Penelitian yang sesuai dengan Modul

27

2.1.6.3 Mempertanyakan Sistem

Jurnal Pedagogi Ignansian sebagai Pendidikan Emansipatoris ditulis oleh Winarti dan Anggadewi dalam buku Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur 2015: 53-54 menyatakan bahwa pemikiran kritis perlu ada dialog dalam bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan realitas. Prinsipnya model pembelajaran emansipatoris bersifat mengembangkan: pemahaman dan pengalaman tentang realitas, kesadaran emansipatoris, kesadaran politis, pemberdayaan, dan berlangsungnya dialog murni Nouri dan Sajjadi, 2014 dalam Winarti dan Anggadewi 2015: 53. Dalam pendidikan emansipatoris baik pendidik maupun peserta didik adalah pembelajar sehingga mampu mengembangkan pemahaman dan pengalaman antar keduanya. Dari pengalaman baru itu, maka kedua pembelajar akan menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu sama lain. Berdasarkan uraian humanis, kritis dan mempertanyakan sistem dapat disimpulkan bahwa pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang memanusiakan manusia atau pendidikan yang menerima adanya perbedaan sosial atau ekonomi, pendidikan yang bebas, tidak melulu siswa menjadi pembelajar tetapi guru dan siswa sama-sama menjadi pembelajar.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian yang sesuai dengan Modul

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: pertama, penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran konstruksi Pola Busana di Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik U niversitas Negeri Padang”. Penelitian tersebut ditulis oleh Iin Karmila Program 28 Studi Kesejahteraan Keluarga Universitas Negeri Padang Karmila, 2015. Penelitian tersebut bertujuan untuk menghasilkan suatu media pembelajaran dalam bentuk yang dapat mempermudah mahasiswa dalam pembelajaran Konstruksi Pola Busana. Hasil dari penelitian tersebut berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa uji coba validitas yang dilakukan kepada validator yaitu ahli media pembelajaran dan ahli materi adalah 4,07 dapat dikategorikan valid, uji coba praktikalitas yang dilakukan kepada mahasiswa yaitu 3,38 dapat dikategorikan praktis sedangkan analisis data efektifitas tentang aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan meningkat dari 59 menjadi 81 yang dapat dikategorikan efektif. Modul ini berada dalam kriteria sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran ditinjau dari analisis data validitas, praktikalitas dan efektifitas. Kedua, penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Pengalaman Experiential Learning untuk Siswa SMPMTs”. Penelitian tersebut ditulis oleh Ana Masruroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta Masruroh, 2015. Penelitian tersebut bertujuan untuk 1 mendeskripsikan gambaran pembelajaran menulis cerpen di SMP serta mendiskripsikan penilaian siswa dan guru terhadap materi cerpen pada buku teks pelajaran bahasa Indonesia, 2 mengembangkan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman experiential learning untuk siswa SMPMTs, 3 mendeskripsikan kelayakan modul pembelajaran menulis cerpen berbasis pengalaman experiential learning untuk siswa SMPMTs. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1 siswa masih kesulitan dalam menulis cerpen, khususnya dalam mencari ide. Buku teks yang 29 diggunakan masih terlalu monoton baik dari penyajian maupun penugasan. Perlu adanya pengembangan materi pembelajaran, 2 modul yang dikembangkan berjudul “Mari Menulis Cerpen”. Modul terdiri dari tiga bagian, yaitu pengenalan awal cerpen, motivasi menulis, dan pengaplikasian langkah-langkah experiential learning dalam menulis cerpen. Adapun hasil validasi modul pembelajaran dari ahli materi, guru bahasa Indonesia, dan uji coba terhadap siswa menunjukkan bahwa aspek isi memperoleh rata-rata s kor 4,49 berkategori “sangat baik”, aspek bahasa memperoleh rata- rata skor 4,66 berkategori “sangat baik”, aspek penyajian memperoleh rata- rata skor 4,68 berkategori “sangat baik”, dan aspek kegrafikaan memperoleh rata- rata skor 4,71 berkategori “sangat baik”, 3 modul pembelajaran memperoleh rata- rata skor akhir 4,63 berkategori “sangat baik” dengan tingkat kelayakan 92,6 dan dinyatakan sangat layak digunakan.

2.2.2 Penelitian yang sesuai dengan perangkat pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pelajaran IPA kelas III berbasis paradigma pedagogi reflektif di SD Kanisius Kalasan.

1 1 104

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta.

1 4 135

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif.

0 0 2

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta.

0 3 168

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Pengembangan modul cintai lingkungan sekitarmu menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III B SD Negeri Petinggen Yogyakarta

0 1 133

Pengembangan modul IPA ``Ayo Cinta Lingkungan`` untuk siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif

1 1 129

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran materi menghemat air berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IIIA SD Negeri Petinggen Yogyakarta

1 9 131

Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta

0 1 159

Pengembangan perangkat pembelajaran dan modul materi pelestarian sumber daya alam berdasarkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas IV A SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta

0 9 166