Penelitian dan Pengembangan Research and Development RD

10

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan 1 Kajian Pustaka, 2 Penelitian yang Relevan, dan 3 Kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan Research and Development RD

Penelitian dan pengembangan RD merupakan penelitian yang mengembangkan produk, desain maupun proses sebagai hasil penelitian. Dalam dunia pendidikan, RD mulai diperkenalkan pada sekitar tahun 1960-an. Pada tahun 1965 United States Office of Education, sebuah lembaga pendidikan di Amerika, melalui RD seperti yang dikembangkan dalam dunia industri mengembangkan produk bahan ajar dan prosedur dalam bidang pendidikan yang dapat prototipe hasil pendidikan, selanjutnya prototipe itu dites, direvisi dan dapat disesuaikan dengan tujuan tertentu Sanjaya, 2013: 131. Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 2008 Tegeh dkk, 2014: xiii menyatakan RD adalah rangkaian proses atau langkah-langkah yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg Gall Setyosari. 2013: 222 adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi si produk pendidikan. Dalam buku Model Penelitian Pengembangan Tegeh, 2014: xii Soenarto 2005 memberi batasan 11 tentang penelitian sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Ada tiga hal yang harus tujuan dari penelitian dan pengembangan yang harus dipahami menurut Sanjaya 2013: 130. Pertama tujuan akhir RD dihasilkannya suatu produk tertentu yang dianggap handal karena telah melewati pengkajian terus menerus, kedua produk yang dihasilkan adalah produk yang sesuai dengan kebutuhan lapangan, ketiga adalah proses pengembangan produk jadi yang sudah divalidasi, dilakukan secara ilmiah dengan menganalisis data secara empiris. Dengan demikian penelitian pengembangan RD merupakan sebuah penelitian yang mengembangkan produk yang dapat diandalkan dikembangkan berdasarkan kebutuhan lapangan. Terdapat beberapa model atau desain penelitian dan pengembangan seperti Bord Gall, Dick Carey, Seels Richey. Akan tetapi peneiliti lebih memilih menggunakan pengembangan materi menurut Brian Tomlinson dikarenakan pengembangan yang dilakukan peneliti lebih berfokus kepada pengembangan produk berupa modul. Prosedur pengembangan materi menurut Tomlinson dianggap lebih efektif dan relevan dalam pengembangan modul oleh peneliti. Prosedur pengembangan materi menurut Brian Tomlinson memiliki tiga prosedur yaitu desain, pelaksanaan implementasi dan evaluasi dalam Harsono, 2015. Akan tetapi peneliti melakukan modifikasi menjadi lima langkah prosedur pengembangan yaitu 1 analisis kebutuhan, 2 desain, 3 pelaksanaan implementasi, 4 evaluasi, dan 5 revisi. 12 Modifikasi dilakukan dengan menambahkan analisis kebutuhan dan revisi. Analisis kebutuhan dilakukan sebelum desain, yang bertujuan agar modul dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedangkan, revisi dilakukan setelah melakukan evaluasi agar modul dapat disempurnakan sehingga layak untuk digunakan. Langkah yang dilakukan pertama adalah 1 Analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan siswa dan guru dimana dari hasil analisis kebutuhan akan digunakan dalam mendesain produk. 2 Desain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan produk dan merinci hal-hal yang akan dikembangkan. 3 Implementasi merupakan pelaksanaan dari hasil pengembangan desain. 4 evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah implementasi untuk mengetahui sejauh mana pengaruh modul dan apa saja yang perlu diperbaiki, evaluasi menjadi acuan dalam revisi. 5 Revisi merupakan kegiatan dalam memperbaiki produk agar lebih baik dan layak digunakan. Peneliti juga menggunakan prinsip pengembangan materi dari Tomlinson. Ada enam belas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson yang harus dicapai dalam pengembangan materi untuk menunjang proses pembelajaran bahasa Tomlinson, 2005: 7-22. Berdasarkan enam belas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson, peneliti memutuskan memilih sepuluh dari enam belas prinsip Tomlinson yang relevan ke dalam pengembangan modul pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan pengembangan materi oleh Tomlinson lebih berpusat pada Bahasa sedangkan peneliti lebih berpusat pada pengembangan pembelajaran IPA, sehingga peneliti hanya mengambil sepuluh prinsip yang relevan. 13 Prinsip pertama materi memiliki pengaruh. Modul yang dikembangkan diharapkan membuat siswa merasa tertarik, memiliki rasa ingin tahu dan memicu perhatian pada kegiatan pembelajaran yang sudah dikemas dalam modul. Oleh karena itu sebaiknya materi memuat berbagai kegiatan siswa yang bervariasi dikemas secara menari misalnya menggunakan gambar-gambar. Prinsip kedua materi harus membantu pembelajar untuk merasa leluasa, nyaman, dan membuat merasa bahagia. Modul yang dikembangkan haruslah dilengkapi dengan ilustrasi, langkah-langkah kegiatan yang mampu dipahami siswa. Prinsip ketiga materi membantu pembelajar untuk mengembangkan kepercayaan diri. Materi harus dikemas dengan mudah. Jika siswa merasa materi yang dipelajari mudah maka akan membuat siswa merasa relax. Prinsip keempat apa yang seharusnya diberikan harus relevan bagi pembelajar. Pemilihan materi harus sesuai dengan siswa seperti permasalahan yang ada, latar belakang siswa, visi dan misi sekolah. Prinsip kelima materi dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi. Prinsip keenam materi harus mampu membuat siswa mendapatkan dan memahami poin-poin yang terkandung di dalamnya. Prinsip ketujuh materi seharusnya memberi penjelasan. Prinsip kedelapan materi memperhitungkan gaya belajar yang berbeda. Melalui modul yang dikembangkan harus dapat mencakup gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga modul dapat digunakan oleh semua siswa. Prinsip kesembilan materi seharusnya memberikan waktu jeda berpikir. Prinsip kesepuluh materi memberi kesempatan untuk feedback. Dengan adanya modul diharapkan siswa mampu mewujudkan hasil pembelajaran sebagai timbal balik terhadap apa yang dipelajari. Sepuluh prinsip tersebut akan dicapai 14 dalam penelitian ini. Sepuluh prinsip tersebut merupakan sarana dalam menunjang kualitas modul dalam pembelajaran.

2.1.2 Modul

Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta.

0 3 168

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

0 1 133

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif

1 1 129

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta

0 9 166