakan memanfaatkan waktu belajar sore siswa, namun pada kenyataan dilapangan ada perubahan yaitu pembelajaran berdasarkan teori inteligensi diubah menjadi pembelajaran satu kelas memuat kelima inteligensi yang dipilih. Hal tersebut dikarenakan sebagai berikut: a. Adanya peningkatan jumlah siswa yang masuk di SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu. Jumlah siswa yang meningkat tidak sebanding dengan jumlah ruangan yang tersedia, sehingga sekolah memberlakukan sekolah sore. b. Karena diberlakukannya sekolah sore, maka belajar sore ditiadakan dengan alasan ruangan dipakai untuk siswa yang sekolah sore.