Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan 1 Latar Belakang Masalah, 2 Rumusan Masalah, 3 Tujuan Penelitian, 4 Manfaat Penelitian, 5 Definisi Operasional, 6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan alam IPA adalah salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar SD. IPA mempelajari tentang alam ini baik yang hidup maupun yang tidak hidup serta gejala-gejala alam yang terjadi. Pada usia SD siswa mempelajari dasar-dasar dari IPA contohnya tentang energi. siswa akan mempelajari tentang jenis-jenis energi, manfaat, serta cara menghemat sumber energi. IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sangat menarik karena sebagian besar dari pembelajaran IPA di SD siswa dapat terlibat atau praktik langsung dalam kegiatan dalam mempelajari alam sekitar mereka. IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu fenomena alam yang faktual, kenyataan atau kejadian serta hubungan sebab- akibat Wisudawati dan Eka, 2014: 22. IPA memiliki pembelajaran berdasarkan kejadian-kejadian yang nyata, dimana kejadian-kejadian itu memiliki sebab dan akibat. Seperti ketika menggunakan air secara berlebihan akibatnya akan semakin berkurang jumlahnya. Air merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Air diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhun jasmani dan kebutuhan sehari-hari seperti minum, masak, cuci tangan, mandi, mencuci, dll. Paus Fransiskus dalam ensiklik 2 Laudato Si’ no. 282015: 22 menyatakan sumber air tawar diperlukan untuk perawatan kesehatan, pertanian, dan industri. Di kota-kota besar banyak memerlukan pasokan air karena air yang ada di daerah perkotaan mulai tercemar dan pasokannya semakin sedikit. Hal ini diakibatkan banyaknya gedung-gedung yang didirikan dan padatnya penduduk sehingga jumlah air yang diperlukan sangat banyak akan tetapi ketersediaan semakin menipis. Air tawar merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam mendukung ekosistem di darat maupun di perairan Fransiskus, no.282015: 22. Bukan hanya manusia saja yang memerlukan air akan tetapi makhluk hidup lainnya juga memerlukan air, walaupun pada dasarnya manusia lebih banyak menggunakan air dibandingkan makhluk hidup yang lain manusia harus mampu berbagi dengan makhluk hidup lain. Air yang digunakan sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya merupakan air segar atau air tawar. Air tawar jumlahnya semakin sedikit apabila digunakan terus menerus maka akan cepat surut atau habis. Jika dibiarkan maka akan banyak hilangnya keanekaragaman hayati yang kemudian disusul dengan kepunahan manusia. Maka sebagai makhluk Tuhan yang disertai akal-budi maka manusia haruslah mampu menggunakan air secara bijak, tidak menggunakan air secara berlebihan. Penggunaan air secara bijak tidak hanya mampu dilakukan oleh orang usia dewasa akan tetapi juga usia anak-anak yaitu dengan cara mengajari, membimbing dan melatih mereka untuk bisa menggunakan air secara bijak. Pembelajaran ini haruslah ditanamkan di usia dini maupun usia memasuki SD. Dalam sebuah pembelajaran yang dilakukan siswa tak akan lepas dari sosok seorang guru. Jika kapal dapat berjalan dengan baik menuju pelabuhan yang 3 dituju karena adanya nahkoda, maka guru merupakan nahkoda di kelasnya. Dengan kata lain kegiatan yang berlangsung dengan baik hingga menuju tujuan tak akan terlepas dari sebuah perencanaan. Guru melakukan perencanaan dengan menuliskannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Dengan adanya perencanaan diharapkan siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dibuat dari pengembangan kompetensi dasar. Dalam pembuatan RPP salah satu langkah di dalamnya adalah menentukan pendekatan Trianto: 2010, 109 no. 6. Dalam menentukan pendekatan haruslah mampu menyesuaikan dengan kondisi kelas. Pembelajaran bukanlah hanya memberikan dan menerima materi saja tetapi memiliki proses didalamnya agar membuat siswa aktif dalam mengikuti pempelajaran sehingga mampu mencapai tujuan. Maka penentuan pendekatan menjadi hal penting untuk proses kegiatan pembelajaran. Pendekatan paradigma pedagogi reflektif PPR merupakan salah satu pendekatan yang baik digunakan dalam membuat siswa belajar aktif karena di dalamnya memiliki langkah-langkah yang berupa siklus meliputi konteks- pengalaman-refleksi-aksi-evaluasi. Menggunakan pendekatan PPR boleh memulai dari mana saja asal mengikuti siklusnya. Suparno 2015: 21 menyatakan unsur utama dalam PPR ada tiga yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Ketiga unsur tersebut dibantu dengan unsur sebelum pembelajaran yaitu melihat konteks, dan dibantu setelah unsur pembelajaran dengan evaluasi. Maka dengan pendekatan PPR siswa tidak hanya akan menerima pembelajaran ataupun hanya sekedar tahu apa yang akan dipelajari. 4 Siswa akan belajar mengembangkan diri lebih baik dengan belajar dari pengalaman kemudian merefleksikan apa yang pernah dia lakukan, dan membuat aksi dari apa yang telah siswa refleksikan. Dalam buku yang sama Friere 1997 menekankan pentingnya angan-angan dalam pendidikan. Lewat angan-angan siswa dapat mengembangkan pemikiran mereka dengan luas. Pembelajaran sebaiknya mampu mengembangkan kemampuan siswa dan tidak membatasi. Siswa juga dapat belajar dengan sendiri dan berkembang sendiri. Hal-hal tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan modul yang dikemas sesuai dengan pendekatan PPR agar siswa mampu belajar dengan cara mereka sendiri dan mampu membuat siswa belajar sendiri. Modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk mambantu para peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajar Sukriman. 2012: 131. Guru sebaiknya merancang modul dengan baik dan modul yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dikuasai siswa. Sehingga modul akan mudah di pahami dan mengantar siswa pada tujuan pembelajaran. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan teknik observasi, wawancara, dan kuesioner yang peneliti lakukan di SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan beberapa siswa masih sering menggunakan air secara berlebihan seperti saat berwudhu, cuci tangan, dan beberapa siswa terlihat menggunakan air untuk bermain-main. Peneliti juga menemui guru yang terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa hanya pasif dalam pembelajaran. Selain itu dalam hasil observasi tentang bahan ajar yang digunakan guru dan siswa lebih banyak penggunaan buku pembelajaran dan LKS. Peneliti tidak melihat penggunaan modul pembelajaran dalam kegiatan belajar 5 mengajar di kelas tersebut sedangkan penggunaan modul akan dapat meningkatkan keaktifan siswa karena banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajan. Hasil analisis kebutuhan siswa yang dilakukan peneliti, siswa akan merasa mudah memahami materi dengan menggunakan modul, dan dengan adanya modul siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan Research and development mengenai modul dan perangkat pembelajaran pada materi menghemat air berdasarkan pendekatan pedagogi reflektif. Penggunaan perangkat pembelajaran dan modul berdasarkan pendekatan pedagogi reflektif diharapkan mampu mengarahkan siswa aktif tidak hanya mengerti dan tahu materi yang disampaikan. Dari pembelajaran yang mereka terima, siswa juga diharapkan mampu menentukan aksi yang mereka inginkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran, sehingga mampu menciptakan angan-angan siswa menjadi nyata atau mengaplikasikannya di kehidupan sehari- hari dan bukan hanya mengetahui dan mengerti saja. Peneliti juga menggunakan sepuluh pengembangan materi menurut Tomlinson dalam mengembangkan modul pembelajaran. Prinsip tersebut adalah 1 materi memiliki pengaruh, 2 materi harus membantu pembelajar untuk merasa leluasa, nyaman, dan membuat merasa bahagia, 3 materi membantu pembelajar untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4 materi yang diberikan harus relevan bagi pembelajar, 5 materi dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi, 6 materi harus mampu membuat siswa mendapatkan dan memahami poin-poin yang terkandung didalamnya, 7 materi seharusnya memberi penjelasan, 8 materi 6 memperhitungkan gaya belajar yang berbeda, 9 materi seharusnya memberikan waktu jeda berpikir, 10 materi memberi kesempatan untuk feedback.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta.

0 3 168

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

0 1 133

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif

1 1 129

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta

0 9 166