3. Uji pH
Sediaan nanoemulsi yang ditujukan untuk pemakaian secara topikal harus didesain agar tidak menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, pH sediaan
harus berada pada pH 4-6 yang merupakan pH kulit Ali and Yosipovitch, 2013.
4. Uji persen transmitan
Pengujian persen transmitan dilakukan untuk mengukur kejernihan nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran persen transmitan merupakan salah
satu faktor penting dalam melihat sifat fisik nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 650 nm dan menggunakan aquadest sebagai blanko. Jika hasil persen transmitan sampel mendekati persen transmitan aquadest yakni
100, maka sampel tersebut memiliki kejernihan atau transparansi yang mirip dengan air Thakkar, Nangesh, Parmar, and Patel, 2011.
5. Uji turbiditas
Pengujian turbiditas dilakukan untuk mengukur kekeruhan nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 502 nm dan menggunakan aquadest sebagai blanko. Nanoemulsi memiliki penampakan jernih apabila nilai turbiditas
kurang dari 1 Cho, Kim, Bae, and Mok, 2008.
6. Uji viskositas
Viskositas menunjukkan sifat dari cairan untuk mengalir. Makin kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan yang diperlukan agar cairan
dapat mengalir. Besarnya viskositas dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, ukuran molekul, konsentrasi larutan, serta gaya tarik antar molekul
Martin and Cammarata, 2008.
7. Uji ukuran droplet
Pengujian ukuran droplet dilakukan untuk mengetahui apakah droplet yang terbentuk memenuhi kriteria droplet pada nanoemulsi yaitu 100 nm.
Pengujian ukuran droplet menggunakan PSA Particle Size Analyzer dengan tipe dynamic light scattering. Prinsip dasar alat ini adalah sampel akan
ditembak dengan sinar laser dan akan terjadi penghamburan cahaya. Penghamburan cahaya tersebut akan dideteksi pada sudut tertentu secara cepat.
Hasil pengukuran droplet dinyatakan sebagai diameter dari droplet yang terdapat pada medium dispers Volker, 2009.
E. Stabilitas Fisik Nanoemulsi
Nanoemulsi dengan stabilitas fisik yang baik cenderung mempunyai waktu paruh yang panjang dan dapat bertahan dalam jangka panjang Patel et al.,
2013. Stabilitas nanoemulsi dapat dilihat melalui tidak terjadinya perubahan tampilan, bau, warna, serta sifat fisik lainnya. Beberapa bentuk dari
ketidakstabilan emulsi diantaranya ialah flokulasi, creaming, sedimentasi,
coalescence, Ostwald Ripening, serta terjadinya inversi fase seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 McClements and Rao, 2011.
Gambar 2. Bentuk ketidakstabilan nanoemulsi McClements and Rao, 2011
Flokulasi adalah peristiwa terbentuknya agregasi globul pada posisi yang tidak beraturan dalam nanoemulsi. Flokulasi dapat terjadi ketika gaya tolak
menolak antar droplet lemah Tadros, 2013. Creaming ditandai dengan memisahnya sistem nanoemulsi menjadi dua lapisan di mana droplet akan
bergerak ke permukaan karena densitasnya yang lebih kecil dari medium dispers, sedangkan sedimentasi adalah pergerakan droplet ke dasar karena densitasnya
yang lebih besar dari medium dispers Tadros, 2013. Coalescence dan Ostwald Ripening ialah pemisahan fase dalam emulsi yang bersifat irreversible yang
terjadi akibat bergabungnya droplet berukuran kecil dan membentuk droplet dengan ukuran yang lebih besar Tadros, 2013. Inversi fase ialah peristiwa
berubahnya tipe emulsi dari MA menjadi AM atau sebaliknya. Inversi fase dapat