25
berprilaku dari kemauan sendiri, siswa membentuk pribadi yang nantinya lama- kelamaan menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya tim Redaksi
Kanisius, 2015: 44. Evaluasi merupakan cara untuk melihat sejauh mana materi yang
disampaikan dapat diterima siswa. Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa paradigma
pedagogi reflektif ignansian mampu memberikan sebuah pembelajaran yang dapat membuat siswa memiliki pemikiran yang kritis, memiliki kepedulian
terhadap lingkungan sekitarnya, siswa lama-kelamaan dapat memiliki pribadi yang lebih baik dari nilai-nilai yang direfleksikannya kemudian tercipta dalam
aksi sebagai bentuk perwujudan pengalaman yang didapat serta apa yang telah direfleksikannya.
2.1.7 Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan emansipatoris oleh Giroux 2001 dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil
dan demokratis Winarti dan Anggadewi, 2015: 53. Pendidikan emansipatoris memiliki tiga kata kunci yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan
sistem.
2.1.6.1 Humanis
Dalam buku Pendidikan Humanistik Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia Pendidikan Baharudin dan Makin, 2007: 23 dalam QS Al-
Baqarah [2]: 30. Pendidikan Islam humanistik adalah pendidikan yang mampu memperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia sebagai makhluk Allah
26
yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai khalifatullah
Pada buku yang diterjemahkan oleh Prihantoro dan Fudiyartanto dalam buku Politik Pendidikan Kebudayaan, kekuasaan dan pembebasan 1999: ix-xiii.
Bagi Freire, pendidikan haruslah berorentasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pedidikan yang pernah ada dan bertahan selama ini
adalah pendidikan dengan gaya bank, dimana pelajar diberikan ilmu dan kelak dapat mendatangkan hasil yang melimpah. Akhirnya Freire memformulasikan
filsafat pendidikannya sendiri, yang dinamakan sebagai “pendidikan kaum tertindas” yaitu sebuah sistem pendidikan untuk pembebasan dan bukan untuk
penguasaan dominasi.
2.1.6.2 Kesadaran Kritis
Dalam buku Rohardjo yang berjudul Pendidikan Popular Pembangun Kesadaran Kritis 2005: 30 menyatakan paradigma kritis dalam pendidikan
melatih murid untuk mampu mengidentifikasi „ketidakadilan‟ dalam sistem dan struktur yang ada. Kemudian mampu melakukan analisis tentang proses kerja
sistem dan struktur, seperti bagaimana mentransformasi. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis adalah menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik
terlibat dalam suatu proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik. Kesadaran kritis lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai
sumber masalah. Pendekatan struktural menghindari „blaming the vitctims’ dan melakukan analisis kritis untuk menerima serta menyadari sistem sosial, politik,
ekonomi, budaya, dan akibatnya terhadap kehidupan masyarakat.
27
2.1.6.3 Mempertanyakan Sistem